Sebelas

270 26 0
                                    

Okay i'm back with new part. Today i'm. not busy so i decide to write again.

"Inge lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?". Fio memegang pundak inge khawatir karena tiba-tiba tanpa alasan inge meneteskan air mata sambil mengarahkan pandangannya ke tempat lain seperti mencari seseorang.

Tanpa menjawab pertanyaan fio, inge menerobos masuk ke dalam keramaian orang mencari keberadaan vernon. Hatinya seakan menyuruhnya untuk mecari sosok vernon, merasa jika vernon berada di sekitarnya. Inge sendiri yakin akan intuisinya.

"Inge lo mau kemana?". Teriak fio bingung. Karena penasaran fio mengejar inge, ikut menerobos masuk ke area penonton yang begitu ramai.

Inge terus berjalan mencari vernon ke setiap sudut lapangan basket. Sorakan demi sorakan terdengar begitu riuh menyemangati idola mereka yang tengah memperebutkan bola untuk di masukkan ke keranjang lawan, hal itu bagaikan angin lewat bagi inge, ia tak terpengaruh sama sekali. Tujuannya hanya satu menemukan keberadaan vernon.

"Ver lo dimana!". Teriak inge frustasi dengan berlinang air mata. Saat ini Inge terlihat sangat kacau dengan wajah sembabnya. Rambut panjangnya yang digerai selalu disisipkan di belakang telinganya. Terus berjalan mencari sosok vernon tak peduli dengan sekitarnya yang begitu riuh.

Tiba-tiba saja bola basket bergelinding ke arahnya. Inge kebingungan akan situasi tiba-tiba itu dengan sigap ia menghindari bola basket itu, namun ia tak beruntung ia malah terjatuh karena tesandung sesuatu.

"Akh... ". Ringis inge kesakitan, memegang lututnya yang sedikit tergores.

Seseorang berlari mendekati inge, bunyi derap sepatu semakin jelas di telinga inge yang makin mendekat ke arahnya bersamaan dengan detak jantungnya yang semakin cepat. 

Deg

Dari tempatnya terjatuh Inge sama sekali tak tahu jika saat ini ia sudah menjadi pusat perhatian oleh semua penonton terutama perhatian safira dan rena yang tengah histeris beralih menatap inge khawatir.

"Maaf, karena gue lo jadi jatoh".  

Cowok bersepatu nike kasual hitam putih berjongkok di hadapan inge. Inge mengangkat pandangannya mencari tahu siapa orang itu.

"Lo baik-baik aja kan?".

Deg

Suara itu seakan membius pendengaran inge. Inge yang penasaran akan sosok cowok itu langsung mendongak.

"Vernon?".

Inge memekap mulutnya tak percaya. Mendapati sosok cowok yang selalu hadir dalam mimpi buruknya, saat ini berada tepat di hadapannya. Namun dengan cepat inge mengelak, bahwa ia sedang bermimpi saat ini.

"Gak, ini gak nyata, gue pasti sedang mimpi sekarang". Tersenyum nanar akan situasinya.

"Kalaupun ini nyata vernon gak mungkin berdiam diri menatap gue seperti orang asing. Vernon yang gue kenal pasti akan meluk gue saat ini juga". Batin inge seraya memejamkan matanya.

"Lo gak mimpi, gue emang vernon, ini rahasia diantara kita ok?". Kelopak mata inge refleks terbuka, kembali mengarahkan pandangannya ke depan menatap cowok beralis tebal itu yang sedang tersenyum padanya.

Senyuman itu benar-benar milik vernon.

"Ver-non? Lo beneran vernon?. Cowok itu mengangguk membenarkan. "Lo gak kenal sama gue?". Tanya inge sedih di ikuti tetesan demi tetesan air mata mengalir di pipinya. "Gue pikir ini pertama kalinya gue bertemu sama lo". Ucapnya yakin.

Air mata inge seperti tak bisa terbendung, mengalir begitu saja. Melepaskan semua kesesakan yang selama ini di tahannya. Setiap malam dihantui akan kehadiran vernon, membuat inge selalu berada dalam dunia mimpi bahkan seperti sebuah Ilusi yang nyata namun tak pernah nyata dirasakan inge. Namun kali ini sosok itu sudah berada di hadapannya. Menatapnya sebagai orang asing. Rasa sesak, sakit dan perih seketika menjalar meresap dalam hati inge.

