Chapter 8 : Low Girl

1.6K 71 0
                                    

~~~

*Shella's POV*

Seusai sarapan, Zayn mengantarku hingga rumah mom. Ia tahu aku tinggal serumah dengan Harry, tapi aku tak mau Harry malah membuat masalah dengan Zayn. Aku yakin, Harry akan marah padaku. Tapi, apa peduliku? Ia tak mencintaiku, kan? So?

"Kau yakin tak ingin kuantar ke rumah Harry?" tanyanya dengan memelankan suaranya saat mengucapkan 'rumah Harry'. Aku menggeleng dan menatapnya untuk yang terakhir. Seminggu ini pasti aku akan sibuk dengan persiapan pernikahan.

"Ide bodoh jika aku membawamu ke rumah. Sampai di sini saja, Mr. Hans akan mengantarku hingga rumah devil Harry yang mirip neraka itu," jawabku membuatnya tertawa renyah. Ohh, suara itu. Pasti akan sangat kurindukan.

"Baiklah kalau begitu. Jangan sungkan hubungi aku. I'll always be there for you."

"Okay, Mr. Malik. See you soon, i love you!" pamitku lalu membuka pintu mobilnya. Oh ya! "Ada yang terlewat!" seruku lalu mengecup lama pipinya dan turun dari mobil. "See ya, Zaynie!"

Kuberlari menuju pintu. Tidak, aku tidak ingin bunuh diri dengan masuk ke rumah. Saat mobil Zayn pergi dari halaman rumah, langsung kupanggil taxi di ujung jalan. Di dalam taxi, air mataku menetes mengingat kejadian kemarin. Aku yakin, ini tidak akan berjalan dengan baik-baik saja. Ini bukan akhir memang, tapi ini adalah awalan yang benar-benar buruk.

~~~

Sesampainya di rumah besar milik Harry, aku langsung masuk dan membuka pintu raksasanya dengan sekuat tenaga. Mata sembabku menangkap dua sejoli tengah duduk di ruang keluarga dengan tangan yang saling berkaitan mesra. Suara pintu tertutup dari belakangku membuat keduanya membalik dan menatapku terkejut. Ohh, wanita jalang.

"Shells?" gumam lelaki curly itu dengan suara pelan.

"Ma-maaf, aku mengganggu. Aku akan pergi," air mataku menetes kembali dan dengan kasar kumenghapusnya menggunakan tanganku. Segera kuberjalan cepat menuju lantai dua. Ohh, kenapa rasanya sakit?

*Harry's POV*

Shella kembali ke rumah di saat yang benar-benar tidak tepat. Tadi, pagi sekali, Weronica datang dan mengajakku cuddle sebentar. Syukurnya, Shella datang saat kami selesai melakukannya. Kenapa matanya sembab dan ia menangis? Aku harus segera mengintrogasi gadis itu.

"Itu calon istrimu, eh?" hina Wero secara tidak langsung. "Ia tidak lebih baik dariku, Harold! Dia hanya gadis lemah!"

"Just shut up! Sekarang, pulanglah. Aku harus mengurus gadis itu!" usirku membuatnya menganga dan menjentikan jarinya di depan wajahku.

"Styles! Aku ini kekasihmu! Ayolah bangun, babe! Kau mengusirku setelah aku memuaskanmu?! Really?" cerocosnya sembari mengambil tas tangannya lalu bangkit. "Kau memperlakukanku seperti jalang, kau tahu?!"

Memang ia jalang! "Pergilah.." mohonku tanpa menatap wajahnya.

Setelah wanita itu pergi dari rumah, segera kunaiki lantai dua dan memasuki kamarku yang ternyata tak terkunci. Kulihat Shella tengah duduk menatap pemandangan di luar jendela raksasaku dengan pandangan kosong. Bajunya telah berganti, namun, rambutnya masih urak-urakkan, mata bengkak, ujung hidung dan kedua pipinya memerah, habis menangis. Apa yang terjadi pada otaknya?

"Shells? What's going on with you?" tanyaku lalu duduk disebelahnya. Ia menggeleng pelan. "Aku ingin bertanya, kau kemana saja kemarin?! Aku kira kau kabur bersama kekasihmu. Kalau sampai begitu, aku akan bersyukur dan berterimakasih padamu."

