❝Dunia selalu terasa kejam bagi siapapun yang hidup di dalamnya. Namun selama kebaikan terus ditebar, hati akan selalu merasa damai dan tenang.❞
. . .
Kalau dulu aku menganggap sekolah adalah neraka, sekarang aku sudah menghapus pemikiran itu.
Karena kupikir ketika aku menganggap satu tempat buruk, maka tempat itu akan selamanya buruk.
Di tahun baru, aku ingin menjadi pribadi yang positif.
Pas di jam istirahat, aku tidak keluar kelas. Aku lanjut membaca webtoon yang baru update hari ini. Kalau teman-temanku berbeda. Mereka sibuk mengetik entah apa itu mengenai pensi. Kulirik Elis masih berkutat dengan laptopnya. Mencari-cari sponsor untuk acara pensi Februari nanti.
Terkadang ada rasa ingin untuk mengikuti organisasi. Tetapi aku sadar bahwa aku akan kesulitan bersosialisasi dengan mereka.
Aku takut nantinya ketidaknyamananku malah mengacaukan semuanya.
"Pala gue puyeng." Revi mendekati dan duduk di depan meja Elis. Kepalanya sudah terbenam di antara sela tangannya.
"Rev, kerjaan kita belom selesai." Racha datang menyegah Revi yang sepertinya ingin beristirahat. Aku jadi kasihan melihatnya.
"Capek, Cha. Istirahat dulu ah. Lo kayak nggak ada capek-capeknya ya," tukasnya lemah.
"Revi bener, Cha," ucapku prihatin.
Racha tampak menghembuskan napas berat. Kemudian dia duduk di sebelah Revi, tepat di depanku.
"Eh, besok kita jalan-jalan yuk," ujar Elis sambil menutup laptopnya.
Perutku jadi mulas. Kenapa teman-temanku suka sekali jalan-jalan?
"Ayo!" seru Revi seperti kembali hidup.
"Gue nggak bisa deh. Udah izin les dua kali. Entar kalau tiga kali, mentornya bakal hubungin mama gue. Mati gue diamukin."
"Nggak heran kalau lo sih. Zelin, gimana?"
Aku tersentak ketika Revi menyebut namaku. Mencari-cari alasan yang bagus untuk menolak. "Besok kayaknya nggak bisa deh. Anu, itu aku ada acara gitu."
Matanya memicing. "Acara apaan?"
"Acara keluarga gitu."
Napasku tertahan. Berharap mereka percaya dengan alasan abal-abalku.
"Ya udah deh. Entar kita ajak aja Mirel dkk aja, Rev," sahut Revi kemudian.
"Sip. Gampang tuh."
Helaan napas berat keluar dari hidung. Sebenarnya aku tidak enak berbohong pada mereka.
Tetapi jujur, aku sangat malas sekali diajak jalan-jalan. Hanya itu alasanku. Aku lebih suka berada di rumah tepatnya di kamar.
Dan aku tidak akan pernah merasa bosan.
Aku kembali membaca webtoon sampai suara Elis memasuki pendengaranku.
"Eh kita keluar kelas yuk. Sumpek banget di kelas mulu."
Aku membisu. Sebegitu cepatnya mereka bosan. Sedangkan aku, di kelas berlama-lama tidak membuatku bosan sama sekali. Daripada di luar dan berceloteh, lebih baik aku diam di kelas sambil membaca webtoon atau belajar untuk pelajaran berikutnya.
"Ayolah. Kita ke halaman depan aja. Lagian bentar lagi mau masuk." Revi menimpali.
Mau tidak mau aku harus ikut juga. Lagian mereka semua pergi. Aku tidak enak kalau diam saja di kelas.
YOU ARE READING
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Teen FictionFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...
