The True Secret

74 4 2
                                    

Happy reading
Dont forget vote, comment, and share
O(≧▽≦)

Sunyi, itu yang terjadi di balkon sekolah. Yaca, Lika, dan Adit tak lagi bicara, mereka mensyukuri masing-masing dalam hati akan kebersamaan mereka seperti dulu tanpa memandang status mereka sekarang. Sore telah tiba, sang surya sudah beranjak dari tahtanya menuju keperaduan. Semburat merah jingga terlukis indah diangkasa, hembusan angin sore mengantar sang surya kembali.

Mereka kembali ke kelas setelah empat jam membolos, ah mungkin ini bukan membolos. Karena suasana sekolah sedang heboh menyiapkan pertandingan antar sekolah yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Dari kejauhan tampak pak Danu berjalan sembari melirik jam tangannya, dengan langkah cepat Yaca dan Lika meninggalkan Adit. Cowok itu terkikik geli karena dua cewek itu terlihat begitu lucu.

"Huft... Hampir aja Ca. Kalau telat kita pasti nongkrong di depan kelas." Ujar Lika ketika berhasil duduk dibangkunya sebelum pak Danu masuk. Yaca mengangguk setuju, ia kapok juga mendapat hukuman. Selama ini ia tidak pernah absen untuk mendapatkan hadiah dari pak Danu, maupun guru yang lain.

"Iya, Ka. Gue udah bosen kena hukum terus sama pak Danu. Mana double terus gue dapatnya."

"Baru sadar lo? Makanya Ca, tugas dikerjain biar nggak numpuk. Nyeselnya sekarang kan? Apa gue bilang."

Yaca manyun mendengar pernyataan Lika yang memang benar seratus persen. Mengapa ia baru bisa sadar sekarang? Kenapa nggak dari dulu? Semua siswa di kelas XII IPA A1 diam membisu ketika guru killer itu memasuki kelas. Pak Danu tersenyum senang melihat semua siswanya tertib dan disiplin. Termasuk Yaca yang sering terlambat kini tepat waktu berada didalam kelas. Setelah mendapatkan kepastian akan keberadaannya, Yaca semakin hari semakin berubah dewasa. Ia mulai disiplin dan mengatur cara kerjanya, ia berubah juga karena perhatian Bayu. Ternyata disiplin itu terasa lebih baik, semua hal yang dikerjakan bisa sesuai dengan proporsi yang telah ditentukan.

Dua jam berlalu dengan cepat, suara riuh rendah terdengar disegala penjuru sekolah swasta itu. Waktu pulang sekolah adalah yang paling ditunggu-tunggu setelah sekian jam ditempa di sekolah. Ada yang girang karena semua ekskul diliburkan, ada yang biasa saja, dan ada yang kecewa karena saking terpikat dengan ekskul yang mereka ikuti. Semua siswa kembali ke rumah, asrama, maupun kos-kosan, kecuali siswa yang mengikuti pertandingan, OSIS, dan Yaca. Cewek itu memilih melihat Bayu latihan, ia ingin tahu seberapa kuat bodyguard nya itu. Pertandingan taekwondo untuk beberapa hari kedepan ini diwakili oleh dua  perwakilan cowok dan dua perwakilan cewek. Yaca menjadi tertarik dengan cabang olahraga ini, mengapa ia tidak memilih taekwondo saja dulu? Ah, tak usah memikirkan hal yang telah lalu. Cewek itu mengambil tempat duduk di ujung bangku penonton yang tidak terlalu ramai hanya ada segelintir orang yang memilih tempat itu, termasuk Bryan. Cowok itu melirik Yaca, hendak mendekati cewek itu tapi ia urungkan melihat Reyka mendekat kearahnya.

"Sendirian aja lo, Bryan?"

"Mau nyari temen, eh lo udah dateng."

"Emang siapa temen lo?"

"Ngeremehin lo, gue banyak punya temen. Salah satunya tuh cewek." Bryan menunjuk Yaca yang tengah asyik menyaksikan latihan Bayu dengan seorang adik kelas cowok.

Melihat seseorang yang ditunjuk oleh Bryan, Reyka tersenyum miring. Ia muak melihat cewek itu, sampai sekarang semakin menggunung saja. Reyka mengalihkan pandangan, tak ingin bertemu pandang dengan cewek itu. Ia menyadari bahwa Yaca adalah cewek yang peka, jadi ia harus hati-hati. Bisa saja emosi yang ia pendam beberapa hari terakhir ini ia luapkan pada Yaca. Cewek itu memiliki tameng dimana-mana, cewek yang menakutkan. Ia salah selama ini bergerak dibalik layar, ia tiba-tiba benci mengingat semua hal yang telah ia lakukan selama ini.

Love StoryWhere stories live. Discover now