Kukira ia akan memarahi dan mengungkit-ungkit masalahku, tapi aku salah. Ia malah menangis hingga terisak-isak. Asataga! Mengapa dia menjadi gadis lemah seperti ini? Shella menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang lebih kecil dari tanganku. Ia bergumam, merengek, terisak dengan tidak jelas. Aku tidak mungkin memeluknya. Aku tak mau ia mengira bahwa aku peduli padanya.

"Shh! Ada apa denganmu? Mengapa kau menjadi seperti ini?" tanyaku sedikit mengguncangkan kedua bahunya.

Akhirnya, Shella melepas telapak tangannya. Wajahnya benar-benar terlihat kacau. "Aku setuju padamu, Harry. Tidak seharusnya dad bertemu dengan ayahmu. Semuanya takkan terjadi jika mereka tidak bertemu. Aku tidak akan berakhir dengan Zayn, dan kau masih akan tetap bersama wanita di bawah tadi. Seandainya waktu bisa diputar, semuanya tidak akan menjadi seperti ini, Harry!" tangisnya pecah sambil menatap wajahku penuh kehancuran.

"Iya, iya, aku tahu. Sudahlah, jangan menangis."

Ia menepis tanganku saat aku menyentuh bahunya. Well, ternyata ia tetap menjadi wanita kasar yang galak. Tadi ia menyebutkan nama, Zayn? Apa Zayn kekasihnya? Ada apa dengan hubungan mereka? Ahh! Aku ini terlalu ingin tahu! Toh aku tak peduli. Kurasa, hubungan mereka kandas karena perjodohan ini.

"Tinggal 2 hari lagi aku tinggal bersamamu, ya kan?" tanyanya sesenggukan. Shella benar. Tidak terasa sudah hampir seminggu aku tinggal dengannya.

"Yeah.." sahutku singkat. "Setelah itu kau akan tinggal bersamaku seumur hidup," desisku yang ternyata terdengar olehnya.

Ia menoleh dan mengrutkan alisnya. "Kau benar," sahutnya lalu kembali menatap lurus ke depan dengan kedua tangan menopang dagunya. "Mimpi buruk."

"Seharusnya aku yang bilang begitu. Jujur saja, Shells.. Kau suka, ya kan? Tinggal bersamaku?" godaku ingin melihatnya marah dan mengomel.

"Ewwhh, suka kau bilang? Aku tidak mau mati muda hanya karena terus bertengkar denganmu. Aku bisa terkena darah tinggi dan jantungan kau tahu? Devil!" omelnya sembari mendelikan bahunya jijik. Senyumku mengembang saat ide jahil mulai menyeruak di otak licikku ini.

"Jangan jadi gadis munafik, sayang.. Kau itu terlalu galak. Jika aku devil berarti kau adalah ratunya. Jika kau mati muda, itu bagus, kan? Jadi, aku bisa terbebas dari pernikahan bodoh ini," candaku membuatnya kembali menatapku penuh amarah.

"Sialan! Kau mendoakan aku mati, huh?! Kau akan menyesal jika aku sampai mati disini. Aku akan menggentayangimu dan kekasihmu yang menor itu hingga kalian menjadi gila!" semprotnya semakin membuatku senang. Mengapa ini sangat seru?

"Aku akan gila dan mati." Ia menggumam, "Iya, itu bagus." Lalu kulanjutkan ucapan jahilku, "Lalu aku akan mendatangi arwahmu, mencekikmu, dan segera menyeretmu ke dalam neraka bersamaku. HAHAHA!"

"Kau benar-benar King Devil yang sudah sangat benar-benar gila!" Kurasa ia sudah kehabisan kata-kata dan membalasku dengan seadanya. Cukup menyenangkan menggodanya seperti ini. Menghilangkan stresku sejenak. "Enyahlah! Lebih baik minum obatmu agar kau cepat sembuh!"

Kembali pada ide jahilku, "Obatku ada disini." Kutunjuk bibir ranumnya membuat wajah gadis ini memerah. Kudekatkan wajahku padanya, ini hanya iseng saja.

"Sialan!" sentaknya sembari mendorong wajahku menjauh. Ia membuang wajahnya dan terkekeh kecil.

"Ada apa? Kau ingin kucium? Low girl?!" godaku lalu beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.

Kudengar ia mengumpat kecil. Little low girl.

----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----

Ada apa dengan Harry? Jadi baik gitu ama baby Shella? Keep read, vote, comment please thanks xx

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Where stories live. Discover now