Sepuluh

529 32 2
                                    

"Inge!". Panggil seseorang, membuat gadis berambut panjang yang baru saja turun dari mobil honda jazz nya itu menoleh ke asal suara. Mendapati gadis berseragan sepertinya tersenyum ke arahnya seraya berjalan mendekatinya. 

"Tumben-tumbenan lo datangnya kepagian". Goda inge tersenyum pada rena sahabatnya setelah berdiri tepat di hadapannya. "Iyalah emang cuman lo doang yang bisa jadi siswi teladan, gue juga bisa". Ucapnya semangat tal mau kalah. Inge hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"Kok, gue ngerasa kayak nyium minyak telon bayi gitu ya?". Mengerutkan kening mendekati inge. Seketika badan inge menegang. "Lo ganti parfum ya?". Mengoyang-goyangkan hidungnya mengenali bau parfum inge. "Gak kok, gue.....". Inge berfikir sejenak berusaha mencari alasan "Lagi sakit perut, iya gue lagi sakit". Berpura-pura memegang perutnya.  "Jadinya gue bau minyak telon gitu". Bohong inge gugup.

"Oh gitu". Rena hanya bisa manggut-manggut mengerti. Lain halnya dengan inge gadis itu seperti tak bisa bernafas menahan kegugupannya, hampir saja identitas yang selama ini ia sembunyikan terbongkar. Elen lah yang membuatnya seperti memakai minyak telon bayi. Sebelum ke sekolah gadis mungil itu tak mau lepas dari gendongan inge. Untung saja omanya bisa membujuknya. Jika tidak inge pasti akan telat ke sekolah. Sabar ya, mama muda lol.

"Hati-hati lo, bentar langganan toilet". Canda rena tersenyum.

"Iya, sekalian gue kontrak".

"Hampir aja, ketahuan". Batin inge menghembuskan nafas kasar. Ya Itulah yang dialami inge saat ini bertahun-tahun menyembunyikan statusnya dari semua teman-temannya bahwa ia sudah berumah tangga dan juga sudah menjadi seorang ibu. Melakukan semua itu bukan hal yang mudah dilalui inge, ia harus berhati-hati dalam setiap langkah apapun yang ia lakukan demi menyembunyikan semua itu. Jika teman-temannya ingin berkunjung ke rumahnya ia akan membawa mereka ke apartemen nya yang memang menjadi rumah ke dua bagi inge. Pernah suatu saat rena, safira dan fio datang berkunjung ke apartemen inge. Rena yang pamit ke kamar kecil setelah ia kembali popok bayi sudah berada di tangannya. Tentu saja ia heran akan keberadaan benda itu dan bagaimana bisa berada dalam apartemen inge. Untung saja inge bisa mencari alasan yang membuat ketiganya percaya begitu saja dan setelah hari itu inge selalu memperhatikan apapun yang dilakukannya termasuk menyimpan popok ataupun benda lainnya yang berhubungan dengan el dan elen. 

"Ke kelas yuk!". Ajak rena mengapit tangan inge. "Yuk". Ucap inge sedikit gugup. Keduanya berjalan memasuki koridor sekolah yang sudah di padati lalu lalang siswa-siswi lainnya. Ada yang sedang bercanda, tertawa hingga kejar-kejaran seperti anak SD.

"Nge, temanin gue yuk". Menghentikan langkahnya berbalik menatap inge. "Emang lo mau ke mana sih? Pagi-pagi udah macet aja". Heran inge.

"Ikutin gue, pokoknya lo gak nyesal deh". Tersenyum nakal menarik tangan inge berlari kecil. Inge hanya pasrah mengikuti langkah kaki rena.

"Tu, di situ". Menunjuk sekumpulan cowok-cowok populer di sekolah mereka yang sedang bercengkrama di samping lapangan basket. Inge mendengus memutar bola matanya malas. "Ngapain lo ngajak gue ke sini, kalau ujungnya-ujungnya ngintip doang". Kesal inge. Tak lelah di rumah di sekolah pun sama pikir inge. Pantas saja sahabatnya itu terlihat bersemangat ternyata oh ternyata mau ngeliatin gebetannya, katanya mau jadi siswi teladan ternyata mau jadi tukang ngintip teladan.

"Lo aja deh, gue mau ke kelas, bentar lagi bel". Inge berjalan meninggalkan rena yang tengah memandangi mahluk-mahluk ganteng itu. Tak memperdulikan kepergian inge.

Sesampainya di kelas, yang dilakukan inge menelungkupkan kepalanya di atas meja. Lelah, itulah yang dialami inge. Namun meskipun demikian ia tak pernah sekalipun mengeluh tentang situasinya. Situasi yang sudah diambilnya beberapa tahun lalu dengan segala resiko yang akan dihadapinya hingga membuatnya sampai pada titik saat ini. Bahkan ia sangat bersyukur bisa berada pada situasi itu, bisa merasakan menjadi seorang istri sekaligus ibu yang bahkan belum dirasakan oleh teman-temannya. Terutama hidup bersama orang-orang yang dicintainya. Itulah yang membuatnya tetap semangat menjalani hari-harinya.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now