Rasa sakit yang dirasakan inge saat ini dua kali lebih sakit dibandingkan mimpi buruknya bahkan rasa-rasa itu datang bersamaan dengan rasa perih dan sesak yang memenuhi relung hatinya.  Disaat waktu memihaknyanya dengan kenyataan yang lebih pahit.

"Tapi kok, gue ngerasa kayak familiar gitu sama mula lo". Berfikir sejenak mengingat wajah inge.

"Inge lo gak kenapa-kenapa kan?". Tanya safira sudah ikut berjongkok di samping inge. Di ikuti fio dan rena di belakangnya. Sementara karena kejadian itu permainan basket di hentikan. Semua penonton sudah berhamburan menyayangkan kejadian itu. Ada yang menghujat inge sebagai pengganggu, adapula yang mencibirnya sengaja pura-pura terjatuh agar mendapat perhatian orang-orang terutama vernon ralat tepatnya karel idola mereka.

"Gue baik-baik aja ra". Inge berdiri begitu saja berusaha terlihat baik-baik saja. Padahal sebenarnya rasa perih pada lututnya dengan begitu keras di tahannya.

"Lo harus ke uks, lutut lo berdarah". Ucap karel merasa bersalah. "Gak makasih". Tolak inge cepat tak berani menatap karel yang juga ikut berdiri. "Iya nge lutut lo perlu diobati nanti infeksi gimana". Saran safira. "Bener tu saran my handsome karel". Tambah rena tak ragu memuji karel. Membuat safira meliriknya sinis. 

"Udah, kalau inge gak mau yaudah biar gue yang bantuin inge". Fio merangkul inge membawanya dari sana tahu jika safira dan rena tak akan fokus pada inge melainkan pada karel gebetan mereka. Rena dan safira saling menatap, memikirkan sesuatu.

"Karel". Ucap keduanya bersamaan. Namun sang pemilik nama sudah tak ada di samping mereka.

Sial

----

"Akh sakit yo". Ringis inge, saat fio mengobati lututnya. Saat ini mereka berada di uks, awalnya inge tak mau ke uks, tetapi fio memaksa inge demi kebaikannya. Setelah memasang plester di lutut inge. Fio duduk menghadap inge dengan ekspresi serius. "Nge, lo tadi kenapa tiba-tiba nangis? Lo lagi ada masalah?".

"Gak kok, tadi gue ngerasa asing gitu jadi ingat masa lalu". Inge berusaha tersenyum seakan tak terjadi apa-apa.

"Jangan gitu lagi nge, gue khawatir liat lo kayak tadi". Tersenyum tulus. "Makasih yo". Terharu akan perhatian fio. "Jangan panggil gue yo dong, gue bukan rio harianto kan kesannya nama gue kayak cowok gitu". Inge terkekeh mendengarnya. Fio bisa saja mengubah suasana hatinya.

"Yo eh maksud gue fi, cowok tadi namanya siapa?". Tanya inge ingin memastikan sesuatu. "Karel, emang kenapa?". Tanya fio sedikit terkejut akan pertanyaan inge.

"Bukannya safira udah bilang mau minta bantuan lo buat jadian sama dia".

"Karel? Cowok tadi?". Fio mengangguk membenarkan. "Gue pikir kak karel masajinata".

"Bukan inge karel yang dimaksud safira itu, vernon karel sanjaya anak basket tadi, safira mana mau sama kak masaji".

Vernon karel sanjaya.

Vernon karel sanjaya.

Nama itu seperti sebuah ketukan irama bagi inge, terngiang-ngiang seperti melodi dibenaknya. Pertanyaan-pertanyaan mulai berdatangan di kepala inge.

Sejak kapan vernon ada di sekolah ini?

Ya tuhan cobaan apa lagi sekarang.

Sebenarnya apa yang terjadi pada vernon?

To be continued

Sorry partx dikit.

Author jg penasaran kisah lika-liku diantara verin. Rumit ya?. Meski kerja keras nih he he he.

Vote and comment 😊

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now