Chapter 5 : "Forget Zayn!"

1.8K 76 0
                                    

~~~

2 days later

Mata hijau Harry menatap mata hazelku dengan seksama. "Kau akan kalah," gumamku masih setia pada kedua matanya. Aku sudah yakin akan memenangkan games bodoh yang diusulkan si kriting ini. Sebenarnya, ini adalah sebuah taruhan.

"Percaya diri sekali!" balasnya tak mau kalah. Dan beberapa detik kemudian...

"Yeay!! Kau kalah!" seruku saat melihat mata Harry mengerjap beberapa kali. Iya, kami sedang bertaruh, siapa yang mengedipkan matanya pertama kali, ia harus merapikan lantai satu. Ceritanya, ia ingin pergi dari rumah, namun aku melarangnya dan meminta ia agar membersihkan lantai satu dan aku lantai dua. Tapi ia menolak, dan malah mengajakku untuk taruhan dengannya. Suruh siapa ia tak mau menyewa nanny untuk rumah super besarnya ini?

"Hhmmm, iya, iya. Tapi kau harus janji satu hal padaku!"

Kuputar kedua bola mataku dan mendengus sebal. Sudah kalah, masih saja menginginkan sesuatu. "Apa itu?"

"Kau harus bercerita tentang, siapa itu Carrel dan siapa itu Denny? Malam ini!" ujarnya tegas dengan menekan kedua nama menjijikan itu.

Aku terkekeh sejenak, "sayang sekali. Malam ini aku ada janji. Aku akan pergi tepat pukul 3 sore. Jadi, kurasa, kau harus menahan rasa penasaranmu itu, Tuan Curly yang terhormat," sahutku sarkastik.

"Kau tidak boleh pergi kemana-mana," ucapnya begitu datar. Ia bangkit dan berjalan menjauh. Apa-apaan dia?!

"Tunggu!" cegahku sembari bangkit dari sofa. Harry berhenti tanpa memutar tubuhnya. "Seenaknya kau menyuruhku untuk tidak kemana-mana! Kemarin, kau kemana, hah?! Kau pergi seharian dan pulang dengan keadaan mabuk! Kau pikir aku tidak bisa?! Kita belum menikah! Belum menikah saja kau sudah seenaknya!" bentakku. Iya, kemarin ia tidak pulang seharian, ia pulang sekitar pukul 3 pagi dalam keadaan mabuk dan pingsan di ruang tamu. Dan itu membuatku harus menggeretnya ke kamar tamu di lantai satu. Merepotkan saja!

"Itu hakku! Dengar ya, walaupun kita menikah nanti, aku tetap tidak akan menuruti apa yang kau mau! Hakku, hakku, hakmu, akan menjadi hakku!" teriaknya dengan mata membulat penuh amarah.

"Apa?! Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi, sialan! Hakku akan menjadi hakku! Kau tak bisa merubahnya, tuan tak adil!"

"Terserah! Aku sudah muak pada gadis gila sepertimu!" sahutnya lalu pergi entah kemana. Ia kalah. Seenaknya saja bilang bahwa hakku akan menjadi haknya. Dia pikir dia siapa?! Menyebalkan sekali!

~~~

Pukul 3 sore, sejam lagi Zayn akan menjemputku. Karena Zayn tidak tahu rumah Harry, jadi aku memutuskan untuk pergi ke rumah mom. Kukenakan dress yang baru kubeli di online shop dua hari lalu, dan sampai di tanganku kemarin pagi. Dress yang panjangnya setengah paha di bagian depan, dan di bagian belakang sepanjang betis, berwarna hitam putih dengan sabuk berwarna coklat. Kupakai boots diatas mata kaki berwarna senada dengan sabukku. Kugerai rambutku dan memakai make-up tipis. Ini dinner terakhir saat aku dan Zayn masih menjadi kekasih. Tapi, aku harap ini bukan yang terakhir. Semoga keajaiban menghampiriku.

"Kau keras kepala sekali," suara dingin di ambang pintu yang sudah sangat kukenali itu membuatku menghela nafas berat. Kurasa, aku tak perlu meladeni ucapannya. Aku tak mau mood-ku hancur hanya karena bertengkar dengannya. Aku harus menjaga mood-ku untuk Zayn. Awas saja jika ia malah mencoba menghancurkannya! Aku akan mencekiknya hingga ia mati! HAHA!

"Jangan ganggu aku!" sahutku ketus lalu mengambil sling bag hitamku dan berjalan menuju pintu. Berhadapan dengan si devil Styles ini. "Menyingkir!" bentakku sembari menarik pintu agar terbuka.

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Onde histórias criam vida. Descubra agora