The Start of feeling

Mulai dari awal
                                    

aku tidak bodoh.

Ada kesedihan dimatanya.

Chanyeol mungkin tahu dan menerima perasaannya yang terarah padaku tapi...

Anak itu masih belum bisa menerima dirinya yang menyimpang.

Mata Chanyeol sangat jelas kebingungan, antara menolak dan menerima.

Itu tentu sangat sulit, mengingat Chanyeol adalah seseorang yang Straight tapi tiba-tiba tahu dirinya berubah menyimpang.

Pasti sangat sulit.

Dan aku...

merasa sedih dan menyesal karena itu.

Aku yang membuatnya berubah dan aku yang membuatnya terluka seperti itu.

Chanyeol pasti frustasi pada dirinya sendiri.

Tapi tiba-tiba, usakan tangan seseorang dikepala ku membuatku berhenti melamun dan mengangkat wajahku dari meja. Dan aku melihat Chanyeol yang memegang tasnya.

“aku pergi dulu, hati-hati dan langsung pulang. Aku akan cepat pulang nanti”.

Dan dia kembali mengusak kepalaku sebelum pergi. Ketika Chanyeol pergi, aku hanya bisa menatapnya dengan diam.

Hah...

Ini semakin rumit.

Tapi aku tidak ingin pulang lebih dulu, lebih baik disini untuk beberapa saat.

Dan aku kembali menatap langit biru yang terlukis indah dengan awan yang tipis.

Namun beberapa saat perhatianku teralih ketika ponselku yang bergetar. Aku melihatnya dan nomer tanpa nama memberi pesan singkat padaku.

gudang belakang sekolah. Datang atau semua akan lebih buruk”.

Siapa ini?

Kenapa tiba-tiba mengirim seperti ini padaku?

Tapi aku tau ini bukan pertanda baik.

Aku tidak mungkin menghindar tapi juga tidak mungkin datang. Aku tau ini mungkin dari salah satu rival atau mungkin musuhku.

Hah...

kupikir kehidupanku yang seperti itu sudah berakhir. Tetapi ternyata....

sekarang sama saja. Bahkan semakin menjadi. Hidupku benar-bemnar kacau. Aku bahkan sulit percaya jika ini bisa dikatakan hidup.

Tapi aku tidak ingin menghindar dan lari. Aku ingin menyelesaikan ini karena aku tidak mungkin terus menghindar dari masalahku. Itu tidak akan menyelesaikan kesulitanku sama sekali.

Pada akhirnya aku memilih untuk pergi. Aku tahu aku gila karena tetap pergi meski kondisiku seburuk ini. Tapi aku benar-benar ingin menyelesaikannya. Setidaknya dengan begini satu masalahku selesai.

Ketika sampai digudang yang dulu kubersihkan, aku masuk, dan ddepan sana aku melihat Shinhan yang duduk disebuah meja dan ketiga temannya.

Dan aku mulai tahu, kemana arah kejadian selanjutnya.

Shinhan ingin balas dendam.

Shinhan menatapku, menggunakan tatapannya yang penuh kebencian.

Takut? Tentu saja. Aku bisa saja berakhir hari ini. Aku tau dia akan balas dendam karena waktu itu, tapi aku tidak tau pasti apa yaang akan dia lakukan padaku.

“lama tak jumpa, Jongin. Apa kabarmu?”.

Pertanyaan itu...

Membuatku semakin tau seberapa berbahayanya Shinhan kali ini.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang