Dengan senyum khas anak anak, Josan menjawab pertanyaan papa, "Hadiah untuk opa."

"Tapi, opa kan gak ulang tahun hari ini. Jadi kenapa opa di kasih hadiah?" Tanya papa dengan nada bercanda.

Josan yang masih kecil terlihat bingung dengan pertanyaan opanya. Aku melihat Josan menarik narik ayahnya untuk mengatakan sesuatu.

"Kata opa, opa hari ini gak ulang tahun, jadi bagaimana dengan hadiahnya ayah?"

Mendengar pertanyaan yang di katakan Josan kepada ayahnya sontak membuat seisi ruangan, kecuali aku, menertawakan kepolosan Josan. Entah kenapa ada perasaan terluka melihat Argenta untuk pertama kali tertawa lepas melihat kepolosan anaknya.

Dengan sayang Argenta mengelus putranya tersebut. "Bilang sama opa, ini bukan hadiah untuk ulang tahun, tapi ini ucapan selamat karena opa sudah sembuh sakitnya." Kata Argenta mengajari Josan.

Dengan patuh Josan kembali mengulang kata kata ayahnya untuk disampaikan kepada papa.

"Makasih ya" papa tak dapat menyembunyikan rasa harunya ketika mengucapkan terima kasih kepada Josan. Aku dapat melihat dengan jelas betapa papa begitu menyayangi Josan ketika memberikan sebuah pelukan hangat kepada putra Sandra tersebut.

Mas Indra yang penasaran akan isi kado pemberian Josan, membujuk papa untuk membuka kadonya."Pa, ayo di buka hadiahnya,"

Papa langsung melihat Argenta seolah olah minta persetujuan.

"Iya pa, ayo dibuka," mendengar persetujuan Argenta,  papa dengan cepat membuka kado pemberian mereka. Dapat ditebak, melihat kekayaan yang dimiliki Argenta, tidak sulit baginya memberikan sebuah jam tangan mewah keluaran eropa.

Dari tempat dudukku, aku dapat melihat bagaimana senangnya reaksi papa menerima hadiah dari  menantu dan cucunya tersebut.

"Makasih ya, Gen..."

"Sama sama pa."

"Jadi kalau Argenta dan Josan sudah memberikan hadiah, dari Indra dan Ana mana?" Celetuk mama.

Papa yang masih asik mengamati jam tangan pemberian menantu dan cucunya, langsung mengalihkan perhatiannya kepada kami berdua. Aku dan mas Indra.

Seperti biasa mas Indra punya seribu satu sikap ngeles yang dapat menyelamatkannya. Dengan menggaruk kepalanya yang kurasa tidak gatal sama sekali, mas Indra berjanji kadonya akan menyusul.

Setelah mendengar jawaban dari mas Indra, kini semua mata berganti tertuju kepadaku.

Jujur, aku tidak terpikir untuk memberikan sesuatu menyambut kepulangan papa ke rumah. Kurasa Sekali lagi Argenta berhasil mempermalukanku dengan cara membuatku buruk dihadapan keluargaku.

Dengan tersenyum malu aku mengikuti cara mas Indra, "Ana tidak sempat tadi beli kado untuk papa, tapi Ana janji  besok kadonya pasti menyusul, pa" janjiku pada papa.

"Jangan untuk papa aja dong dek, untuk kami kami juga mana? Ganti oleh oleh dari Jepang kemarin, ya kan, ya kan," dengan semangat mas Indra minta persetujuan dari semua yang hadir di sini.

Mama dan mbak Rita hanya tertawa menanggapi mas Indra. Sedangkan dari ekor mataku, kulihat Argenta memperlihatkan senyumnya sekedar untuk menghormati mas Indra

"Sudah, sudah, papa bukan minta kado dari kalian. Melihat kita berkumpul di sini dengan lengkap saja , papa rasa itu sudah kado terindah yang papa terima dari kalian."

Kata kata papa membuat suasana yang tadinya riuh penuh  tawa di karenakan mas Indra mendadak jadi hening. Semua orang dewasa yang hadir di acara makan malam ini menyadari dengan pasti apa yang menjadi penyebab renggangnya hubungan keluarga kami selama tujuh tahun terakhir ini.

Terukir Indah NamamuWhere stories live. Discover now