📓43 - Kembali Sekolah

Start from the beginning
                                    

Windi memajukan langkahnya dan aku refleks mundur ke belakang.

"Windi!"

Hampir saja aku kehilangan keseimbangan. Beruntung Abel datang menghampiri kami. Windipun langsung menangkap seraya merangkulku.

"Lo nyari masalah lagi ya?"

"Nggak kok, Bel. Tadi gue nanya, katanya kan dia nggak sekolah di sini lagi. Tapi kok sekarang dia malah di sini?" Windi terlihat gelagapan.

Abel sendiri sepertinya cuek-cuek saja. "Yuk ah, Meg ke ruang OSIS."

"Ayo ayo! Gue mau ketemu kesayangan gue, Rifen."

"Gue nggak diajak?" sela Windi.

Abel langsung memasang wajah menantang. "Gue ke sana mau kasih proposal. Bukan mau nge-bully orang. Yuk, Meg!"

Abel langsung merangkul Mega dan melenggang pergi meninggalkan Windi dan aku. Aku menatap Windi yang terlihat sedang kesal.

"Ih, ngeselin banget sih tu orang! Sial!"

Aku mengernyit, kemudian kami saling bersitatap.

"Apa lo lihat-lihat?"

Windi menghentakkan kakinya, meninggalkanku. Setelah dia agak jauh, barulah aku berkata, "Punya mata ya untuk ngelihat dong?"

Setelah itu aku mendengkus dan berjalan memasuki kelas.

. . .

Pengurus OSIS terlihat sibuk sekali ketika jam istirahat. Hari ini pembelajaran juga belum efektif. Jadi masih banyak jam kosong yang tersisa. Racha dan Revi yang tergabung dalam OSIS sibuk bolak-balik kelas ke ruangan OSIS guna mempersiapkan pensi yang entah kapan dilangsungkan.

"Aku kira kamu anak OSIS," ucapku memulai pembicaraan.

Sedari tadi Elis hanya mencari ribut dengan Dino. Arlan juga tidak kelihatan batang hidungnya.

"Gue anak MPK. Harusnya gue mantau anak OSIS nih."

"Terus kok masih di kelas?"

"Pala gue pusing. Lagian mereka lagi riweuh banget. Mantau doang nggak enak," cerocosnya.

"Emang acara pensinya kapan?" tanyaku penasaran.

"14 Februari. Gue yakin pasti seru banget nih!"

Aku mengangguk. Semoga saja begitu. Lagipula mereka sudah bekerja keras juga.

"Woi, jomblo!"

Jujur Revi mengagetkanku dengan hentakan tangannya di atas meja.

"Anjir, lemes banget congor lo yak," sahut Elis. Aku masih mengurut dada perlahan.

Revi mengambil kursi belakang dan meletakannya di sebelah Elis. Racha yang baru datang mengikuti mengambil kursi dan duduk di sebelahku.

"Makanya, jangan ngarepin Dino mulu. Jomblo terus, kan?" pancing Revi lagi.

"Ah, kayak lo punya pacar aja."

"Gue sih jomblo fisabilillah."

"Jomblo apaan tu?" Elis mendelik ke arah Revi. Aku tertawa dalam hati mendengarnya.

"Cha Cha apaan kemarin yang lo bilang Cha?" Revi menepuk Racha, jadi aku yang kena. Nasib.

Kulirik Racha memasang wajah pura-pura tak tahu. "Apaan? Pacar gue tiga kok."

"Hah?" Elis menganga.

"Pertama, Allah. Kedua Rasulullah. Ketiga orang tua. Bener, kan?"

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now