Chapter 30 : Meet Niall

1K 55 0
                                    

~~~

"Thank you," ucapku pada seorang kasir yang usianya tak jauh dari ibuku itu. Yap, aku baru saja membeli sebuah buku. Sebuah buku resep masakan enak dengan cara membuat yang mudah. Sebenarnya buku ini tidak terlalu penting, tapi aku tak mau membuat Harry curiga saat aku pulang nanti.

#cling!#

Ponselku berdering sekejap. Itu tandanya ada Notif masuk ke dalam ponselku. Dengan cepat, kubuka twitterku, dan ternyata, ini DM dari Niall.

@niallofficial : @shellashell Aku sudah sampai. Kau dimana?

Tanpa membalas DM-nya, langsung kuberjalan cepat menuju taman saat aku mengobrol dengannya waktu itu.
Sesampainya disana, kulihat lelaki blonde dengan pakaian berwarna hitam tengah duduk membelakangiku. Ia bersandar di kursi taman sembari melihat kesana kemari, kurasa ia mencariku.

Perlahan dengan mengendap-endap, kuhampiri tempat ia  duduk. Setelah dekat, langsung kututup kedua matanya dengan kedua telapak tanganku. Niall menyentuh punggung tanganku, merabanya lembut. Aku pun terkekeh, membuat ia ikut terkekeh juga."Jangan main-main, Shell. Aku tahu ini kau."

*Niall's POV*

Ohh, lihat kebiasaannya. Selalu memberi kejutan yang membuat hatiku senang. Tak lama setelah kuucapkan kalimatku, ia melepaskan tangannya dari mataku. Gadis itu duduk di sampingku dengan wajah tertekuknya. Manis sekali.

"Mengapa kau tahu ini aku?" tanyanya kesal namun tetap menggemaskan. Ya Tuhan.. Maafkan aku karena telah membuatnya kecewa saat ia berada di sampingku. Dulu.

"Ohh.. Aku selalu tahu kebiasaanmu yang menyebalkan ini, dan wangi tubuhmu tak pernah bisa kulupakan," jawabku membuatnya tersenyum lebar. Itu memang benar. Aku tidak mungkin bisa melupakan wangi tubuhnya, kebiasaannya, sesuatu yang ia benci dan sesuatu yang membuatnya senang. Aku tidak mungkin melupakannya. Ia sangat berpengaruh bagiku. Ia terlalu berharga.

"You're the best, Horan!" serunya sambil menepuk-nepuk bahuku. Shella adalah wanita yang berbeda. Dia tidak seperti kebanyakan wanita di dunia. Maksudku, wanita di luar sana hanya haus akan cinta dan hanya menginginkan harta. Sementara Shella, ia gadis polos yang sederhana. Ia tidak perlu meminta untuk dicintai, namun semua orang akan mencintai ia dengan sendirinya.

"I know that, Shell," sahutku singkat dengan nada angkuh yang dibuat-buat. Shella tertawa membuatku ikut tertawa. Lihat? Ia memang sangat berpengaruh.
"Ada apa kau memintaku untuk menemuimu disini? Apa suamimu tidak akan marah?"

"Don't worry.. Selama seminggu aku bebas melakukan semua yang kumau," jawabnya begitu bangga. Kurasa lelaki itu adalah lelaki yang baik. Pria yang beruntung.

"Well, kita bisa mengobrol banyak kalau begitu," ujarku excited yang ternyata disambut lebih excited oleh gadis berambut cokelat panjang ini.

"Yeah!" ia meninju udara dengan sangat bersemangat. Aku pun tertawa karenanya. Bukan hanya karena kelakuannya itu, tapi hampir seisi taman memerhatikan kami, sehingga membuatnya bersemu malu.

Karena hari sudah siang, jadi, aku memutuskan untuk mengajaknya makan siang di resto terdekat. Ia banyak bercerita tentang pernikahan yang tak pernah ia harapkan sebelumnya. Katanya, bahkan jika ia disuruh untuk memilih, menikahi pria itu atau aku, ia lebih memilih untuk menikah bersamaku.

"Oh ya, apa kau sudah menghubungi mom Maura?" tanyanya mengingatkanku akan satu hal yang ingin kuceritakan padanya tentang mom.

Senyumku melebar, "Sudah. Ia menitipkan salam rindu padamu. Ia sangat ingin bertemu denganmu, Shell. Mom turut bahagia atas pernikahan kalian, ia harap pernikahan kalian akan selalu bahagia hingga akhir hayat. Mom sedih tidak kau undang saat pernikanmu," ceritaku membuat Shella memajukan bibir merah mudanya.

"Salam kembali. Oh ya? Uhh, maafkan aku.. Aku juga sama sekali tidak tahu jika pernikahan ini akan benar-benar terjadi." Wajahnya nampak sedih, setelah mengucapkan kalimatnya. Aku tahu bagaimana rasanya dijodohkan. Itu sangat menjijikan, menyebalkan. Cinta itu datang dengan sendirinya, bukan dengan cara memaksakan kehendak seperti ini.

"Tenang saja. Mom pasti akan mengerti," sahutku menenangkannya. Kuusap rambut lembutnya perlahan, mengingatkanku akan kejadian yang sudah lama sekali.

"Well, aku akan menemuinya sesegera mungkin." Mata cokelat hazelnya bertubrukan denganku. Ia memberikan secercah harapan. Itu membuat hatiku melompat dan senyumku mengembang. Kali ini aku tahu rasanya penyesalan seperti apa.

"Hehe, okay!"

