Biarkan Sendiri

53 4 0
                                    

Happy reading
Dont forget to vote, comment, and share my story
👌
O(≧▽≦)O

Hari ini ramai bukan main di SMA, suara hiruk pikuk suporter memenuhi lapangan basket. Begitu juga, sangat jelas terdengar suara Lika yang cempreng. Memekakkan telinga Yaca yang duduk di sebelah cewek itu.  Selama beberapa hari terkurung di kamar akhirnya Yaca mau keluar setelah dipaksa habis-habisan oleh Lika, Adit, dan Bayu. Biasanya yang akan heboh adalah Lika tapi kini mereka bertukar posisi, Bayu dan Lika. Cowok itu paling cerewet, Yaca sadar cowok itu mencoba membangkitkan gairah hidupnya. Dengan terpaksa, hari ini ia keluar. Kalau saja Bayu tak menggendongnya, ia pasti tetap setia mendekam didalam kamar. Walau ia keluar dengan raut wajah yang benar-benar kacau. Memang benar ia tidak menemukan tatapan aneh yang melayang ke arahnya, tapi ia tetap merasa berada pada titik terendah dalam kehidupan yang ia jalani selama ini. Kata-kata kasar Reyka masih terngiang jelas, hingga tiap malam ia susah tidur.

"Jangan diem aja Ca. Semangat dong kayak gue. Lesu amat."

"..."

"Bryan. Semangat." Teriak Lika, cowok itu melirik sebentar kemudian memasukkan bola ke ring.

Yaca memilih melangkah menjauh dari keramaian ini. Ia ingin lebih lama menyendiri, ia masih teringat jelas dengan semua perkataan Reyka. Yaca menghentikan langkahnya ketika ia menemukan Reyka beberapa meter di depan. Cewek itu lantas berbalik dan menempuh jalan yang lain. Ia tidak ingin bertemu pandang dengan Reyka, terlalu sakit ketika menatap cowok itu. Lebih baik menjauh dibandingkan mendapat tatapan jijik dan benci dari Reyka. Ia tak sanggup.

Cewek itu terus melangkah hingga ia sampai di balkon, wajahnya sendu. Ia mendongak ke langit, kemudian ia hirup udara sebanyak yang mampu ditampung oleh paru-parunya. Cewek ini memejamkan mata, mencoba menenangkan pikiran yang berkecamuk. Semua hal yang ia lalui terasa semakin sulit, setiap waktu ia melangkah begitu berat dan menyesakkan. Walau demikian, ia masih menyalahkan diri sendiri karena bermuka tebal, tak ada rasa malu atau apapun. Ia benci pada diri sendiri karena begitu lemah dan masih saja terperangkap dalam lingkaran rasa takut. Cewek itu merasakan pening ketika mengingat kejadian itu. Ia membaringkan diri agar lebih puas memandangi luasnya langit yang begitu jauh diatas.

"Apa gue pantas hidup? Gue udah jatuh dalem banget. Apa gue mati aja?" Ujar Yaca putus asa.

Cewek itu berpikir terlalu jauh seolah-olah tak ada lagi harapan yang menantinya di depan, masa depan yang cerah, bahkan Yaca tak memikirkan hal itu lagi ia terlalu syok melihat kenyataan yang begitu pahit yang menghancurkan seluruh keberanian dan gairah hidupnya. Terdengar menyedihkan kisah hidup cewek ini. Bagaimana ia bisa bangkit? Semua hal yang ia lalui begitu terjal, akankah ia menemukan hal yang lebih terjal dari jalan yang ia lalui sekarang? Yaca merasa semakin sesak ketika memikirkan hal ini lebih jauh lagi, seketika semua kebahagiaan yang ia nanti berubah kelam tak ada secercah cahaya lagi. Gelap gulita dan menahan dirinya dalam kegelapan itu seorang diri, tanpa bisa melihat siapa yang kini mengulurkan tangan untuknya. Tak memiliki rasa lagi, kini telah melayang jauh terbawa angin entah kemana?  Ia telah buta perasaan, telah lupa pada keindahan dan kebebasan, kini ia hanya memandang bahwa semua hanya kenangan ilusi yang ada dalam imajinasi yang ia buat saja. Walau semua kenangan indah itu memang nyata ia lalui, namun semua sirna hanya karena kata-kata yang begitu menyakitkan yang keluar dari bibir Reyka. Entah apa arti cowok itu dalam hati cewek ini? Semua yang Reyka lakukan beberapa hari yang lalu berhasil menghancurkan sisa-sisa keberanian dan juga percaya dirinya. Ironis sekali, kini Yaca layaknya sebuah kertas yang lusuh yang telah terbuang, tak ada yang memungut dan membaca isi yang tertulis di kertas itu.

Angin berhembus cukup kencang, seolah membawa pikiran negatif yang kini bertengger di benak Yaca. Cewek itu mengusap wajahnya pelan, menyingkirkan rambutnya yang lolos dari ikatan.

Love StoryWhere stories live. Discover now