Tiga puluh dua

300 24 3
                                    

Brama berjalan menunduk dengan tatapan kosong, lelaki paru bayah itu baru saja keluar dari rumah sakit. Sorot mata teduhnya memperlihatkan kesedihan dan juga penyesalan. 

"Apa yang harus saya katakan pada diva dan inge tentang dokter bima". Batinnya sedih mengingat pertemuannya dengan dokter bima.

Sebelum benar-benar pergi brama kembali memandangi rumah sakit bertingkat tinggi itu dengan tatapan teduhnya setelah itu memutuskan untuk pulang.

Brama hendak menghentikan sebuah taxi namun klakson mobil seseorang menghentikanya. Dengan sedikit menundukkan badannya ia berusaha mengenali siapa orang itu namun sangat sulit untuk mengenalinya. Ia memiliki jawaban setelah sang pemilik mobil keluar dari mobilnya dan membuatnya sangat terkejut mengetahui siapa pria berjas rapi itu.

Vernon memandangi kota bandung dari atap sekolah dengan hembusan nafas yang tak teratur. Jambul tipisnya yang tertiup angin membuatnya memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menerpanya. Cowok beralis tebal itu lalu membuka matanya Memandangi pemandangan indah di hadapannya yang sejenak membuat pikirannya tenang. Langit cerah membiru mengingatkannya pada seseorang.

Pi, layang-layang vernon lepas

Udah tenang aja nanti papi beliin yang baru

Tapi vernon takut dimarahin mami

Udah, gak usah takut. Ini rahasia kamu dan papi, mami gak boleh tahu ok?

Ok!

Vernon tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya bersama sanjaya. 

"Pi, papi benar semuanya semakin rumit saat ini. Tapi vernon gak nyesal udah ambil jalan ini". Menatap langit seakan membutuhkan jawaban.

"Vernon akan berusaha melewati semuanya demi papi".

Di saat yang sama inge justru sedang merasa senang mengetahui jika santi sahabat lamanya adalah murid baru di kelasnya. Saat ini keduanya berada di taman belakang sekolah.

"Aaaa... Inge, gue kangen bangat sama lo". Memeluk inge dengan erat  melepaskan kerinduannya yang selama ini dipendamnya. "Iya san gue juga kangen sama lo". Mengelus punggung santi yang begitu erat memeluknya. "Lo jahat udah ninggalin gue sama debi hiks hiks". Ucap santi sedikit emosional.

"San maafin gue, gue gak bermaksud ninggalin kalian. Gue punya alasan kenapa mutusin semua itu dan gue gak bisa ungkapin itu dengan kata-kata karna saat itu gue benar-benar gak tau harus ngelakuin apa". 

"Nge, Lo gak usah ngerasa bersalah, gue sama debi ngerti kok". Melepaskan pelukannya tak lupa menghapus air mata inge yang juga ikut menangis. "Saat lo hilang gak ada kabar gue sama debi mutusin buat ke rumah lo berharap lo baik-baik aja tapi kata tetangga di sekitar rumah lo kalian sedang tidak ada di rumah. Saat itu gue sama debi berfikir kalau lo lagi ada urusan penting yang harus keluarga lo selesaiin karna kata tetangga malam sebelum lo gak ada kabar mereka melihat sepasang suami istri datang berkunjung. Tapi itu gak penting lagi karna gue udah ketemu sama lo sekarang".

Inge sejenak terdiam mencerna ucapan santi yang kembali mengingatkannnya pada kejadian malam itu.

"Tiga hari berlalu tanpa ada kabar dari lo buat gue gelisah dan khawatir. Terus Gue semakin gak tenang mikirin lo dan anehnya di saat yang sama vernon mutusin buat pindah ke luar negri. Lo berdua gak kabur berdua kan?". Canda santi berusaha menguak hubungan inge dan vernon.

"Kebiasaan lo gak berubah ya. Sok tau. Gue sama sekali gak tau tentang itu".

"Yah gitu deh seperti yang saudara lihat saat ini". Menaikkan alisnya sebelah tersenyum pada inge.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now