Diam

59 0 0
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote dan comment nya
Semoga cerita ini menghibur
Kritik dan saran
Penulis nantikan

😊🙏🙏🙏😃

O(≧∇≦)O

"Yaca..."

"Hem..."

"Loe udah baikan kan? Gue khawatir sama loe."

Yaca tersenyum lembut kepada Adit yang begitu memperdulikan dirinya. Yaca bersyukur dengan orang-orang yang berada disekitarnya yang selalu mengawasi. Walau papa dan mama selalu sibuk, mereka selalu memperhatikan Yaca dengan cara mereka. Yaca juga memiliki sahabat yang selalu setia menemani ketika ia begitu membutuhkan sebuah pertolongan dan selalu ada untuk menyemangati dirinya ketika ia terpuruk dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Yaca bersender dibahu Adit, ia masih merasakan pusing. Ancaman Alexa benar-benar mengusik ketenangan yang begitu sulit ia bangun selama ini, selalu saja ada yang mempersulit keinginannya untuk meraih kebebasan. Haruskah ia menceritakan keluh kesah yang ia rasakan saat ini kepada Adit? Yaca memejamkan mata, meresapi hembusan angin yang bertiup lembut. Ia merasa nyaman bersandar pada cowok yang selalu ada untuk dirinya dalam keadaan sesulit apapun yang ia lalui. Tapi hatinya enggan berbagi, biarlah ia hadapi sendiri dulu ancaman dari Alexa. Ia bukanlah cewek yang begitu lemah, ia ingin semakin kuat dengan kelemahan yang ia miliki. Menghadapi rintangan itu dengan cara dan kekuatannya sendiri tanpa bertumpu dengan orang lain sebagai sandaran dan benteng untuk bersembunyi. Bangkit dari keterpurukan yang selama ini mengekang langkahnya, melepaskan diri dari belenggu bayang-bayang yang kian memakan hampir seluruh keberanian yang ia miliki. Tidak ada lagi ketakutan yang mengalahkan keberanian, ia harus bangkit walau berapa kalipun ia terjatuh.

Adit mengelus lembut rambut Yaca, membuat cewek itu merasa berdebar. Sebelumnya ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh Adit, entah karena dorongan apa cowok itu melakukan ini? Yaca hanya tidak dapat berkutik karena tiba-tiba dadanya berpacu dengan cepat seperti habis berlari sejauh satu kilometer. Ia tidak pernah membayangkan akan terjadi hal seperti ini, bukankah ia dan Adit hanya sebatas sahabat tidak lebih dari itu? Atau beginikah cara bersahabat itu? Terdengar suara Lika yang memanggil nama green tea, oh cewek ini langsung merusak moodnya yang baik. Walau dengan sebutan itu ia tidak takut, hanya saja merasa aneh dan menjengkelkan. Yaca langsung menegakkan badannya ketika mendengar suara Lika yang semakin terdengar dengan jelas.

"Green tea?"

Kedua remaja ini mendadak terdiam dan suasana menjadi kaku hanya dalam hitungan detik. Adit menunduk menyesali apa yang telah ia lakukan tadi, mungkin saja Yaca akan merasa canggung apabila nanti mereka bertemu.

Tampak senyuman Lika yang mengambang bebas di wajahnya ketika menemukan Yaca dan Adit terduduk di bangku. Cewek itu melambai dan melangkah dengan cepat untuk memastikan keadaan Yaca yang tadi malam berhasil membuat seisi rumah keluarga Paramitha gempar karena Yaca lemas. Lika juga sempat panik ketika melihat Yaca terbaring lemas di ranjang UKS sambil menggenggam tangan Reyka yang ternyata setia menunggu cewek ini hingga sekolah berakhir. Ia dapat merasakan apa yang Yaca rasakan, seakan-akan mereka dihubungkan oleh kabel yang beraliran listrik. Semua ketakutan Yaca, ialah penyebabnya. Seandainya waktu itu ia tidak membelikan Yaca minuman yang berbau teh, tidak mungkin hal ini terjadi pada Yaca. Ia menyesal, sehingga ia selalu melindungi Yaca dengan kekuatan dan tenaganya agar cewek itu tidak mengalami hal seperti waktu yang kelam itu. Lika melirik dua sahabatnya ini, dan menemukan keganjilan disana. Baik tingkah Yaca yang tidak seperti biasa maupun tingkah Adit yang tampak kikuk. Apa yang telah terjadi? Lika akhirnya memilih duduk ditengah-tengah kedua orang ini, lebih baik ia menengahi situasi canggung ini. Lika mulai berpikir, bukankah ia bodoh karena tidak menyadari situasi yang saat ini terjadi? Lika menunduk ketika pikirannya menemukan jawaban yang tepat, ia adalah pengganggu. Tapi bukankah mereka sahabat? Apa yang harus ditutupi? Melihat Lika hanya menunduk dan menyimpan ocehannya, Yaca berdehem. Mencoba mencairkan suasana yang bahkan ia tidak tahu apa maknanya. Kini Adit yang tiba-tiba berdiri dan menghela napas, dengan cool Adit memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan berdiri dengan tegap seolah-olah menunjukkan bahwa ia tinggi. Lika membuang muka, namun sejurus kemudian ia tersenyum ke arah Adit. Ia tidak bisa mengatakan bahwa Adit tidak keren, cowok ini cowok yang berhasil mencuri hatinya. Lika menyukai Adit dari pandangan pertama mereka ketika di SMP, hingga saat ini karena terbiasa bersama ia semakin merasakan perasaannya semakin membesar. Awalnya cewek ini begitu yakin dapat menaklukan Adit karena pesona yang ia miliki, namun kenyataan berkata lain. Sampai saat ini, ia masih belum mengetahui perasaan Adit terhadap dirinya. Sejauh ini, yang ia lihat adalah Adit seperti menaruh perasaan pada sahabatnya Yaca. Sahabat yang karena dirinya menjadi seperti ini, cewek itu sering merutuki diri ketika melihat Yaca panik karena teh. Ini benar-benar salahnya.

Love StoryWhere stories live. Discover now