Dua belas

275 30 1
                                    

Inge menutup pintu mobilnya sedikit tak bersemangat berjalan memasuki rumahnya dengan tatapan kosong. Saat ini pikirannya dipenuhi oleh sosok karel yang tak lain adalah vernon. Bagaimana tidak selama dua tahun menetap di bandung ia sama sekali tidak menyadari jika vernon selama ini berada di sekitarnya, bahkan mereka berada sekolah yang sama.

Namun semua itu bukan tanpa alasan, rasa keterpurukan ingelah penyebab dari semua itu karena keterpurukannya inge tak begitu berbaur dengan teman-teman sekelasnya ataupun mengenal orang-orang di sekitarnya selama bersekolah di SMA Gerhana. Hanya safira, rena dan fio lah orang-orang yang selalu mengisi hari-harinya di sekolah. Hingga keberadaan vernon pun tidak diketahui inge, disaat inge mengetahui semuanya, dunia kembali menjungkirbalikan hidup inge. Vernon tak mengenalinya, ia hanya menjadi sosok asing di mata vernon, bahkan nama panggilannya pun telah berganti. Karel, itulah nama panggilan cowok yang sangat di rindukannya itu. Tak ada alasan bagi inge untuk tidak merindukan sosok vernon dalam hidupnya. Mungkin kesedihan inge saat ini seperti tertimpa berton-ton batu yang sangat perih untuk diucapkan dengan kata-kata karena hati tak bisa berbicara melainkan merasakan sedalam apa rasa sakit yang dirasakan seseorang.

Semua orang mungkin berfikir ia tak mengenal karel namun bagi inge ia sangat mengenal sosok karel dalam hidupnya. Seseorang yang sudah memberinya dua malaikat kecil yang menjadi sumber kekuatannya untuk tetap melanjutkan hidupnya yang hampa tanpa vernon di sisinya.

Namun apa yang dialami inge saat ini benar-benar membuat inge lebih terpuruk dan itu kembali mengingatkan inge akan masa lalu mereka. Masa dimana ia dan vernon berusaha untuk tetap bersama.

"Mbak, oma sama anak-anak ke mana?". Tanya inge saat memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Biasanya anak-anaknya akan menyambutnya apalagi elen yang selalu menunggunya pulang.

"Lagi keluar non, katanya mau jalan-jalan ke mall. Anak-anak lagi pada rewel cari papanya". Ucap pelayan muda itu tersenyum tak enak. Inge menghela nafas kasar memikirkan situasi anak-anaknya yang begitu sangat merindukan ayah mereka.

"Yaudah mbak, saya ke atas dulu". Ucap inge memegang pelipisnya. "Tuhan benar-benar adil". Batin inge tersenyum miris. Mungkin ini karma untuknya atau mungkin cobaan yang harus hadapinya agar berusaha untuk melewatinya tanpa menyakiti kedua anaknya.

"Iya non".

"Eh, non inge sudah pulang". Pelayan yang terlihat sudah tak muda lagi menghampiri inge dengan sebuah serbet putih di tangannya. "Iya, bude inge baru aja pulang". Menghentikan langkahnya menoleh menatap wanita paru baya di sampingnya.

"Mau bude buatkan minum, non inge pasti lelah kan?". Inge tersenyum tipis membenarkan. "Yaudah bude akan segera kembali". Menarik mbak ida ikut bersamanya ke dapur.

"Bude ngapain sih narik-narik aku segala, sakit tangan aku". Cerocos mbak ida. Melepaskan tangannya yang ditarik mbok irna atau yang kerap disapa bude oleh inge. "Eh ida, saya teh hanya mau non inge senang".

"Kasian aku sama anak itu, masih muda tapi udah punya tanggung jawab, sendirian lagi". Tambah bude irna sedih. "Iya bude, ida tau kok posisi non inge gimana". Kedua pembantu yang sudah bertahun-tahun mengabdi pada pada oma warsa oma inge itu sangat menyayangi majikan mereka. Selain mereka ada pula mang ujang satpam rumah oma warsa dan pak bagas supir oma warsa yang selalu setia menemani oma warsa ke mana pun. Karena kebaikan inge dan oma warsa mereka selalu berusaha membuat majikan mereka nyaman dan juga senang. Bagi mereka itu tak seberapa jika dibandingkan dengan kebaikan inge dan oma warsa selama ini.

Inge menempatkan ranselnya di samping meja belajarnya lalu duduk di bibir ranjang queen size miliknya. Sorot matanya terlihat memancarkan kesedihan yang begitu mendalam. Rasa kecewa pun terlihat jelas dari wajahnya keinginannya untuk mendekap vernon jika suatu saat mereka di pertemukan sirna sudah terbatasi oleh sebuah rasa asing dan juga situasi yang telah berbeda. Inge menunduk, memejamkan matanya. Tetesan demi tetesan air matanya terjatuh mengenai rok sekolahnya. Inge menangis dalam diam dengan badan bergetar.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now