Chapter 12 : Darkness! (wrn)

1.4K 59 0
                                    

Sedikit adegan smut. Inget kode diatas (wrn)? Yups! Tapi ini gak parah kok, gengs. Happy reading!!

~~~

Badai masih belum reda, listrik masih padam, cuaca dingin terus menyelimuti tubuhku, padahal sudah 3 lapis selimut kukenakan. Ditambah lelaki curly disebelahku yang terus menyerocos tentang hal yang sangat tak masuk akal. Menghinaku, menertawaiku, mengungkit-ungkit masalahku dan kadang ia mencubitku gara-gara aku membalas hinaannya. Tapi, itu cukup menyenangkan. Setidaknya sebelum moodnya berubah nanti.

"Kau tak bisa membuatkanku teh atau semacamnya? Aku kedinginan," keluh Harry sembari menaruh kedua tangannya dekat lilin yang ia pasang diatas meja. Ia ini bodoh atau sinting?

"Komporku memakai tenaga listrik, pemanas kopi dari listrik, jadi aku harus membuatkan apa untukmu? Kau pikir aku tidak kedinginan?!" semprotku membuat Harry memutar kedua bola mata hijaunya yang redup itu dan tubuhnya kembali bersandar ke sofa. "Kau... Apakah kau suka minum?" tanyaku saat aku ingat sesuatu.

Ia menatapku dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Kau punya champage?" tanyanya tertarik. Oh, seharusnya aku tak perlu bertanya apa ia suka minum atau tidak. Sudah jelas, seorang Harry Styles sangat suka minuman pemabuk itu.

"Dad memiliki beberapa botol champage di lemari dapur. Kau mau?" tawarku dan ia hanya menyahutnya dengan mengangkat kedua bahu dan menggumam, "boleh saja".

Kuanggukan kepalaku dan segera mengambil lilin lalu berjalan cepat menuju dapur yang sangat gelap. Di luar angin seperti sedang siap melahap siapa pun yang berani keluar rumah. Dulu, jika sedang badai seperti ini, dad selalu membuatku tenang dan terlelap di pangkuannya atau di sandarannya. Sekarang aku benar-benar merindukan sosok ayah. Sayangnya, Harry tak bisa memberikan kenyamanan yang kuharapkan saat bersama Zayn. Yeah, Zayn masih bisa membuatku nyaman dan aman jika bersamanya, tapi Harry malah sebaliknya. Ia malah membuatku takut dan khawatir akan sikapnya yang berubah-ubah setiap waktu itu. Hah.. Liahtlah! Siapa yang sedang membanding-bandingkan calon suaminya dengan mantan kekasihnya sendiri?

Setelah berhasil mengambil dua botol champage dari dapur dan sampai di ruang tengah, kulihat Harry masih sibuk dengan ponselnya. Ia tidak tahu apa, jika sedang badai sangat berbahaya memainkan ponsel, apa lagi mengaktifkan sinyalnya. Langsung kurebut ponselnya yang membuat ia memekik kesal. Well, aku tak peduli.

"Mengapa ponselku kau ambil dan di matikan? Aku hampir mencetak gol pertamaku!" racaunya sembari mengacak-acak rambut curlynya itu. "Kau merusak segalanya, Shells."

"Ini demi kebaikanmu, keriting! Dalam keadaan badai, ponsel dilarang untuk dinyalakan. Kau mau mati disini, hah?! Dasar bodoh!" ucapku sedikit membentak. Harry hanya mendengus dan mengambil gelas yang telah kuisi dengan champage berwarna ungu kemerahan itu. "Bagaimana?"

"Apanya?" sahutnya jutek. Ia lebih mirip bocah 5 tahun yang kesal karena sang ibu memarahinya. Harry kembali meneguk minumannya hingga habis. Benar-benar pria yang buruk.

"Champagenya? Enak?" Kulihat ia hanya mengangkat kedua bahunya acuh lalu kembali menuangkan champage mahal itu ke dalam gelas kosongnya. Mungkin ia bisa menghabiskan dua botol champage ini, mengingat ini adalah champage mahal berkelas yang jarang ada di bar, dan jika Harry sedang ada di bar, ia pasti bisa menghabiskan 3 sampai 4 botol champage, beer, atau mungkin vodka?

"Yeah, aku sudah meminumnya sekitar 5 kali di barku. Tapi rasanya... Well, kuakui, ini lebih enak," akhirnya ia menjawab. 5 kali? Di barnya? Ohh, jadi ia memiliki bar. Pantas saja. Sulit diduga.

"Kau punya bar?" tanyaku penasaran. Kuteguk champage itu, dan rasanya... Memang enak. Tapi karena aku tak terbiasa minum, aku tidak terlalu suka efeknya yang membakar tenggorokan ini.

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Where stories live. Discover now