📓2 - Teman Baru?

19.2K 1.8K 423
                                        

Kuat itu bukan tentang tidak pernah meneteskan air mata, tapi kuat adalah ketika kita tetap berdiri kokoh meskipun orang lain berusaha menjatuhkan kita. 

. . .

Hari masih pagi dan mereka sudah ribut sekali. Aku tak menyukai kebisingan, namun kucoba tetap berbicara dengan mereka walaupun tak henti-hentinya mengoceh. Aku bingung cara menyelip perkataan mereka. Alhasil, aku hanya diam dan menjadi pendengar baik untuk mereka, teman-teman baruku. Apakah mereka bisa dikatakan teman? Entahlah.

"Malika!"

Aku melihat ke arah pandang Elis. Seorang cewek dengan tinggi semampai menghampiri kami. Ternyata Malika yang dibilang Racha tidak sehitam kedelai hitam. Malahan dengan kulitnya itu, dia tampak eksotis, manis dan lucu.

"Hai, Ciwi-ciwiku. Jangan panggil gue Malika ah."

Kedatangannya membuat heboh satu kelas. Beberapa detik dia menjadi pusat perhatian, kemudian siswa-siswi yang lain kembali dengan aktivitas masing-masing.

"Revi, gue kangennn!!!" teriak Racha lalu memeluk siswi yang baru datang itu. Setelah memeluk, mereka duduk menghadap aku, Elis, dan Dino.

"Woi, Malika! Ke mana ae lu semalam?" tanya Dino yang duduk di dekat Elis.

Oh iya, aku belum mengenalkannya. Namanya Dinofi Arpan. Sejak aku sampai di kelas, cowok itu sudah asyik ngobrol bersama dengan Elis dan Racha.

"Sok polos lo! Lo pasti ngakak pas tahu gue jatoh dari tangga."

Elis membuat wajah memelas. "Duh cupcup, kasihan banget sih lo, Mal. Kita tuh sayang banget sama lo tahu."

"Malika yang kita besarkan sepenuuuh hati!" sambung Racha lalu memeluknya lagi. Aku sedikit merasa iri. Revi sangat disayangi teman-temannya.

Revi berdecak. "Kalian berdua cocok bener ya kalau masalah ngejek orang."

Dino terbahak diikuti Elis. Racha menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka. "Ya udah, di sekolah gue nggak manggil Malika," seloroh Dino.

"Terus di luar lo panggil gue Malika? Sama aja, Tong!" sahut Revi sambil mendengkus kesal.

Yang lain tertawa-tawa sedangkan aku hanya tersenyum meringis. Revi sampai menatapku heran.

"Tunggu. Kayaknya gue baru ngelihat lo deh."

Keningnya sampai mengerut saat memandangku.

"Dia anak baru, namanya Zelin. Dia pindah pas lo nggak masuk," jelas Racha.

Revi tersenyum sumringah. "Salam kenal. Gue Revita. R-E-V-I-T-A. Lo bisa manggil gue Revi"

"Salam kenal," kataku pelan.

Kami saling berjabat tangan.

"Kayaknya anggota kita nambah nih. Foto dulu kuy!"

Revi mengeluarkan ponsel dari sakunya. Racha, Elis, dan Dino sudah bersiap mengambil pose. Sedangkan aku hanya melihat mereka yang antusias.

"Zelin, ayo!"

Ragu-ragu, aku mengikuti mereka berfoto. Baru juga bertemu, tetapi mereka tampak terbuka menerima kehadiranku. Setelah Revi mengambil selfie berpuluh-puluh kali, guru Biologi kami masuk ke dalam kelas.

"Eh, bu Varia datang tuh!"

Buru-buru kami duduk ke tempat masing-masing. Keheningan menyelimuti. Aku senang kalau tidak ada yang berisik. Sepertinya Biologi akan menjadi pelajaran favoritku.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now