📓Extra Part

8.7K 709 155
                                        

Walau beribu orang berkata aku mencintaimu, namun hatiku akan selalu menetap setia padamu.

. . .

Aku sudah menyelesaikan kuliahku di salah satu universitas negeri di Jakarta dengan bantuan beasiswa bidikmisi tepat empat tahun. Sekarang aku sudah meraih gelar sarjana pendidikan di belakang namaku.

Zelin Fauziyah, S.Pd

Perjuangan yang tak sia-sia kini membuahkan hasil. Karena kuliahku sudah selesai, otomatis sudah saatnya aku kembali ke kota kelahiranku, Jogjakarta seperti janjiku pada Bunda ketika aku meminta untuk lanjut kuliah di Jakarta.

Sebenarnya satu-satunya alasanku untuk tetap berada di Jakarta adalah karena aku menunggu dia menepati janjinya.

Tetapi dia tak kunjung kembali juga. Apa Arlan melupakan janjinya padaku?

Saat ini aku sudah pasrah. Aku hanya menyerahkan segalanya pada takdir. Arlan pernah berkata, kalau aku jodohnya, pasti segalanya akan berjalan sesuai takdir.

Lagipula aku tak bisa menahan diri lagi untuk pulang ke Jogjakarta. Bunda dan Kak Zara juga berulang kali memintaku pulang dan tinggal bersama mereka.

"Nah itu, Elis!"

Aku terbangun dari lamunan dan melihat Elis berjalan ke arah kami.

"Heyllo ciwi-ciwiku~"

Elis datang dengan busana warna-warni, membuatnya mencolok dari orang-orang yang berada di kafe.

"Eh, Bilis! Makin norak aja lo."

"Sial. Gue baru pulang ke Jakarta setelah tiga tahun lamanya nggak ketemu loh." Elis merengut kesal. Namun tak lama dia tersenyum. "Eh sekarang lo makin item ya."

"Sial."

"HAHAHHAHAA." Mereka terbahak bersama, membuat kehebohan karena saat ini kami menjadi pusat perhatian. Aku menggeleng kepala melihatnya. Tak ada yang berubah. Mereka selalu saja heboh berdua.

"Zelinkuuu, apa kabar?"

Akhirnya Elis menyadari ada aku di sini.

"Baik, kamu gimana?"

"Ya gini deh, makin cakep, imut, badai halilintar."

"Najis!" Revi menyela.

"Nah ini nih, selalu aja ada yang sirik."

"Najong! Lo punya gebetan nggak di malaysia?"

"Punya dung. Guekan nggak selamanya jomblo."

"Mana tahu lo masih ngarepin Dino."

Aku mendelik ke arah Revi kemudian ke arah Elis yang raut wajahnya berubah menjadi pias.

"Duh, maaf, Lis. Gue nggak—

"Nggak papa. Dia gimana?"

Wajahnya kini berubah sendu. Aku tahu sekarang Revi pasti tidak enak hati. Aku juga merasa demikian.

"Nggak tahu, kita nggak ada yang tahu kabarnya gimana," jawabku karena Revi hanya diam saja.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now