📓29 - Melupakan

6.4K 735 70
                                    

Semakin aku berusaha melupakannya, semakin kuat dirinya bertahta dalam pikiranku.

. . .

Keesokan harinya, aku masih berganti tempat duduk dengan Revi. Aku beruntung karena Revi tidak mempermasalahkannya.

Jujur kukatakan bahwa Bang Jefri beruntung jika mendapatkan dia.

Sejak duduk di depan, aku bisa mulai fokus belajar. Walaupun sesekali aku masih penasaran dengan hal yang dilakukan cowok itu.

Ah, aku tak boleh memikirkannya. Aku harus berusaha kuat melupakan dia.

Fokus, Zelin! Fokus!

Di jam istirahat, Revi memintaku menemaninya ke toilet. Namun saat berada di persimpangan koridor, mataku menangkap Arlan sedang berjalan ke arah kami sambil mengobrol dengan Dino.

Ketika melihatnya, aku kembali berbalik arah tanpa memberitahu Revi. Aku terus berusaha menghindar darinya.

Setelah dirasa aman, aku kembali ke kelas. Tiga orang temanku duduk sambil memperhatikanku yang berada di ambang pintu. Mengambil napas, kukuatkan diri menghampiri mereka.

"Lo ke mana tadi?"

Racha bertanya seakan menyidangku. Elis dan Revi pun memandangku seakan ingin menerkam. Tenggorokanku jadi panas.

"Iya ih, gue ampe merinding. Gue kira lo diculik."

Aku memutar otak, mencari alasan yang sekiranya masuk diakal.

"Err ... Tadi itu aku tiba-tiba dipanggil kepsek."

Dalam hati aku memohon ampun karena sudah menggunakan nama Om Willy sesuka hati.

"Anu, bundaku nelpon. Cuma aku nggak bawa ponsel. Jadi ya gitu," ucapku ambigu hingga membuat mereka mengerutkan dahi.

"Lo berusaha keras banget ya?"

Keningku bertautan, tak mengerti maksud pertanyaan Elis. "Maksudnya?"

"Iya, lo berusaha ngehindar dari Arlan," tegasnya.

Aku terdiam. Ternyata Elis begitu peka. Aku menghela napas berat sebelum Racha menepuk bahuku pelan.

"Lo terlalu mikirin kali. Kalau Arlan udah ngelepasin lo, dia nggak bakal ganggu lo kali."

Aku tersenyum kecut. Racha benar. Sepertinya aku terlalu memikirkannya.

"Jangan terlalu dipikirin. Lagian kita udah mau UAS kan, mending kita fokus belajar aja dulu," timpal Revi.

"Lo kenapa, Cha?"

Aku mendongak. Kulihat Racha menatap Revi dengan pandangan terpana.

"Kaget gue, seorang Revi bisa bijak."

"Iya dong. Kalian nggak tahu gue sih." Revi senyam-senyum sendiri.

Pedenya Revi mulai keluar. Walau begitu, mereka selalu bisa buat tersenyum di kala gundahku.

. . .

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now