14. Lost Island: Jealous?

4.7K 579 45
                                    

VOTE -- COMMENT
.
VOTE -- COMMENT
.
VOTE -- COMMENT
.
.
.
😎😎😎

"Wen, kenapa ngga minta bantuan tuan Suga saja?" tanya Jimin yang sibuk membopong tubuh Wendy.

"Ih, kau jangan bikin aku tambah malu!" bisik Wendy sekecil mungkin.

"Kenapa malu? Tuan Suga selalu berada di sampingmu," balas Jimin yang tak kalah kecilnya suaranya.

"Justru karena itu! Aku tidak mungkin meminta pertolongannya lagi. Bisa-bisa dia mengataiku lemah."

"Sepertinya tuan Suga tidak menganggap seperti itu."

"Ih, kau belum tahu Suga! Lihat itu mukanya datar banget, dalam hatinya pasti mengataiku," ujar Wendy sambil menunjuk Suga dengan dagunya.

Jimin tidak membalas lagi. Ia mengingat-ingat semua ekspresi Suga yang sangat khawatir dengan kondisi Wendy. Sampai bayangan ciuman Suga yang lembut ke Wendy.

Tak sadar Jimin menyunggingkan senyum di wajahnya, sehingga membuat Wendy memasang muka penuh tanda tanya.

"Ada apa?" tanya Wendy penasaran.

Jimin mengingat ancaman Suga yang langsung mengubah ekspresinya menjadi biasa saja," Tidak ada, Wen."

Suga kembali memimpin perjalanan. Karena kondisi kaki Wendy yang tidak mungkin berjalan cepat, Suga pun memelankan langkahnya dari yang awal tadi. Dan hal ini berhasil membuat Suga mendengar obrolan Jimin dan Wendy.

Walaupun Suga tidak terlalu mendengar apa topik yang mereka bicarakan, tapi hanya mendengar canda tawa mereka berdua membuat emosi Suga naik, kesal?

Dari pada Suga terus-terusan mendapat tekanan batin, ia pun memutuskan untuk sedikit menjauh. Berjalan lebih cepat dari sebelumnya.

"Hei, Suga! Kau tidak lihat kondisi ku? Jangan cepat-cepat jalannya," rengek Wendy.

Wendy dan Jimin juga semakin mencepatkan langkahnya menyusul Suga. Hal ini membuat Jimin kewalahan, yang membopong lengan Wendy.

Seperti biasa, Suga kembali tidak menghiraukan Wendy. Ia tetap melanjutkan langkah kakinya.

Suga, Jimin dan Wendy berjalan menyisuri Sungai. Menurut Suga, sungai selalu mengarah ke pantai atau laut lepas. Hal ini dapat menjadi tempat yang cocok untuk menyalakan sinyal suar merah nya.

"Suga! Kau mau membuat semakin kesakitan!" rengek Wendy yang tidak berhasil menyusul Suga.

Akhirnya Suga menghentikan kangkahnya dan membalikan badannya menghadap Wendy.

"LE-MAH!" ucap Suga penuh tekanan dan terdengar pelan.

Wendy pun menghentikan langkahnya. Ia semakin mengerucutkan bibirnya. Tidak marah, karena Wendy sudah menduganya bahwa Suga akan mengatainya seperti itu.

Melihat Wendy yang tak kunjung menghampirinya, Suga yang akhirnya berjalan mendekati Wendy. Meposisikan tubuhnya tepat berada di depan Wendy. Mendekatkan wajahnya secara tiba-tiba, dan langsung menatap Wendy tajam.

Tatapan Suga mampu membuat Wendy jatuh ke dalamnya. Terbelak kaget karena posisi wajah Suga yang sangat begitu amat dekat.

Dengan perlahan tapi pasti, Suga memiringkan kepalanya dan semakin mendekati wajah Wendy. Mendekatkan mulutnya ke telinga Wendy

"Kalau kau ingin segera keluar dari tempat ini, sebaiknya percepat langkah kaki mu. Jangan merengek yang hanya untuk anak kecil! Karena sekarang kau sudah menjadi WANITA DEWASA!" jelas Suga panjang lebar dengan menekankan kata wania dewasa.

[✔] Not Only Partner || WENGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang