Tiga belas

261 24 6
                                    

Oke, author lanjutin....

Ini buat pada yang penasaran sama kelanjutan cerita verin, tapi berhubung si vernon gak tau knp ganti nama so author bakal ganti jadi karel ya guys....
Di part kali ini author bakal jelasin ke kalian bgmn hidup vernon as karel. Okey...

Chek it out!


Saat ini karel berdiri menghadap cermin besar yang berada dalam kamarnya. Menatapi pantulan dirinya sendiri, meneliti seluruh lekuk wajahnya. Lagi-lagi pikirannya kembali mengingat pertemuan singkatnya dengan kedua bocah kembar yang terlihat mirip dengannya.

Sesekali ia memasang muka datar dan tersenyum menyerupai ellen dan el. Merasa dirinya menjadi aneh semenjak pulang dari mall, karel geli sendiri. "Gue kenapa coba jadi aneh kayak gini". Mengaruk lehernya yang tak gatal. Lalu berjalan keluar dari kamarnya.

"Hey... Sayang, gabung yuk". Ucap seseorang membuat karel tersenyum mendekati dua orang yang tengah asik menonton televisi di temani secangkir teh hangat.

"Mi, pi, karel mau cerita sesuatu". Maria dan sanjaya saling melirik lalu beralih pada putra mereka yang terlihat semangat tak seperti biasanya. "Sayang.... Kamu baik-baik aja kan?". Maria terlihat khawatir. "Emang karel kenapa mi?, perasaan karel oke-oke aja. Balik menatap kedua orang tuanya bingung. "Gak apa-apa sayang, mami hanya khawatir kamu pusing kayak kemarin". Maria tersenyum masam. "Emang kamu mau cerita apa sama mami dan papi hm?. Tanya Maria seakan menanti karel mengatakan sesuatu. "Gak jadi mi kali kali aja karel ceritain". Sanjaya dan maria saling melihat karel sesekali tersenyum. "Karel kamu gak lupa kan sama janji kamu ke papi". Kini giliran sanjaya membuka pembicaraan. "Gak pi karel ingat". Menatap serius tayangan salah satu siaran televisi di hadapannya. Menyembunyikan kenyataan sesungguhnya bahwa ia sudah melanggarnya karena inge.

Di tempat lain, inge sedang bermain petak umpet bersama el dan ellen. "Mama datang!". Inge mulai mencari tempat persembunyian el dan ellen mulai dari balik gorden, bawah ranjang hingga kamar mandi. "El, ellen... ". Memeriksa setiap sudut ruang kamar el dan ellen namun nihil kedua tak ditemukan inge. "Kok gak ketemu-ketemu ya". Gumam inge mulai lelah. "El, ellen udahan yuk. Mama capek nih". Inge menyerah. Ellen tersenyum dari balik selimut sementara di sampingnya el tertidur dengan wajah polosnya.

"Mama ellen di sini". Refleks inge menoleh ke arah datangnya suara. Lagi-lagi gadis mungil itu terkikik dari balik selimut membuat pergerakannya sedikit terlihat. Inge tersenyum berjalan mendekati ellen.  "Dapat!". Inge memeluk ellen yang berada dibalik selimut membuat gadis itu tertawa karena sudah tercyduk wkk wkk.

"Mama kebelatan". Inge segera mengangkat tubuhnya lalu membuka selimut ellen. Ellen tersenyum kearah inge dengan wajah lucunya. Inge membalasnya dengan mencubit pipi putrinya gemas. Pandangan inge beralih pada bocah lelaki yang tertidur pulas di samping ellen. "Sstt". Ellen menatap inge dengan menempatkan jari telunjuknya di bibir mungilnya mengisyaratkan jika el sedang tidur. Awalnya el memang tak berminat bermain petak umpet namun ellen memaksanya. Akhirnya el mau tetapi ujung-ujungnya malah tertidur pulas.

"Ellen, el oma datang". Oma warsa muncul dari balik pintu. Gadis mungil itu memperbaiki posisi badannya duduk dengan mata berbinar melihat kedatangan oma warsa dengan dua mainan di tangannya. "Ye... Oma bawa mainan buat ellen". Inge hanya bisa tersenyum melihat kegirangan ellen. "Tapi kak el udah bobo oma". Gadis mungil itu mengayumkan bibirnya sedih. "Udah gak apa-apa kan ada oma dan mama, iyakan oma?".

"Iya dong kan ada oma. Sini sama oma biar mama aja yang nemanin kak el". Oma warsa membawa ellen keluar kamar. Sementara inge memperbaiki letak selimut el yang tak karuan karena ulah ellen. "Papa". Gumam el dalam tidur pulasnya. Inge termangu mendengarnya matanya mulai memanas, selama ini bocah beralis tebal itu tak sekalipun menyebut kata papa apalagi di depan inge kecuali ellen yang selalu menanyakan keberadaan vernon. Namun saat ini inge mendengarnya sendiri dari bibir mungil el meskipun hanya sebatas gumaman namun cukup memperlihatkan jika bocah lelaki yang sebentar lagi berumur empat tahun itu sangat merindukan sosok ayah di sampingnya.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now