"Udah yuk ke kelas capek gue nyeker di sini". Ucap fio lelah sehabis maraton ralat berlari.

"Yuk".

"Inge ingat lo masih punya hutang penjelasan ke gue".

"Iya fi gue ingat gak alzaimer gue". Ketiganya berjalan saling merangkul satu sama lain.

"Kalau mereka gak pacaran terus ngapain mereka di taman waktu itu?". Ucap dion yang ternyata sedang menguping diam-diam bersama surya dan edo dari balik tembok.

"Lo semua nguping tapi gak nyimak. Lo berdua gak ngerasa aneh?". Menatap surya dan edo. "Aneh?". Edo mengangguk. "Tadi pas karel datang, safira nyebut nama karel kan? tapi... Inge gak nyebut nama karel tapi vernon".

"Iya lo bener, itu nama lain karel. Apa mereka udah saling kenal sebelumnya?".

"Mungkin mereka teman lama atau jangan-jangan CLBK?". Seru dion menerka-nerka.
"Karel emang yang terbaik deh, inge aja udah dikasih gelar sanjaya gimana kalau mereka emang jodoh. Nyonya sanjaya kali ya".

Surya terdiam mencerna ucapan dion.

Agleri inge sanjaya

Agleri inge bramantyo

"Ayah udah ketemu dokter bima?". Brama terduduk lemas mengeluarkan dua buah cincin emas berbeda ukuran lalu menarik tangan diva.

"Ini apa yah?". Menatap dua buah cincin emas itu bingung.

"Apa ini cincin dari dokter bima buat inge? Bunda gak nyangka dokter bima benar-benar menunggu inge". Diva mulai tak tenang menunggu jawaban brama yang terus saja diam.

"Tapi kenapa ada dua cincin? Terus giman sama inge yah, inge akan syok mengetahui ini".

"Bun, tenang. Dokter bima bukan orang seperti itu. Dia tidak mungkin merusak kebahgiaan orang yang dicintainya. Dia hanya ingin inge bahagia".

"Maksud ayah apa? Bunda gak ngerti dengan semua ini".

"Baiklah ayah akan menceritakannya pada bunda".

Flashback

"Maaf saya terlambat". Dokter bima duduk di hadapan brama dengan setelan jas putih dokternya. "Ah iya tidak masalah". Ucap brama berusaha tenang.

Karena kesibukan dokter bima yang tak bisa dihindari brama memutuskan untuk menemuinya di rumah sakit.

"Sebelumnya saya minta maaf,  tentang janji saya untuk nak bima empat tahun lalu. Saya benar-benar menyesal membuat dokter bima sudah menunggu selama ini".

Dokter bima mencermati gerak gerik brama yang dipahaminya. "Saya mengerti, bapak tidak perlu meminta maaf. Saya tahu jika keinginan saya tak akan pernah terjadi". Tersenyum mengerti situasi brama saat itu."Keinginan yang di penuhi ambisi dan keegoisan tak akan pernah terjadi dan saya menyadari akan hal itu. Setelah bapak mengatakan dia adalah anggota keluarga baru kami saya langsung menyadarinya. Saya mengerti, kadang isi hati wanita tak hanya bisa di mengerti oleh pasangannya saja namun tatapan mata orang lain dari sudut pandang yang samapun bisa terjadi. Sebagai pria yang pernah berharap menjadi bagian dari keluarga bapak, saya berharap inge selalu bahagia dengan pasangannya saat ini". Ucap dokter bima tulus.

Brama terkejut mendengarnya, ia tak menyangka dokter bima bisa tahu semuanya apalagi tentang vernon. "Bapak tidak perlu merasa bersalah ataupun khawatir pada saya. Saya benar-benar tulus membantu biaya rumah sakit istri bapak". Brama menunduk terharu tak sanggup menatap dokter bima yang tersenyum padanya. Baginya dokter bima bukan sekedar penyelamat bagi dirinya dan diva ketika inge menghilang namun seorang anak yang sudah banyak membatunya disaat masa-masa sulit yang mereka alami empat tahun yang lalu. 

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now