Lima belas

266 24 3
                                    

"Ada apa mi?". 

"Itu karel lagi sama... ".

Maria membulatkan matanya lalu memekap mulutnya saat melihat jelas wajah gadis yang bersama karel yang tak lain adalah inge. "Pi...gawat Itu vernon lagi sama inge". "Apa yang harus kita lakuin pi?. Maria mulai panik. "Kita meninggalkan jakarta untuk menjauhkan karel dari gadis itu tapi sekarang dia justru berada di sekitar karel".

"Mami harus nyamperin karel". Maria hendak membuka pintu mobil namun sanjaya menahannya. "Jangan, mami lupa kalau karel lagi lupa ingatan? Dia gak akan ngenalin gadis miskin itu meskipun terus berada di sampingnya".

Namun satu hal telah dilupakan sanjaya, meskipun karel saat ini tidak mengingat inge, akan ada hal lain yang bisa membuat karel mengingat semuanya cepat atau lambat. Dan itu akan menjadi sebuah kejutan besar untuk mereka.

Maria menghela nafas lega, lupa akan hal itu. "Papi benar, gak akan ada gunanya mami misahin mereka, toh karel kita gak ingat siapa gadis miskin itu". Maria tersenyum kemenangan. Tidak tahu jika inge mengetahui siapa karel sebenarnya melalui karel sendiri.

Sanjaya kembali melajukan mobilnya menjauhi inge dan karel.

"Gak usah pesan taxi online, ikut gue aja. Waktu kita tinggal 10 menit". Melirik jam tangannya. Tahu jika inge berniat memesan taxi. Inge meneguk ludahnya sedikit gugup. Saat-saat seperti itu selalu membuatnya seperti berada di dunia mimipi, namun satu hal yang pasti kalau saat ini inge tidak bermimpi vernon benar-benar berada di hadapannya.

"ini bukan mimpi inge, tetapi awal baru untuk mencari tahu apa yang sebenarnnya terjadi pada vernon". Batin inge menyemangati dirinya sendiri seraya menatap karel. Inge meyakinkan dirinya sebelum menerima ajakan karel a.k.a vernon.

"Yaudah gue mau".

Karel tersenyum. Membuat jantung inge kembali berdetak tak karuan.

Ternyata detakan demi detakan jantung gue masih sama seperti dulu dan gue yakin suatu saat nanti lo akan rasain yang sama

------

"Huft.... Gue pikir gue telat". Inge baru saja duduk di bangkunya dengan nafas ngos-ngosan. "Nge kenapa lo? Kayak habis di kejar anjing aja". Tanya rena yang duduk di samping inge.

"Ngawur lo kalau ngomong". Dengus inge tak ingin meladeni rena. Rena hanya mengedikkan bahu.

Siswa siswi lainnya yang baru saja memasuki kelas, terlihat berbisik bisik sambil menatap inge sinis. Inge tidak menyadari itu, renalah yang menyadarinya.

Rena menatap inge bingung. Merasa ada sesuatu yang tidak diketahuinya.
"Kenapa mereka pada liatin lo kayak gitu?". 

"Huh?".

"Anak-anak pada liatin lo, mau nerkam lo malah". Inge memperhatikan dua genk di kursi paling belakang sedang menatapnya tajam dan juga meremehkan.

Inge berfikir keras mengingat sesuatu. "Gue salah apa?". Batinnya bingung.

"Yakin lo? Gak lakuin sesuatu?". Selidik rena penasaran. Inge menggeleng sedikit ragu dan tak yakin.

"Yaudah, gak usah dipikirin. Iri kali mereka sama lo".

"Selamat pagi anak-anak". Seorang guru sekitar umur 40an memasuki kelas inge.

"Pagi pak!".

Inge masih terus mencoba mengingat sesuatu. Hingga wajah karel terbayang dipikirannya.

"Mom push gue".

"Hah? Barusan lo bilang apa?". Rena menoleh. "Gak kok". Rena kembali mengarahkan pandangannya ke depan.

-------

Istirahat

" Ren, gue ke toilet bentar". Inge beranjak dari bangkunya. "Iya, buruan cacatan gue selesai lo juga udah balik". Ucapnya tanpa melihat inge, sibuk menyelesaikan catatannya.

Inge buru-buru keluar dari kelasnya. Siswi-siswi dikelasnya mulai melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, menatapnya tajam tak lupa melempar senyum sinis dan merendahkan. Inge tak memperdulikan hal itu saat ini ia sangat membutuhkan toilet untuk menenangkan diri. Inge mulai berlari menuju toilet.

"Inge!".

Mendengar namanya dipanggil seseorang, inge menghentikkan langkahnya. Sejenak memejamkan mata lalu berbalik mendapati safira sedang menatapnya dengan amarah dan juga kebencian.

"Safira?".

Safira berjalan mendekati inge dengan tatapan yang sama. Inge diam seribu bahasa terpaku di tempatnya. Tahu alasan safira menatapnya seperti itu.

"Ra gue----".

Pak!

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi inge. "Dasar penghianat!". Inge memegang pipinya yang sedikit memerah dengan mata berkaca-kaca tak percaya safira tega menamparnya hanya karena karel.

"Ra gue bisa jelasin, itu gak seperti yang lo pikir".

"Cukup, gue gak mau punya sahabat yang sok baik tapi hatinya busuk kayak lo. Mulai sekarang gue gak punya sahabat yang namanya inge". Ucap safira emosi menekannkan inge bukan lagi sahabatnya.

Begitulah cinta kadang persahabatan akan selalu dihantui oleh percintaan dan membuat semuanya berantakan.

"Ra, lo apa-apaan sih nampar inge segala". Fio merangkul inge yang sudah menetekan air mata. Beruntung kejadian itu terjadi di depan toilet yang masih belum di lalui oleh banyak siswa.

"Lo kalau mau temanan sama dia terserah, gue ogah punya sahabat berhati busuk". Mengejek inge kemudian berlalu begitu saja.

Lagi-lagi ucapan safira yang menohok membuat hati inge sakit seperti tertusuk duri.

"Inge". Ucap seseorang dengan nada kecewa membuat inge dan fio mengarahkan pandangan mereka. "Apa semua yang digosipin anak-anak benar?". Fio berdecak tak mengerti mengapa rena bersikap seperti safira padahal inge sahabat mereka.

"Lo mau ikut-ikutan marahin inge juga?". Kesal fio tak terima atas sikap rena dan safira yang kekanak-kanakan.

"Gue emang kecewa sama lo, tapi persahabatan kita lebih penting". Tersenyum kearah inge dan fio. Air mata inge kembali menetes karena terharu akan ucapan rena. Rena berlari memeluk kedua sahabatnya. Ketiganya berpelukan saling menguatkan meskipun berat kehilangan satu sahabat.

Melangkah dengan bahagia hanya seorang diri itu sama sekali tak berarti namun melangkah dengan sebuah duka yang mendalam dengan seseorang yang berarti itu adalah kebahagian yang sesungguhnya karena akan selalu ada tangan yang menggenggam dan menyemangati.

To be continue

Ya safira kok gitu😐
Buat rena dan fio👍
Udah jelaskan sekarang kalau vernon a.k.a karel lupa ingata. Tugas author utk the next chapter masih banyak 😂😂.
Gara-gara karel nih wkwk

Jgn lupa vote and comment🤗
Kali aja author makin semangat nulisnya. Padahal lagi banyak tugas 😭😭😭

Thank you

Desi. S

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now