Friendship

62 6 0
                                    

Happy reading
Dont forget to vote, comments, and share my story
😉(。・ω・。)😁

Yaca merasa lega dengan suasana yang ia rasakan saat ini,  Bayu berhasil membuat ia melupakan masalahnya sejenak. Hembusan angin yang menerpa wajah Yaca semakin membuat cewek itu melayang,  ternyata tak jauh dari rumah kaca itu masih ada tempat yang seperti ini.  Lapangan sepak bola dengan rumput hijau yang dipangkas rapi, lapangan  ini mengingatkan Yaca pada seseorang yang beberapa hari ini selalu menghindari dirinya. Berhasil menimbulkan beban pikiran bagi Yaca. Cewek itu berpikir apa salah yang ia perbuat sehingga membuat  cowok itu bersikap lebih parah bahkan sangat  parah dari biasanya?

Tiba-tiba Yaca tersadar dari lamunannya, Bayu meniup pelan wajah Yaca yang bengong.  Cowok itu terkikik melihat respon Yaca yang lucu. Yaca langsung memberi hadiah pukulan di lengan Bayu. Entah sudah berapa kali ia memukul cowok itu, karena Bayu adalah bodyguard yang kuat jadi tak mengapa ia memukul cowok itu sesuka hati.

"Jangan bengong gitu, pemandangan indah gini nggak lo manfaatin."

"Emang mau ngapain?"

"Ayo lari sore, lo kan jarang olahraga. Entar penyakitan lo." Ejek Bayu yang berhasil membuat Yaca mengernyitkan keningnya. 

"Kayak lo sering olahraga aja." Timpal Yaca, Bayu hanya tersenyum mengingat bahwa ia selama dua hari ini tidak latihan. Padahal ia akan ada pertandingan taekwondo dua minggu lagi.

Tak menunggu persetujuan Yaca, Bayu langsung menarik tangan cewek itu untuk berlari. Udara yang sejuk memberi kenyamanan ketika mereka berlari. Hingga mereka mendapat beberapa putaran mengelilingi lapangan sepak bola itu Yaca sudah menyerah. Jarang berolahraga karena mengerjakan berkas kantor membuat otot-ototnya kaku. Seharusnya ia mengatur pola kebugaran jasmaninya agar tidak kaku. Semua ini adalah kesalahan yang ia buat sendiri karena terlalu berpangku dengan masalah yang ia hadapi tanpa mau memandang kegiatan yang menyenangkan seperti ini.  Sebenarnya ia bisa mendapat kebebasan apabila ia tidak menganggap semua hal menjadi beban yang begitu berat. Seharusnya ia menganggap semua itu adalah suatu kesenangan yang berpola, melakukan semuanya dengan keikhlasan tanpa memikirkan seberapa kemampuan yang ia miliki untuk menyelesaikan itu semua. Cukup mengalir seperti air yang mengikuti lintasan yang ada. Yaca terlalu mencoba untuk menolak semua secara paksa tanpa menerima dengan lapang dada dan melihat hasil yang ia peroleh kedepannya.

"Udah capek neng?"

"Neng?" Yaca mengernyitkan dahinya,  Bayu memang cowok yang berubah-ubah, sikapnya naik turun seperti ayunan yang terayun kencang.

"Nggak mau dipanggil neng ya?"

"Panggil aja gue Yaca, Yu. Nggak usah pake banyak panggilan gitu. Nona muda kami? Neng? Green tea? Apaan lagi? Gue malas dengernya. Nama gue kan Yaca Ayusa Paramitha. Dari mana tuh semua panggilan."

"Lo emang cewek kaku yang pernah gue kenal tahu nggak. Dan itu hal yang ngebuat gue tertarik sama lo." Ujar Bayu dengan lirih diakhir kalimat yang ia ucapkan.

"Apa yu? Lo kalo ngomong bisa besaran dikit nggak volumenya?" Bayu menggelang.

Yaca menghela napas kemudian merebahkan tubuhnya diatas rumput hijau lapangan itu. Mata Yaca tak teralihkan dari pemandangan langit dengan awan putih yang melayang indah disana dengan berbagai bentuk. Yaca merasa nyaman berada di tempat terbuka yang menyajikan pemandangan langit yang indah seperti ini. Yaca mengangkat tangan kanannya seolah-olah tengah menggapai tumpukan awan yang jauh diatasnya itu.

"Makasih ya Yu, lo udah ngajak gue ke tempat kayak gini."

"Apasih yang nggak buat lo Ca. Lo itu kayak tuan putri bagi kita semua. Lo itu istimewa."

Love StoryWhere stories live. Discover now