~~~

*Shella's POV*

Setelah berbincang puas dengan Niall, kuputuskan untuk segera pulang karena hari sudah mulai sore. Niall mentraktirku makan siang di sebuah resto sederhana. Ia bercerita tentang karirnya di New York, lalu saat ia menghubungi ibunya dan memberitahu mom Maura bahwa ia bertemu denganku disini. Di New York. Reaksinya cukup mengejutkan. Beliau sangat ingin bertemu denganku dan berharap bahwa aku akan selalu bahagia bersama Harry. Amin. Walau aku yakin, sulit untuk mewujudkannya.

"Kau baru pulang?" tembak Harry saat aku baru masuk ke dalam kamar hotel. Oh, haruskah aku mengingatkannya bahwa minggu ini adalah mingguku?

"Iya. Dan jangan sampai aku mengingatkanmu bahwa minggu ini adalah-"

"Minggumu? Aku tidak mungkin lupa, Shells," potongnya cepat lalu menyingkir dan berjalan pelan ke arah televisi. Perubahan sikap yang aneh. Semakin membuatku curiga padanya. Apa yang ia mau?

"Aku membawakanmu chips," kulempar sebungkus chips kesukaan Niall padanya dan ia tersenyum seduktif melihat chipsnya. Dasar pria gila!

Kuberjalan menuju ruang tidur dan mengganti pakaianku dengan t-shirt tak berlengan berwarna hitam dan short pants biru. Saat keluar dari sana, kulihat Harry tengah asik menikmati chips dan coke sambil menonton acara berita. Kuputuskan untuk bergabung dengannya setelah kuambil apel dari lemari es.

"Jangan lupa untuk berolahraga, Styles," sindirku bercanda sambil menepuk perut sixpacknya. Ia mengerang dan meringis karenaku. Haha

"Aku tidak gemuk!" bantahnya kesal seraya mengelus perutnya. Lihat? Kita bisa menjadi partner yang baik jika ia sedang baik-baik saja. Aku dapat bersikap menyenangkan jika ia pun begitu.

"Just kidding.." gumamku lalu menggigit apel merahnya.

Ini Harry yang kumau. Tapi.. Aku masih belum percaya bahwa ia berubah hanya untukku, -kasarnya sih begitu..

----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----

Hola.. Don't forget your feedback.. Thanks xoxo

Follow my profil too😣

Maaf baru update, sibuk sidang PKL maklum anaks SMK😁 (sombongsikit)

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang