You and I

119 5 0
                                    

Detak jantung gadis itu masih belum normal. Walau sudah beberapa menit berlalu, kini suasana canggung menghampiri keduanya. Namun kedua pasang mata milik Yaca sesekali melirik Reyka yang sebenarnya melakukan hal yang sama pula. Yaca tak menyadari sedari tadi rona diwajahnya masih belum hilang. Kejadian tadi benar-benar diluar skenario yang Reyka rencanakan untuk menjahili gadis itu.

”Ah... Akhirnya udah selesai." Yaca merenggangkan kedua tangannya. Ia tersenyum puas saat melihat susunan kertas berisi motivasi tertempel di kertas karton berukuran besar.

Gadis itu meraih bagian ujung karton dan membawanya ke papan mading. Reyka ikut membantu usaha Yaca untuk menempel kan hasil kerja mereka.

Yaca mengangguk puas saat kertas itu telah tertempel. Tugas nya telah selesai, sekarang ia bisa aman dan sentosa menikmati waktunya untuk membaca novel yang masih belum rampung ia baca.

"Thanks."

"Buat apa?"

"Buat bantuin gue nyelesain ini."

"Terima kasih aja nggak cukup. Gue bantuin loe itu nggak gratis. Jadi harus ada imbalannya."

"Apa? Imbalan? Jadi loe nggak tulus bantuin gue?"

"Menurut loe? Setelah gue ngelakuin ini. Ayolah Yaca, di dunia ini nggak ada yang gratis."

Baru saja Yaca bersyukur akan kebebasan nya, sekarang ia harus berhadapan lagi dengan cowok menyebalkan ini.

Kalau dipikir-pikir ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya. Sesuatu yang aneh. Dilihat dari sudut pandang subjek yang mengerjakan mading tersebut. Banyak pertanyaan yang bercokol di kepala nya. Mengapa tugas ini hanya dilimpahkan padanya? Kenapa Reyka mau membantu mengerjakan semua itu? Yah, walau pada akhirnya harus ada imbalan. Tapi aneh, tugas dari guru sudah ia kerjakan. Kenapa ia mendapat tugas mading? Ia juga tak berbuat kesalahan. Apa ada yang tidak ia ketahui?

Aahhh... Reyka kampret... Geram Yaca dalam hati.

Ingin rasanya ia memukul wajah tampan Reyka sampai tak berbentuk. Yaca mendelik tajam, namun hanya dibalas seringaian oleh Reyka.

"Loe mau apa?"

"Simple aja permintaan gue. Loe harus kerja sama bareng gue."

"Kerja sama? Loe kira proyek! Gue nggak mau!" Tolak Yaca tegas, Reyka hanya berdecih kecil saat ajakannya ditolak mentah-mentah oleh Yaca.

"Loe yakin?"

"Gue yakin seratus persen. Gila aja gue kerja sama bareng loe. Loe itu cowok yang paling menyebelin yang pernah gue kenal."

"Loe yakin nih. Ada keuntungannya loh."

"Yakin."

Keuntungan? Apa ya? Penasaran juga gue. Tapi masak iya gue kerja sama bareng ni curut. Entar malah gue rugi lagi. Tapi....

Yaca menimang-nimang perkataan Reyka. Cowok itu bilang keuntungan jadi Yaca tertarik. Tapi penasaran juga dengan kerja sama apa yang akan mereka lakukan. Yaca benar-benar tertarik dengan kalimat Reyka yang menyinggung soal keuntungan.

"Apa keuntungannya?"

"Loe mau?"

"..."

"Ok. Keuntungan nya loe bisa minta bantuan gue kalo lo butuh sesuatu."

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang