Just A Reason

127 3 0
                                    

Happy reading
Maaf kalau banyak typo
Mohon bantuannya
😊🙏🙏😊

o(〃^▽^〃)o

Yaca melangkah beriringan dengan Lika. Kini kedua siswi itu telah menemukan lagi semangatnya walau belum sepenuhnya mendominasi. Masih ada perasaan yang belum tertutupi, galau. Yaca melirik Lika yang asyik dengan es krim rasa vanilla ditangannya. Iya, mereka habis dari kantin untuk mengisi perut. Setelah selesai mengerjakan tugas tambahan dari bu Leza dan sangat pas dengan jam istirahat, mereka menjadi lapar tingkat dewa. Walau hanya berkutat dengan tumpukan kertas, tetapi mampu juga menguras banyak energi.

"Kalian mau kemana?" Tanya Adit yang tiba-tiba sudah disamping Yaca, seperti hantu saja.

"Mau ke tempat rahasia." Bisik Lika sambil cekikikan.

Adit menautkan alisnya bingung. Seperti biasa Lika memang agak jahil dan sering keceplosan. Yaca terkekeh melihat raut wajah Adit yang lebih tepatnya seperti anak kecil alias anak tk. Dengan polosnya Yaca mencubit pipi Adit, sontak saja cowok itu kaget bukan main. Semakin hari sikap Yaca semakin aneh dan itu malah membuat Adit gemas. Cowok itu meraih tangan kanan Yaca yang masih manis bertengger dipipi kanannya. Ia menggenggam tangan itu, sampai akhirnya Adit salah tingkah akibat deheman dari Lika. Tampaknya cewek satu ini sedang cemburu atau mungkin lebih parah. Apa yang lebih parah dari itu? Yaca tertawa melihat tingkah Lika sekaligus Adit. Ada apa dengan dua anak manusia ini? Semua semakin aneh dan atmosfer sekarang terasa sedikit...

Sedikit...

Ah... Entahlah? Apa hanya perasaan gadis itu saja. Yaca menyipitkan kedua matanya saat ia mengulum senyuman dibibir mungilnya. Ia telah kembali ke seharian nya. Bersama dengan kedua sahabatnya ini sudah cukup. Ia bersyukur dengan keadaan seperti ini, keadaan yang membuat pikiran kacaunya menguap ke cakrawala. Bagaikan embun menguap karena matahari telah meninggi.

"Jujur dong sama gue. Kalian mau kemana?"

"Kepo banget sih loe Dit!" Lika memanyunkan bibirnya. Yaca yang melihatnya ingin tertawa terbahak-bahak.

"Nggak usah kayak gitu juga kali wajahnya. Loe nambah jelek tahu nggak!"

"Apa? Gue jelek yang ada lucu dasar cowok koplak!"

"Mata loe somplak kali Dit. Lika yang paling cantik di dunia yang kecil ini loe bilang jelek. Kalo kayak gitu jelek, cantiknya kayak gimana?" Kini Yaca bersuara. Ia tak tahan lagi melihat perdebatan tak penting dua orang itu. Perdebatan yang menurutnya seperti lawakan.

"Cantiknya kayak..." Adit memotong kalimatnya.

Wajah Lika kini menyelisik ekspresi Adit. Ia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh cowok itu. Lika tahu dan sangat tahu. Ia lebih dulu meninggalkan kedua orang yang masih terdiam dihadapannya. Ia tak tahan melihat tatapan Adit terhadap Yaca. Sedangkan Yaca menyadari sikap Lika. Ia menarik lengan baju Adit untuk mendekati Lika yang sudah jauh di depan. Yaca tersenyum sendiri melihat tingkah Lika yang cemburu. Jujur saja, Yaca bingung tentang perasaannya dengan Adit. Apa yang ia rasakan terhadap Adit begitu abstrak. Tak jelas dan semakin membuat dirinya bingung dengan semuanya. Nyaman, terlindungi, senang. Seperti nano-nano atau gado-gado. Namun, itu perasaan yang sulit diartikan. Bukan cinta? Tapi apa? Seperti cinta. Tapi sepertinya tidak. Ia tak tahu bagaimana perasaannya terhadap Adit.

"Loe... Kenapa sih Ka?" Yaca memancing Lika untuk berbicara.

Lika menatap kedalam mata Yaca seolah memberi tahukan cewek itu dari mata ke mata. Dan Yaca juga tampak mengerti dengan arti tatapan cewek itu.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang