Tiga puluh tiga

305 29 5
                                    

Vernon memutuskan kembali ke kelasnya setelah menghabiskan waktunya seorang diri di atap sekolah. Namun saat menuruni tangga ia tak sengaja melihat inge dan santi yang berjalan di koridor sekolah. Vernon mempercepat langkahnya untuk menghampiri mereka. Namun ia sedikit tak beruntung tali sepatunya terlepas membuatnya menghentikan langkah berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya.

"Gue minta maaf kalau udah buat salah dan buat lo sakit hati. Tapi...lo harus tau ra, meskipun lo benci sama gue. Gue gak pernah sedikitpun benci sama lo".

"Itu suara inge, dia lagi ngomong sama siapa". Vernon menautkan keningnya heran. Apalagi inge terdengar seperti sedang menangis.

"Hiks hiks gue terharu dengernya. Tapi sorry gak sama sekali. Gue bisa maafin lo, dengan syarat lo gak usah deket-deket sama sahabat gue santi".

"....... Dan lo harus ninggalin karel".

Vernon menghentikan langkahnya menatap inge dan safira yang tengah berhadapan tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Gila kali nih cewek nyuruh inge ninggalin gue". Batin vernon kesal melihat wajah safira.

"Siapa lo? Nyuruh inge buat ngelakuin itu?". Vernon memasang wajah datarnya tak ragu menanyakan hal itu pada safira yang kaget melihatnya.

"Vernon?".

"Ka-rel?".

Vernon mendekat ke arah inge membuat safira sedikit iri tak mendapat perhatian dari vernon. Rena, fio dan santi merasa lega dengan kehadiran vernon.

"Akhirnya sang malaikat tak bersayap nampakin diri". Batin Rena mengelus dadanya lega

"Semoga kehadiran karel bisa membantu inge". Batin Fio merasa sedikit lega.

"Penyelamat muncul pada saat yang tepat". Batin santi tersenyum lega melihat kehadiran vernon yang sejak tadi sudah dinantikannya.

"Safira, gue akui lo emang cantik". Menatap safira dengan tatapan serius. Safira menautkan anak-anak rambutnya merasa berbunga-bunga yang di soraki cie cie oleh teman-temannya. Inge melirik vernon dengan wajah terkejut, begitu juga dengan rena, santi dan fio, ketiganya melonggo mendengar ucapan vernon yang pastinya membuat safira besar kepala.

"Tapi sayang lo gak masuk kriteria gue". Menggenggam tangan inge dengan erat. Inge melirik tangannya yang digenggam vernon dengan senyum bahagia. "Satu-satunya cewek di hati gue cuman dia doang"."Inge. Agleri inge sanjaya". Mengangkat genggaman tangannya bersama inge pada safira.

Karna emosi dan sakit hati safira memilih pergi dengan perasaan kesal.

Santi yang masih menikmati pemandangan romantis ala vernon untuk inge tersenyum gemas melihat kedua sejoli itu. "Gue doain kalian langgeng sampe nikah". Ucap santi dalam hati tak tahu jika status keduanya telah menikah.

"Guys gue cabut duluan". Ucap santi tersenyum lalu berlari mengejar safira.

"Oke". Ucap fio dan rena bersamaan. Lalu beralih menatap vernon dan inge yang masih belum menyadari tatapan mereka.

"Ehem". Rena berdehem memandangi tangan vernon yang terus menggenggam tangan inge.

Vernon dan inge cepat-cepat saling menjauh melepaskan genggaman tangan mereka. "Maaf, gue gak ada maksud apapun. Gue cuman mau bantuin lo".

"Iya gak apa-apa. Justru gue berterimah kasih karna bantuan lo".

"It's okay. Kalau gitu gue duluan". Berlalu begitu saja kembali memasang wajah datarnya membuat fio menaikan satu alisnya merasa aneh. Lain halnya dengan rena yang menyembunyikan senyumnya melihat hal itu.  

Verin (vernon & inge) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora