Delapan belas

227 26 11
                                    

Inge berlari memasuki rumah dengan perasaan gelisah. Pikirannya berkecamuk memikirkan el dan ellen dengan berbagai macam rasa yang mewakili perasaannya. Sebagai seorang ibu rasa kehilangan tentu dirasakan inge. Ketakutan, kesedihan, kekhawatiran dan juga takut kehilangan semua itu terlihat jelas dari tatapan matanya yang sendu dengan tetesan-tetesan kristal bening yang terus menetes membasahi pipinya.

Inge menghentikkan langkahnya saat melihat mbak ida dan bude irna sedang menenangkan oma warsa yang bersedih atas hilangnya el dan ellen. Inge mematung dengan tatapan kosong bersamaan dengan tetesan demi tetesan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Ia benar-benar telah kehilangan el dan ellen. Jika ia bisa menghentikan waktu saat ini juga, inge benar-benar ingin melewati semua itu. Tak mau kehilangan dua buah hatinya.

"Inge?". Oma warsa berdiri dari tempat duduknya baru menyadari kehadiran inge.

Wanita paru baya itu memegang dadanya tak mampu untuk mendekati inge. Rasa bersalah kembali menghampirinya apalagi melihat kondisi inge yang sangat menyedihkan saat ini. Mbak ida dan bude irna ikut bersedih melihat kondisi inge yang terlihat sangat hancur.

"O-ma.... Inge gak bisa hidup kayak gini". Ucapnya dengan badan bergetar menahan sesak di dadanya.

"Inge gak bisa hidup tanpa el dan ellen. Mereka hidup inge oma". Inge menangis tersedu-sedu. Memikirkannya saja sangat sulit bagi inge apalagi menjalani hari-harinya tanpa el dan ellen.

"Oma minta maaf sayang, oma salah udah pisahin kamu sama el dan ellen, kamu berhak benci oma karena semua itu adalah kesalahan oma". Oma warsa ikut menangis menyalahkan dirinya. Bude irna dan mbak ida ikut menangis melihat kejadian itu karena turut merasa kehilangan.

Inge menggeleng. "Gak, ini bukan salah oma, semua ini ujian inge. Inge sayang oma sama seperti el dan ellen". Inge tersenyum meskipun air matanya terus menetes meyakinkan Oma warsa untuk tidak menyalahkan dirinya atas penculikan el dan ellen. Wanita paru baya itu kembali meneteskan air mata terharu akan ucapan inge.

"Maafin oma sayang". Oma warsa mendekati inge memeluk gadis itu untuk memberinya kekuatan.

"Oma sayang kalian, oma akan melakukan apapun untuk mencari el dan ellen bagaiman pun caranya".
Inge terus menangis dalam pelukan oma warsa. Ia sama sekali tak menyalahkan oma warsa akan kejadian itu semua terjadi karena kehendak yang kuasa. Inge sangat menyayangi oma warsa yang sudah dianggapnya sebagi oma kandungnya sendiri.

Oma warsa adalah penyelamat hidupnya. Terutama saat ia mengalami masa-masa sulit selama mengandung, oma warsalah yang selalu membantunya hingga ia melahirkan dan membesarkan el dan ellen. Oma warsa adalah orang yang selalu berada disampinya menggantikan sosok orang tua bagi inge.

Bahkan wanita berumur lima puluan itu bersedia mengangkat inge sebagai cucunya karena sudah tak punya siapa-siapa. Anak satu-satunya telah meninggal tiga tahun lalu dan tepat pada saat itu oma warsa tak sengaja bertemu inge karena mobil yang dikendarainya hampir menabrak inge.

------------

"Maaf nyonya tuan sedang tak ingin diganggu". Sekretaris berlipstik tebal itu kebingungan karena maria terus mendesaknya ingin menemui sanjaya.

"Apa-apaan ini, kamu melarang saya masuk ke ruangan suami saya?". Tanya maria emosi.

"Bukan begitu nyonya tapi....".

"Awas biarkan saya masuk".

Pintu terbuka memperlihatkan maria dengan wajah kesal serta emosi. 

"Pi, mami gak mau tau sekarang juga pecat sekreta-----". Ucapan maria terhenti saat melihat dua anak kecil yang sama sekali tak dikenalnya berada dalam ruangan sanjaya. Duduk menikmati lollipop mereka namun karena kehadiran maria ellen terlihat ketakutan lantas menggenggam tangan el dengan erat.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now