Tiga puluh satu

299 24 9
                                    

"Apa-apan ini". Maria membulatkan matanya baru saja menerima sebuah pesan yang ternyata berisi sebuah foto kebersamaan vernon dan inge di sebuah taman.

Sedangkan sanjaya yang duduk di kursi kemudi menaikan satu alisnya  melirik maria yang terlihat geram memandangi ponselnya. "Ada apa mi?".

"Mami gak pernah mikirin ini sebelumnya". Ucap maria frustasi  dengan foto yang dilihatnya.

"Maksud mami apa?". Tak paham dengan kerisauan sang istri yang begitu kesal.

"Vernon jalan dengan cewek miskin itu. Mami baru saja menerima pesan dari orang suruhan mami". Ucap maria geram.

"Papi sudah mengingatkan mami sebelumnya kalau satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah membawa vernon ke singapore secepatnya". Maria berfikir sejenak dengan keputusan sanjaya namun sesuatu ada satu hal yang mengganggunya dengan foto-foto yang baru saja di terimanya.

"Apa jangan-jangan ingatan vernon sudah kembali?". Mulai khawatir akan hal itu karna dengan kembalinya ingatan vernon rencana mereka tak bisa berjalan sesuai dengan yang mereka inginkan. Sedangkan sanjaya mulai mencerna ucapan maria yang kemungkinan benar tanpa sepengetahuan mereka.

"Mungkin mami benar, tapi sebelum itu kita harus memastikan sesuatu". Menoleh pada maria dengan tatapan penuh arti.

"Pi cepetan kita harus pulang sekarang juga". Mobil yang dikendarai keduanya pun melaju dengan cepat meninggalkan bandara.

Setelah sampai maria dengan cepat bergegas memasuki rumah megah dan besar itu dengan pikiran tak tenang.

"Vina! El! Ellen mami pulang".

Maria berjalan menaiki anak tangga dengan terburu-buru bergegas menuju kamar el dan ellen.

Seorang pembantu terkejut melihat maria yang begitu terburu-buru memanggil nama vina, el, dan ellen. "Gawat nyonya sudah pulang". Menggigit kuku-kuku jarinya ketakutan.  

"Binah!". Teriak maria. Sontak pembantu itu terlonjak kaget mendengar namanya di panggil maria. "Gusti allah apa yang harus aku katakan ke nyonya". Ucapnya ketakutan.

"I-ya nyonya ada apa?". Tergopoh-gopoh Berlari menghampiri maria yang terlihat emosi.

"Dimana anak-anak?". Wajah maria seperti akan terbakar saat ini karna sedang emosi dan marah. Membuat pembantu itu tertunduk takut tak berani menatap wajah maria.

"Itu.... Nyonya.... ". Menunduk ragu untuk menjawab.

"Jawab atau sekarang juga kamu saya pecat". Ancam maria membuat pembantu bernama binah itu tak berkutik.

"Di bawa non vina nyonya".

"Ke mana vina membawa mereka? Apa mereka sudah lama ke luar?".

"Anu nyonya..... Itu". Meneguk ludahnya takut mengatakan tentang keberadaan el dan ellen.

"Kata non vina mereka sudah kembali pada ibunya".

"Apa? Tidak, ini tidak mungkin terjadi. Mereka cucu-cucuku. Aku tidak akan membiarkan gadis miskin itu mengambil mereka. Tidak akan". Teriak maria murka.  

"Cepat ambilkan minum untukku".

"Ba-ik nyonya".

"Vina anak bodoh itu apa yang dia lakukan".

Maria mengambil ponselnya mencoba menghubungi vina. Namun suara vina menghentikannya.

"Mami udah pulang? Tapi mobil papi gak ad--". Maria berbalik dan langsung melayangkan tamparan pada vina. Vina menatap maria kaget dan tak percaya.

Verin (vernon & inge) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang