❄ Dua

319 29 0
                                    

Tiga minggu sudah berlalu sejak kejadian itu. vernon maupun inge tak pernah menceritakan kejadian memalukan itu pada sahabat-sahabat mereka.

Terlebih inge selalu menghindari vernon jika tak sengaja berpapasan. Kejadian itu benar-benar mengubah hidup gadis ceria dan semangat itu menjadi suram sama sekali tak bersemangat menjalani hari-hari nya di sekolah. Guru dan teman-teman nya khawatir dengan perubahan sikap inge yang tiba-tiba.

Vernon sendiri tak luput memantau kondisi gadis itu diam-diam. Ingin menanyakan langsung kondisi inge selalu ada di benak vernon hanya saja vernon teringat permintaan inge pada nya .

Flashback on

"Vernon?".

"Inge?".

Vernon melirik tubuh nya dibalik selimut yang menutupi setengah tubuh nya. Lalu menatap inge tak percaya. "Kita?". Mengubah posisi tidur nya menjadi duduk menatap inge yang semakin terisak menutupi tubuh nya dengan selimut.

Mengingat kejadian semalam.

"Hiks hiks segitu benci nya lo sama gue?". Menunduk meratapi nasib nya.

Melihat inge seperti itu vernon merasa sangat bersalah ingin rasa nya ia menghabisi diri nya sendiri karena sudah menghancurkan masa depan inge. Seharus nya ia melakukan sesuatu untuk bisa mencegah kejadian itu.

Namun semua itu sudah terjadi tak akan pernah bisa berubah.

Kesadaran seseorang takan pernah berarti jika di pengaruhi sesuatu. Memaksa  melakukan hal yang mungkin diluar keinginan adalah contoh nya. 

"Tega lo". Ujar inge Menghapus air mata nya tak berani menatap vernon. Kesucian nya sudah hilang bahkan sebelum memasuki putih masa abu-abu nya. Miris itulah yang dirasakan inge. Apalagi cowok yang tidur dengan nya adalah rival olimpiade nya. 

Vernon. 

"Lo salah paham, gue sama sekali gak berniat ngelakuin ini sumpah!".

"Cukup". Memejamkan mata tak luput dari tetesan-tetesan kristal bening membasahi pipi mulus nya.

"Ini semua bukan kesalahan lo atau gue tapi kesalahan kita berdua". Berusaha kuat menghadapi kenyataan yang tak mungkin bisa berubah.

"Lo bener. Gue benar-benar menyesal gak bisa cegah kejadian semalam.  Gue akan bertanggung jawab". Ucap vernon sungguh-sungguh.

"Gak perlu. Gue mau lo lupain semua ini dan jangan muncul di hadapan gue bahkan jika kita berpapasan jangan negur atau panggil nama gue". Ucap inge sambil menghapus jejak-jejak air mata nya. Berusaha menerima kenyataan yang terjadi.

"Lo gila! Hah? Kalau lo hamil gimana? Tanya Vernon tak percaya dengan ucapan inge yang ingin melupakan kejadian itu. Tak bertanggung jawab bukan hal yang disukai vernon. Mana mungkin merusak masa depan anak orang bisa menjadi angin terbang begitu saja. Itu sama sekali tak ada dalam hidup vernon.

"Hamil?". Inge tersenyum getir. "Kalaupun gue hamil gue bakal gugurin supaya lo gak perlu bertanggung jawab sama gue. Itukan yang lo mau? ". Beranjak meninggalkan vernon namun rasa sakit dan nyeri yang dirasakan inge membuat nya sulit untuk berjalan.

"Akh.... ". Ringis inge berusaha
berjalan mengambil pakaiannya yang terlentang tak karuan di lantai.

"Lo gak papa?". Vernon Memegang pundak inge khawatir. "Lepasin! Lo". Menunjuk vernon dengan tatapan benci seraya melirik tubuh vernon yang hanya dibalut selimut setengah badan nya. "Jangan sentuh gue". Melepaskan tangan vernon dengan kasar.

Kemudian berlalu dengan sempoyongan meninggalkan vernon menuju kamar mandi.

"Akh.... Sial. Kenapa jadi gini". Mengacak rambut nya frustasi.

Flashback of

"Ver". Roy duduk di hadapan vernon bersama ken dan dino. Menatap curiga pada sahabat mereka itu yang sering menyendiri akhir-akhir ini.

Vernon hanya menaikan satu alis nya sebagai respon dari panggilan roy. Ekspresi vernon seperti itu menjadi topeng tersendiri bagi vernon untuk menyembunyikan masalah nya. "Kenapa lo semua natap gue kayak gitu?".

"Seharusnya kita yang nanya ke lo. Akhir-akhir ini lo aneh tau gak". Ucap dino tak tahan lagi menahan unek-unek nya. Kejadian itu bukan hanya berdampak bagi inge saja. Namun turut dirasakan oleh vernon yang selalu menyalahkan diri nya.

Sampai-sampai tidur dan makan pun sangat sulit untuk di lakukan oleh vernon. Setiap kali kedua orang tua dan kakak nya menanyakan kondisi nya vernon selalu mengelak tak terjadi apa-apa pada nya.

Sama seperti yang di lakukan vernon saat ini menghindari menjawab kecurigaan teman-teman nya.

"Emang gue kenapa?". Menatap ketiga sahabat nya. "Tu kan. Kenapa sih lo gak mau jujur aja sama kita bertiga.  ingat ver kita sahabat lo. Kita tau lo pasti lagi ada masalah kan?". Dino memegang pundak vernon.

"Iya ver cerita dong sama kita. Jangan bilang lo lagi ada masalah sama.....  inge?". Tebak ken tepat sasaran.

Mendengar ken menyebut nama inge membuat vernon sedikit emosi. Emosi karena sikap keras kepala gadis itu yang tak mau terbuka ataupun mau berbicara baik-baik dengan nya.

"Gak. Gue gak ada masalah sama dia". Ucap vernon ketus mengalihkan pandamgan nya.

"Tapi kayak nya bener kata ken". Melirik vernon. "Denger-denger dari kelas sebelah Inge juga sama kayak lo selalu ngelamun sendirian". Tambah roy semakin curiga.

Vernon memijit pelipis nya. Kembali teringat kejadian malam itu. Membuat roy, dino dan ken menatap nya bingung. "Gue mau ke toilet". Beranjak dari tempat duduk nya. Hendak meninggalkan ketiga nya. Namun dengan cepat dino mencekal nya tahu toilet hanya sebagai alasan untuk menghindari mereka. "Tunggu. Cegah dino. "Gue mau nanya sesuatu sama lo". Menatap vernon serius.

"Apa?". Tanya vernon malas.

"Malam itu setelah ke toilet lo beneran pulang?". Tanya dino tak yakin jika vernon langsung pulang. Karena obat yang mereka berikan pada minuman vernon pasti bereaksi.

Malam itu vernon memang mengirim pesan pada ketiga sahabat nya untuk langsung pulang. Namun saat meninggalkan toilet vernon tak sengaja bertemu dengan inge hingga kejadian itu terjadi.

"Maksud lo?".

"Ya.. Maksud gue lo gak ngerasa aneh atau semacam nya gitu".

"Maksud dino lo gak rasa ngantuk atau sakit perut atau semacam nya gitu?". Tambah roy takut keceplosan.

Vernon menyipitkan mata nya menatap ketiga sahabat nya. "Lo bertiga gak masukin obat aneh kan dalam minuman gue?".

Deg

Roy, dino maupun ken bungkam tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Bingung

Itulah yang mereka alami harus bagaiman menjelaskan rencana konyol mereka pada vernon.

Melihat ekspresi ketiga sahabat nya yang terlihat kaget dan juga tak kunjung menjawab pertanyaan nya. Vernon menyimpulkan dugaan nya tepat.

"Sekarang juga lo bertiga jelasin ke gue!". Teriak vernon emosi menatap tajam ketiga sahabat nya. Membuat beberapa siswa yang berada dalam kelas menoleh ke arah mereka.

To be continue

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now