CEO?

59 3 0
                                    

Hello...
Happy reading
Sorry if typo everywhere
😊🙏🙏🙏😃

O(≧∇≦)O

Suara rintik hujan menimpa ringan kaca mobil yang dikemudikan oleh Bayu. Yaca dengan pandangan yang melayang entah kemana menyibukkan diri dengan pikirannya yang berkecamuk. Ia masih merenungkan kejadian dimana ia mendapat perlakuan yang begitu kasar dari Reyka seminggu yang lalu. Banyak hal yang memenuhi pikiran cewek ini, setiap kali ia berpapasan dengan Reyka, cowok itu selalu saja membuang muka dan terkadang memberi ia tatapan sinis dan benci. Selama yang ia renungkan, ia masih belum bisa menemukan alasan Reyka bersikap seperti itu. Ia sadar bahwa selama ini hubungannya dengan Reyka memang kurang baik. Mereka hanya menunjukkan wajah dingin dan super datar, terkadang juga akan mendebatkan hal yang tidak penting. Bayu menyentuh lembut punggung tangan cewek itu, sejak tadi panggilan yang ia layangkan tidak juga ditanggapi oleh Yaca. Bayu merasa bahwa Yaca telah kehilangan respon karena sibuk melamun.  Cewek itu belum menoleh, ia masih melamun. Membuat Bayu tersenyum getir, Bayu menggenggam tangan Yaca dan berhasil membuat cewek itu menoleh namun didalam matanya begitu terlihat bahwa ia kelelahan karena berpikir keras.

Mobil yang dikendarai oleh Bayu menepi disebuah gedung perusahaan milik keluarga Paramitha. Wajah Yaca berubah heran ketika menyadari mereka telah sampai di tempat dimana Yaca merasa tidak pernah nyaman. Cowok itu membukakan pintu untuk Yaca karena Yaca tak kunjung turun. Yaca tak tahu apa rencana yang telah disiapkan oleh sang papa. Mungkin ini sebuah kejutan yang besar. Yaca menarik napas dalam, menginjakkan kaki di perusahaan papanya cukup membuat ia sesak napas. Semua orang-orang yang berlalu lalang didalamnya begitu membuat Yaca hanya mampu menunduk. Melangkah kedalam adalah hal yang cukup ekstrim. Ia ingat dengan sangat jelas kejadian yang begitu buruk di dalam gedung bertingkat ini. Tatapan tidak suka dan senyuman sinis ia dapatkan. Mungkin karena faktor usia yang memiliki selisih begitu jauh. Ia yang masih memakai seragam SMA begitu diragukan kemampuannya dalam mengolah data.

"Ayo Ca, entar telat gimana?"

"Emang mau ngapain sih Yu kesini? Kan udah ada sekretaris papa yang nganterin berkas buat gue ke sekolah. Pake kesini segala."

"Yaca, kita semua ada meeting. Papa lo nyuruh gue untuk mengantarkan nona muda tanpa memberitahu nona muda kami ini."

"Bahasa lo kok nggak jelas gitu Yu. Kalo mau ngeluarin kalimat itu yang baku dikit ngapa?"

"Udah, jangan bahas bahasa. Kita beneran bakal telat Yaca. Cepet dong, entar kalo telat gue yang kena semprot bukan lo." Bayu menarik tangan Yaca sambil memandangi jam tangan di pergelangan tangan kanannya.

Yaca hanya bisa menurut dan menarik napas dalam untuk kesekian kalinya. Atmosfer di dalam gedung ini membuat sesak, hawa aneh menyebar di sekitar Yaca. Namun ia tidak bisa menarik diri untuk keluar.

Mereka sampai di ruang rapat yang telah diisi oleh para dewan direksi. Yaca bisa melihat sosok sang papa yang sibuk memperhatikan lembaran kertas yang telah dijilid rapi. Suasana apalagi ini, ia merasa semakin tersudut dengan tatapan orang-orang yang mengarah padanya. Kehebohan apa yang akan ia buat kali ini? Yaca menuju kursi kebesarannya sembari menunduk. Sang papa berdehem dan merubah suasana yang tadi sedikit longgar kini menjadi serius. Yaca hanya terdiam, ia begitu malas memperhatikan pembukaan meeting oleh sekretaris papa. Bayu yang berdiri disamping Yaca menyenggol lengan cewek itu pelan. Yaca tahu maksud Bayu, cowok itu ingin ia mendengarkan dan memperhatikan wanita cantik itu mempresentasikan sesuatu. Yaca mengerutkan kening ketika mendengar namanya disebut oleh wanita cantik itu. Ia menatap sang papa dengan wajah heran. Apalagi sekarang?

Love StoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt