Bingung

111 3 0
                                    

Happy reading
Maaf kalau typo tersebar dimana-mana.
Mohon bantuannya
😆🙏🙏🙏😆
O(≧∇≦)O

Hujan semakin deras, dan udara semakin dingin. Suasana didalam mobil Adit masih tetap sama, hening.

"Kayaknya udah malam banget deh Ka. Gue nggak berani pulang kalo hujannya deres gini."

Lika kaget saat kalimat itu dengan entengnya meluncur dari mulut Adit. Ia merasa ada sesuatu yang tersembunyi dalam kalimat Adit. Sebuah pengakuan mungkin? Atau sebuah gurauan yang tak lucu. Apakah sebuah kebenaran dalam perkataan itu? Lika terlalu bingung untuk mencerna kata-kata Adit barusan. Ia bingung dengan sikap sahabatnya ini. Ia tahu Adit memiliki sisi dewasa, tapi ia tak yakin Adit akan memiliki sisi php seperti ini. Lika yakin, kalimat itu sebenarnya bukan yang ingin Adit katakan. Pasti ada hal lain. Dan saat ini pikiran cowok itu tengah buntu. Mungkin itu alasannya.

"Gue serius. Ka"

Lika melebarkan matanya. Serius atau bercanda sama saja, membuat cewek itu kikuk. Dengan perasaan campur aduk, ditambah pernyataan dari Adit menambah gejolak hati Lika. Sampai rasanya ingin meledak. Seakan ada kupu-kupu yang berterbangan di hatinya. Walau ia tahu itu hanya sebuah kebohongan.

"Loe kenapa bengong?"

"Ha?"

"Loe kenapa bengong?" Adit mengulangi pertanyaan nya.

Lika hanya menggeleng. Untuk Lika semua terasa aneh. Ia tahu bahwa dirinya terlalu peka, sampai pada akhirnya ia akan menanggapi semua itu dengan berlebihan. Lika semakin dibuat kikuk saja oleh Adit. Namun, sebuah tawa disela hujan kini terdengar. Adit tertawa menertawakan kekikukan cewek itu. Lika berhasil ditipu oleh Adit dengan kalimat 'gue serius', yang mampu membuat Lika bungkam dan menanggapinya dengan berlebihan dan terlalu memasukkan kedalam hati. Tapi nyatanya itu sebuah candaan yang gagal alias tak lucu.

Lika menatap lamat-lamat cowok disampingnya ini. Lika menyadari sesuatu. Ini pertama kalinya ia mendengar Adit bergurau atau lebih tepatnya mempermainkan hatinya. Biasanya pun Lika yang selalu saja mengumbar omong kosong dan lawakan. Semakin hari dunia Lika seakan semakin berguling. Ia susah mempertahankan keadaan seperti dulu.

Adit menghentikan tawanya. Ia teringat akan kejadian tadi sore di balkon. Ia ingat saat ia bersama Lika tak sengaja melihat Yaca tengah di gendong oleh Reyka menuju parkiran. Candaan yang ia buat barusan terasa garing, memang benar pikirannya sedang tak sejalan dengan hati kecilnya. Namun mau apa lagi? Nyatanya ia selalu tak dapat menolong Yaca disaat cewek itu membutuhlan pertolongan. Selalu menjadi orang terakhir dalam menyadari keadaan cewek itu. Selalu saja ada kendala. Jika saja ia bisa selalu bersama. Dan akhir-akhir ini semua semakin renggang. Ia dengan Yaca maupun dengan Lika. Entah kenapa semua ribet seperti benang kusut. Tak dapat dimengerti. Semua berpaling ke masalah sendiri. Tanpa meminta bantuan. Mungkin saja kalau diantara mereka meminta bantuan. Adit mungkin bisa membantu walau tak seberapa.

Keheningan kembali merayapi suasana yang semakin dingin. Mobil yang dikendarai oleh Adit telah menepi di halaman rumah mewah di salah satu komplek itu. Lika memandang Adit hendak mengucapkan terima kasih, tapi dengan segera Adit keluar dari mobil. Cowok itu membentangkan payung yang ia ambil di kursi belakang. Lalu ia membukakan pintu untuk Lika. Memberikan tumpangan payung sampai teras depan rumah Lika, sambil alih-alih meraih bahu Lika. Jelas saja cewek itu hanya menurut. Lika tak berkedip saat Adit melepas lengannya dari bahu Lika.

"Masuk sana. Dingin tahu nggak."

"Loe duluan yang masuk mobil."

"Loe aja duluan. Gue kan cowok jadi tahan ama dingin."

Love StoryWhere stories live. Discover now