❄ Enam

255 23 0
                                    

Update again!!!!!!!
Biasa lg santai kayak dipantai 😂😂😂😂😂😂😂😂.
Jujur nulis cerita ini sangat sulit apalagi nulis cerita di wattpad masih baru gitu. Awalnya aku mau buat ceritanya lurus gitu aja konfliknya but.... Aku pikir konsep cerita seperti itu terlalu sering ditemukan di WP. So i hope aku bisa buat ide cerita baru.

Selamat membaca guys.....

Saat ini keluarga inge sedang bersantai di ruang keluarga. Inge sendiri tak mau menunda moment yang tepat tersebut ia sudah memantapkan niatnya untuk memberitahukan masalah yang sedang dialaminya pada kedua orang tuanya. Meskipun hasilnya akan sangat berpengaruh pada masa depanya nanti. Sesuatu yang tersembunyi tak selamanya akan terkubur bukan karena waktulah yang akan menjawabnya dan saat itu pasti datang.

"Bun, yah". Meneguk saliva nya seraya meyankinkan diri untuk bicara. Meskipun lidahnya begitu keluh untuk mengeluarkan suara. 

Inge memegang perut ratanya gugup. Tempat dimana nyawa seseorang mulai tumbuh dan itu adalah anak nya, ya darah dagingnya dan vernon. Hal yang membuat inge bersyukur saat ini ia sama sekali tidak mengalami morning sick saat pagi hari. Usia kansungannya yang sudah berjalan sebulan membuatnya terus berhati-hati.

"Inge mau ngomong sesuatu". Ucapnya pelan. Menunduk merasa gelisah tiba-tiba mata nya mulai memanas.

"Ada apa sayang?". Tanya Diva bunda inge khawatir melihat putrinya terlihat gelisah. Wanita paru baya yang mengenakan hijab itu menautkan kening heran tak biasanya inge bersikap aneh seperti itu. Biasanya gadis itu akan selalu menghabiskan waktunya di kamar untuk belajar jika makan malam berakhir.

"Sekolah kamu baik-baik aja kan?". Tanya brama ayah inge menatap serius putri satu-satu nya itu dengan serius. Tak lupa memperbaiki kaca matanya.

"Hah? eh iya anu yah s-ekolah inge baik-baik aja".

"Kamu kenapa sayang? kok gelisah gitu, kamu sakit ya?. Diva khawatir melihat inge semakin hari semakin kurusan dan juga tak bersemangat.

"Inge baik-baik aja bun, inge mau ngomong sesuatu sama bunda dan ayah". Menggigit bibirnya ragu dihantui rasa takut.

Brama dan diva saling menatap tak mengerti melihat inge yang terlihat takut dan gelisah apalagi mata gadis itu sudah berkaca-kaca.

"Sayang kamu baik----". Belum sempat diva menanyakan kondisi inge. Gadis berambut pendek itu langsung duduk bersujud dihadapan kedua orang tuanya. Duduk menangis takut menceritakan masalahnya yang begitu rumit.

"Loh, ini ada apa kenapa kamu sujud gitu, ayo bangun". Diva menatap inge bingung dan menoleh menatap brama disampingnya yang juga bingung melihat tindakan inge.

"Maafin inge bun yah. Inge udah ngecewain kalian". Menatap kedua orang tua nya dengan mata berkaca-kaca.

Brama yang melihat putri nya seperti itu langsung melepas kaca mata nya. Menoleh ke arah istri nya semakin bingung dengan arah pembicaraan putri mereka. "Sayang gak usah nangis. Sekarang bunda sama ayah akan dengerin penjelasan inge oke, udah jangan nangis".

Inge menggelengkan kepalanya merasa tak sanggup harus menceritakan semuanya. Membuat diva makin mengerutkan kening tak paham dengan situasi putrinya.

"Bunda.......  inge ha-mil hiks hiks". Ucap inge pasrah disertai tangisan sambil menatap lantai tak berani melihat reaksi kedua orang tuanya.

Diva memekap mulutnya terkesiap tak percaya apa yang diucapakan putrinya. Tangannya yang hendak menarik inge berdiri menjadi lemas dan tak bertenaga. Hati nuraninya sebagai ibu hancur seketika. Sementara brama shock di tempat duduknya.

"Kamu hamil?". Tanya Brama dengan nada suara sedikit meninggi mengeraskan rahanya dengan mata melotot.

"Sayang bilang ke bunda itu gak benar  kan? kamu gak mungkin ngelakuin itu, kamu anak bunda, kamu anak baik-baik. Yah itu semua gak benar gak mungkin anak kita ngelakui itu". Menoleh pada suaminya meyakinkannya untuk tidak melakukan sesuatu pada inge.

Inge semakin terisak dengan badan gemetar. Takut akan amarah ayahnya yang dikenalnya sebagai sosok ayah yang tegas. Apalagi ayahnya adalah seorang agamawan yang taat.

Inge benar-benar sudah mengecewakan kedua orangtuanya dengan hamil diluar nikah saat usianya masih sangat mudah. Harapan kedua orang tuanya padanya sirna sudah. Apa kata orang jika tahu inge anak yang selama ini dikenal sebagai anak berprestasi, gak suka keluar malam bisa hamil di luar nikah.

"Siapa orang brengsek yang sudah menghamili kamu huh? Cepat bawa dia ke sini biar ayah hajar dia". Brama berdiri dari sofa dengam emosi. Meremas rambutnya frustasi menelan kenyataan pahit hanya dalam sehari, anak yang yang dibanggakannya sudah kehilangan kesuciannya. Sebelum ijab kabul berkumandang.

Sementara diva dengan badan gontai mendekati inge yang masih bersujud dilantai. Air matanya terus menetes merasa salah mengira dirinya adalah ibu yang baik dalam mendidik anaknya yang justru memberikan kabar buruk dan itu sangat melukai hatinya sebagai seorang ibu.

"Kenapa kamu lakuin itu sama bunda dan ayah, bund kecewa sama kamu". Mengguncang pundak inge sedih.

"Bun..... ". Lirih inge merasa sudah durhaka membuat ibunya menagis karena dosanya.

"Sekarang juga bawa laki-laki itu ke sini dia harus menikahimu sekarang juga".

Ting tong!

Deg

Tubuh inge seketika menegang. Jantung nya berdetak sangat kencang. 
Saat mendengar bunyi bel dari arah luar rumahnya berdenting. Inge menatap bundanya dengan pupil mata melebar. Mengingat ucapan ayahnya barusan.

Karena ia tahu orang itu siapa.

To be continue

Iiiii takut gue lanjutinnya.
Gimana kalau om brama tahu orang yang menghamili inge memilik keyakinan berbeda dengan mereka.

Hancur......

Verin (vernon & inge) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें