Atilla merebahkan tubuhnya di kasur. Pikirannya menjelajah ke kejadian semalam. Insiden yang amat membuatnya merasa malu, namun tak berani ia tunjukkan. Dia harus tetap lihai dalam memainkan perannya.

Seringkali ia mendapati tangannya mengepal kuat hanya karena mengingat wajah cowok yang telah berani mengusik ketenangannya.

Entah kenapa, tiba tiba saja dia teringat lagi dengan film yang ternyata setelah diceknya di website bioskop, akan tayang terakhir kali hari ini.

Atilla bertekad untuk membuat harinya tenangnya berjalan dengan baik hari ini.

Mengenyahkan sepi dan meringankan beban. Setidaknya, itu yang bisa dilakukan Atilla untuk bisa merasa tenang.

• • •

Beruntung sekali. Atilla datang ke bioskop ketika antrian sedang kosong. Pembelian tiketpun berjalan lancar.

Sekarang dia hanya tinggal menunggu pemutaran film. Atilla duduk di pinggir koridor bioskop, sembari memainkan ponselnya, dan menikmati popcorn yang tadi dibelinya.

• • •

Bosan menunggu di koridor bioskop, Atilla memutuskan untuk berkeliling mall untuk menunggu pemutaran film. Ia berdiri dari duduknya, kemudian melenggang pergi, keluar dari bioskop.

Melintas di depan toko buku, Atilla tertarik untuk mampir sejenak. Mengingat ia membutuhkan koleksi novel baru untuk mengisi rak bukunya.

Bagaimanapun juga, Atilla tetaplah satu dari sekian juta gadis remaja di dunia ini yang tertarik dengan benda yang menawarkan khayalan-khayalan menyenangkan.

Dia menghampiri rak novel best seller. Membaca sinopsis beberapa novel yang menjadi pilihannya, dan mengeliminasimnya satu persatu. Hingga akhirnya tersisa satu novel yang menjadi pilihannya.

Setelah memutuskan pilihannya, Atilla memutuskan untuk berkeliling ke seluruh penjuru toko buku, untuk mengabaikan waktu yang terasa amat lamban.

Namun langkahnya terhenti tiba-tiba kala pandangannya menangkap sosok cowok yang tak asing di memorinya.

Dan cowok itu ternyata  Derrel.

Cowok cupu yang sudah membuat dirinya diamankan oleh petugas keamanan. Di luar dari dugaan Atilla, cowok itu melangkah ke arahnya.

"Hai." sapa Derrel hangat.

Tunggu. Atilla mengernyitkan dahi. Kemarin, mereka baru saja bertengkar hebat, namun, hari ini, mengapa cowok ini tiba-tiba menyapanya dengan senyuman yang terbilang hangat sekali?

Aneh.

Apa mungkin dia merencanakan sesuatu? Balas dendam, mungkin?

"Apa lo hah?! Mau berantem lagi sama gue?!" bentak Atilla dengan tatapan mengintimidasi.

"Eit. Santai dong. Gue cuman mau minta maaf. Nggak baik tau, musuhan. Mending kita baikan. Siapa tau bisa jadi temen baik. Ya nggak?"

"Najis. Pasti lo rencanain sesuatu kan? Awas aja lo kalo mau macam-macam sama gue!" ancam Atilla di ujung kalimat.

"Nggak lah. Gue cuman mau minta maaf."

CephalotusWhere stories live. Discover now