Page 01 - B. Asrama Hina

Start from the beginning
                                    

"Iya juga, ya. Kok nggak kepikiran sih? Hina 'kan anak pinter, mainnya pasti ke perpus." Kata Jeno menimpali, membuat ketiga temannya manggut-manggut setuju.

"Ya iya lah nggak kepikiran. Kita 'kan emang nggak pernah ke perpus juga..." ucap Jaemin memberikan alasan. Renjun langsung bilang,

"Dasar madesu! Kalian terakhir ke perpus tuh jaman SMP, ya? Sama, gue juga..."


Pfft!


Hina menahan tawanya saat mendengar ocehan keempat anak laki-laki itu. Katanya mereka cari kemana-mana, tapi kok nggak nyari di perpus?

Jaemin, Haechan, Jeno dan Renjun langsung dibuat diam dan terpana saat melihat Hina menutup wajahnya malu.

"Cantik..." gumam mereka berbarengan. Hina langsung berhenti tersenyum karena mendengar pujian itu.

"Eh! udah sore, nih. Mau pada balik nggak? Keburu malem..." kata Renjun sambil melihat keluar jendela. Matahari sudah tampak hilang dan terbenam di arah barat. Menunjukan warna jingga bercampur biru yang gelap.

"Hina pulangnya kemana? Mau dianterin nggak?" tawar Jaemin pada Hina. Sebelum Hina menjawab, Haechan malah menjitak kepala Jaemin duluan,

Haechan : "Hina 'kan dari kelas unggulan! Pulangnya pasti ke asrama sekolah!"

Jeno : "Asrama sekolah? Anjir! Kalau kita nganterin Hina ke sana, yang ada kita malah dihukum...!"

Jaemin : "Bener juga! Ya udah, Hin. Kita nganterinnya sampai gerbang depan aja. Gapapa 'kan?"

Hina masih diam karena berpikir. Sesekali, ia menjentikan jari kukunya karena gugup.

"Aku udah pindah dari kelas unggulan. Jadi nggak tinggal di asrama sekolah lagi. Sekarang aku tinggal di asrama Gong-ju..."

"WhAT...?! ASRAMA GONG-JU...?!"


Lagi.


Hina lagi-lagi kaget, karena mereka berempat teriak berbarengan.

Hina lagi-lagi kaget, karena mereka berempat teriak berbarengan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hina duduk diam di bangkunya sambil menundukan kepala malu. Karena Haechan, Renjun dan Jeno terus memandanginya. Jaemin yang sedang duduk di atas meja sambil menyisir rambut Hina langsung sadar dan memarahi ketiganya.

"Jelalatan! Jaga mata woy! Hina emang cakep, tapi jangan diliatin segitunya dong! Cucunya nenek Gong nih...!"

Mendengar ucapan Jaemin, ketiganya langsung memalingkan muka sambil memasang senyum pahit. Menerima kenyataan kalau Hina cucunya nenek Gong, benar-benar lebih pahit daripada minum obat.


"Emang nenek sejahat itu ya sama kalian?" Tanya Hina dengan wajah bersalah.

"Iya..." jawab Haechan dengan spontan, membuat Hina terlihat sedih. Renjun langsung menginjak kaki Haechan.

"Eh? bukan gitu, Hin! Nenek Gong nggak jahat kok... cuma..., cuma galak aja..." kata Renjun coba mengelak. Haechan dan Jeno langsung mengangguk setuju dengan ucapan Renjun.


"Hina! Rambutnya aku kepang satu aja, ya? Gapapa 'kan?"

"Iya, gapapa..." jawab Hna dengan pelan.

"Kalau tau bakal ada kesempatan langka kayak gini, pasti gue udah belajar ngepang dari kecil. Ngepangin rambut Jisung misalnya..." gumam Haechan dengan wajah iri saat melihat Jaemin megang-megang rambut Hina.

"Iya, bener. Ngiri ya, Chan? Hidup lo tuh sirik aja kerjaannya..." kata Jeno menimpali. Haechan langsung menjitak kepala Jeno,

"Lo juga sirik, elah!" pekik Haechan dengan kesal. Jeno meringis sakit sambil ngusapin kepalanya sendiri.


Setelah selesai dikepang, rambut Hina yang tadinya berantakan bin awut-awutan, sekarang sudah kembali rapi dan terlihat cantik.

Mereka berempat berencana nganterin Hina sampai depan kos-kosan nenek Gong, atau sebut saja asrama Gong-ju. Bisa kacau, kalau nenek Gong sampai melihat rambut cucunya berantakan.

Takutnya, nenek Gong mikir kalau mereka berempat udah ngapa-ngapain Hina. Bahaya tuh!

Mereka berempat 'kan sebenernya masih polos. /Gak!/


"Udah, Hin. Bagus 'kan kepangannya~? Siapa dulu, dong...? Jaemin...! Puji aku, Hin...!"


Tak!


"Wah...! Kepangannya bagus, cantik! Jaemin hebat...! " kata Renjun sok imut setelah menyentil jidat Jaemin dengan tangannya.

"Gue maunya dipuji Hina! Bukan dipuji koko-koko dari cina, elah!" kata Jaemin dengan emosi. Renjun langsung terkekeh geli menanggapi omelan Jaemin.

Hina lagi-lagi hanya diam. Ia benar-benar ingin mengucapkan terima kasih pada mereka berempat. Tapi entah kenapa, mulutnya terasa kaku  untuk mengucapkan kata ajaib itu.

  Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^  

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

  Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^  

Our Page | NCT 00Line ✔Where stories live. Discover now