Part 35

9.6K 648 109
                                    

Happy Reading
Typo Masih ada dimana mana.
...

Setelah obrolan tanpa ujung antara Rizky dan Syifa tadi malam, hingga keesokan harinya Rizky dan Syifa terlihat uring-uringan.

"Syif, kita kerumah sakit ya?"

Rizky membuka pembicaraan dengan Syifa ketika mereka berada dalam mobil, ketia ia menjemput Syifa dari kampus.

"Ke rumah sakit tempat kak Manda di rawat?" Tanya Syifa memastikan.

"Iya Syif, kita harus selesaikan semuanya hari ini juga. Aku gak mau karena permasalah ini hubungan kita menjadi canggung dan merenggang" Jawab Rizky dengan mantap.

"Kakak mau jawab apa?" Tanya Syifa dengan nada yang terdengar hati-hati.

"Apa perlu aku menjawab pertanyaan kamu itu Syif, aku udah bilang kan dari awal aku gak ada niatan poligami Syifa. Hanya ada aku, kamu dan anak-anak kita kelak dalam kehidupan rumah tangga kita, gak ada wanita lain Syif. Kita gak perlu memperdebatkan ini lagi Syif" Suara Rizky terdengar sangat dingin dan sedikit ketus.

"Terus mamanya kak Amanda?" Tanya Syifa

"Syifa, kita boleh jadi orang baik. Tapi ingat satu hal menjadi orang baik itu gak harus menjadikan kita membenarkan hal yang salah. Poligami emang gak salah Syif, tapi meminta aku untuk menikahi Amanda itu suatu hal yang salah, aku gak menginginkan Amanda, Amanda gak menginginkan aku. Jadi dimana letak pembenaran dari permintaan mama Amanda itu Syif? Gak ada. Itu namanya bukan permintaan tapi pemaksaan" Rizky menjelaskan secara panjang lebar.

Setelahnya hening tercipta lagi diantara mereka, Rizky dan Syifa bergelut dengan fikiran mereka masing-masing.
...

Sementara itu di ruangan tempat Amanda di rawat inap, Suana terlihat cukup menegangkan, ada Amanda, Ali dan mamanya Amanda.

"Jadi kamu pacar anak saya?" Tanya mama Amanda mengintrogasi.

"Iya tan, jadi sewajarnya yang bertanggungjawab kepada Amanda itu saya, bukan bang Rizky" Jawab Ali dengan mantap, tidak terlihat rasa takut dan gentar dari gestrure tubuh dan suara Ali.

Ali terlihat begitu santai dalam menjawab semua pertanyaan mama Amanda yang terdengar mengintimidasi.

"Hah! Omong kosong macam apa yang baru saya dengar ini, kamu bilang kamu masih mahasiswa tingkat akhir, usiamu terpaut 5 tahun dengan Amanda. Kamu juga belum punya kehidupan yang mapan, sedang Amanda adalah seorang dokter. Jadi apa yang bisa saya harapkan dari bocah ingusan seperti kamu. Kamu mau menanggungjawabi Amanda, sedangkan kamu saja pasti masih meminta jajan kepada kedua orangtuamu"

Mama Amanda secara terang-terangan menginjak-injak harga diri Ali.

"Cukup ma, cukup. Ali datang kesini bukan untuk mama hina"

Amanda berteriak dengan suara melengking.

"Pertama, saya memang masih mahasiswa tingkat akhir tan. Tapi tante jangan khawatir sebentar lagi saya akan wisuda kok tan, saya dari luar emang terlihat urakan dan idiot tapi saya gak sebodoh yang tante kira. Kalau tante gak percaya, boleh tanya teman-teman saya dikampus, Skiripsi saya sudah Acc tan, saya hanya tinggal menunggu panggilan untuk sidang meja hijau, mungkin nanti diakhir semester, sementara teman-teman saya yang lain masih banyak yang bahkan belum seminar proposal. Bukan saya bermaksud sombong tan. Saya hanya ingin tante tau fakta tentang saya mahasiswa tingkat akhir ini"

Ali berhenti sejenak untuk menghela nafas, karena pembicaraan mereka saat ini benar-benar akan sangat menguras emosi.

"Kedua, saya dengan  Amanda terpaut usia 5 tahun. Saya tanya tan, apa ada larangan nikah beda usia dalam Islam? Gak ada kan tan. Jadi letak permasalahannya dimana?  Saya kira tante sudah cukup faham dengan hal ini, ukuran dewasanya cara berfikir seseorang tidaklah melulu ditentukan oleh kematangan usia tan, orang yang usianya masih muda tidak menutup kemungkinan kalau cara berfikirnya lebih dewasa dari orang yang usianya lebih matang" Ali lagi-lagi berhenti sejenak.

HINGGA AKHIR WAKTUWhere stories live. Discover now