34. SEOUL: Son to Son

3.5K 457 33
                                    

VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
VOTE -- FOLLOW -- COMMENT
.
.
.

😎😎😎


Wendy duduk termenung di sofa panthousenya memegang secarik kertas diatas di atas meja ruang tengah. Kertas yang terlihat seperti sobekan tertahan dengan segelas yang sedikit air di dalamnya.

Kertas yang memiliki tulisan tangan Yoongi di atasnya. Sebuah pesan singkat yang di tinggalkan Yoongi untuk dirinya. Pesan yang membuat dirinya terpaku di tempatnya. Wendy telihat takut untuk mengambil kertas itu. Takut menghadapi kenyataan jika Yoongi akan meninggalkannya lagi.

Yoongi sudah tidak ada di seluruh isi ruangan di penthouse ini. Wendy sudah mencarinya kemana-mana tapi tak menemukan batang hidung pria itu. Yoongi sudah pergi sebelum sebelum dirinya terbangun.

Setelah sekian lama bergelut dengan pikirannya, Wendy pun akhirnya memberanikan dirinya untuk membaca kertas itu. Menyingkirkan gelas di atasnya dan mengambilnya dengan satu tangannya.

Aku sudah menyuruh Mino untuk menjemputmu. Lakukan apa yang harus kalian lakukan. Membunuh pengkhianat sepertiku adalah kewajiban kalian.

Tiga kaliamat sederhana mampu membuat Wendy meloloskan air matanya begitu saja. Yang ia takutkan benar-benar terjadi.

Bip bip...

Ponsel nya berdering, tanda panggilan masuk. Nama kakanya terpampang di layar ponselnya. Dengan sigap, Wendy langsung mengangkat telpon dari kakanya.

"Kak, di-a pe-r-gi," ucap Wendy dengan terus terisak tak karuan.

😎😎😎


Yoongi berjalan menaiki tangga teras depan mansion nya. Masuk ke rumahnya untuk segera menemui sang kakak. Mengatakan semua kebenaran sebelum terlambat.

"Aaaaa!!!" teriak suara wanita yang sangat Yoongi kenal.

Yoongi pun buru-buru menghampiri sumber suara itu. Ia pun tertegun kaget saat melihat apa yang terjadi di depan matanya. Pemandangan yang sangat tidak pernah terfikirkan oleh nya.

Seulgi tergeletak lemas dihadapan kaki Seokjin. Rambutnya sudah acak-acakan. Menutupi wajahnya tak karuan. Bajunya sudah kusut dan tak berbentuk. Terlihat darah segar mengalir keluar dari lengannya.

"Kak! Apa yang kakak lakukan!" bentak Yoongi sambil berlari segera menghampiri Seulgi.

"Dia pengkhianat!" tegas Seokjin emosi.

Seokjin pun langsung melempar sebuah tas tenteng yang berisi penuh dengan alat pendeteksi. CCTV dengan ukuran mikro dan juga beberapa alat penyelidik lainnya.

Yoongi yang melihatnya tidak percaya. Menatap tajam Seulgi yang sudah tidak berdaya. Menggenggam erat tubuh Seulgi sebagai penekanan emosinya. Bukan marah, tapi ia merutuki dirinya dimana Seulgi memihak yang benar demi dirinya.

"Bagaimana menurut mu? Harus kah kita habisi dirinya?" tanya Seokjin santai.

"Tidak!" balas Yoongi tegas. "Kita bisa memanfaatkanya juga," lanjut Yoongi yang mendapat tatapan penu tanya baik dari Seokjin dan juga Seulgi.

"Apa yang kita andalkan darinya? Yang ada kita akan tertangkap!" sela Seokjin.

"Justru itu, kita butuh seseorang yang bisa mengubungkan kita dengan mereka."

"Maksud mu? Apa rencanamu?"

"Pergilah! Beritahu mereka, besok kita bertemu di jembatan sungai Han pukul 00.00 dini hari. Kesepakatannya Tanpa membawa senjata, ataupun alat sadap lainnya," ucap Yoongi kepada Seulgi.

[✔] Not Only Partner || WENGANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