Chapter 32 : Slapped

1.2K 62 1
                                    

~One week later~

*Harry's POV*

Tak terasa sudah dua minggu aku dan Shella berada di New York. Sudah 5 kali aku bertemu secara diam-diam dengan mantan kekasihku, Scarla. Dan sudah seminggu semenjak aku menyetubuhi Scarla dan Shella dalam malam yang sama. Sialnya, aku salah sebut nama saat aku pelepasan. Well, untungnya ia tak menyadarinya. Sekarang, Shella meminta untuk pulang walau pun waktu honeymoon kami masih sangat lama. Mom Anne menyetujuinya, tentu saja. Jadi, sekarang kami tengah mengepack barang-barang kami untuk segera pulang ke London. Aku sudah memberitahu Scarla, dan ia juga akan pulang ke London, sekitar seminggu setelah kami. Itu bagus karena aku bisa bertemu dengannya secara leluasa saat di kantor nanti.

"Aku ingin membeli oleh-oleh untuk sahabatku. Apa aku boleh memakai mobilnya?" tanya Shella yang baru keluar dari kamar mandi. Baju mandi putihnya masih menyelimuti tubuhnya yang basah, ia terlihat begitu.. Seksi?

"Biar kuantar," sahutku membuatnya terlihat terkejut. Ini masih dalam rencanaku dan Scarla. Setidaknya hingga nanti, sampai Shella dan aku berpisah.

"Ha?! Kau serius? Kurasa tak perlu. Aku tak mau mati muda di kota asing ini, apalagi mati bersamamu," ucapnya sambil membuka lemari pakaian dan mengambil pakaiannya. "Biar aku saja, Harry.."

Emosiku meluap. Sebenarnya apa mau gadis ini?! Aku berlaku kasar padanya, ia menangis dan menyalahkanku. Aku bersikap baik, ia malah mencurigaiku. Kudekati tubuhnya dan menatapnya dalam. "Dengar, Shells. Aku sudah berusaha berbuat baik padamu, tapi kau malah mencurigaiku. Aku kasar padamu, kau menyalahkanku atas segalanya. Apa maumu sebenarnya?! Fuck!" teriakku penuh emosional.

Gadis berambut cokelat itu  nampak terkejut setelah kuteriaki.  Air matanya mulai meleleh, dan entah kenapa aku merasa bersalah. "Kau..." ia menunjukku lalu pergi ke ruang tidur dan menutupnya dengan kasar. Shit! Lihat?! Aku memang selalu salah di matanya!

*Shella's POV*

Ternyata benar dugaanku. Ia tidak benar-benar ingin berubah. Pasti ada sesuatu dibalik sikap baiknya selama dua minggu ini. Apa ini ada hubungannya dengan gadis jalangnya itu? Yea, Scarla tentu saja. Sebenarnya, apa rencana yang mereka buat?

#Dreeett.. Dreett..#

Suara getaran ponselku membuat tangisku terhenti. Kulihat layarnya, dan tertera nama Zayn disana.

_on the phone_

"Hallo?"

"Shell? Are you okay? Are you crying?"

Zayn benar-benar tahu apa yang sedang terjadi padaku. Aku memang sudah berulang kali menghubunginya saat aku menangis. Ia adalah penghiburku. Tentu saja, ia merupakan psikolog hebat yang pernah kukenal. "Umm, no Zayn. I'm okay, Heuh.."

"I know you so much. You can't lying, Shell. Apa disana baik-baik saja? Apa Harry melukaimu?"

Pertanyaan lelaki itu membuat tangisku kembali pecah. Zayn.. Harry selalu melukaiku. Ia selalu membuatku menangis. Tapi ia suamiku, dan aku tak mau ia meninggalkanku karena aku mulai.. Jatuh cinta padanya. Fuck feeling! "Zayn, Harry tak mungkin melukaiku. Ia lelaki baik, aku yakin. Aku hanya... Aku baru saja membaca sesuatu di internet. Artikelnya menyedihkan, jadi aku menangis," kekehku diakhir kalimat. Harry baik? Kurasa aku sudah gila sekarang.

"Baiklah, terserah. Well, aku merindukanmu, omong-omong. Kapan kau pulang?"

Aku terkekeh sejenak. Kurasa membuat surprise untuknya, tak masalah kan? "Umm, kurasa sebulan lagi."

"Kurasa kau benar-benar betah  disana bersama Harry ya..? Baiklah, aku akan menunggu kepulanganmu."

"Hmmm.. Okay.. I'll be back for you, Zaynie." Betah katanya? Sama sekali tidak. Hingga aku memaksa Harry untuk pulang sekarang. Malam ini.

"Okay, baby. I'll waiting for you."

"Bye.."

"Bye.."

Setelah teleponnya ditutup olehnya, kubisikan kata I love you dengan kedua mataku yang mulai basah kembali. Seandainya dia tahu bagaimana aku disini, saat ini, bersama lelaki yang telah menjadi suamiku itu.

#tok, tok, tok#

"Shells, hmm.. I'm sorry okay? Tolong jangan membuat semuanya sulit," suara Harry membuatku sedikit terkejut. But please Harry.. Tolong jangan membuat hatiku luluh dengan kepura-puraanmu itu. Kau membohongi semuanya. Perasaanmu, kebaikanmu..

"No, Harr.." lirihku lalu melipat kedua kakiku dan memeluknya.

"Just open the door! Open it, or..."

Karena aku takut ia akan mendobraknya, jadi dengan terpaksa kubuka pintu ruang tidur ini untuk melihat apa yang akan ia lakukan. Lelaki bermata hijau menggelap itu menatapku dalam dan sangat mengintimidasi. Tapi aku membalas tatapannya dengan tatapan menantang. Aku tidak boleh terlihat takut atau lemah di hadapannya. Atau aku akan diinjak-injak. Lagi. "Kau menantangku?" tanyanya semakin mendekatkan tubuhnya padaku.  "Kau berani melakukannya, nona?"

Dan.. Aku terpojok di dinding kamar dengan sebelah tangan Harry bertopang di dinding, tepat di sebelah kepalaku. Astaga, kali ini jantungku berdebar dengan sangat kencang, apa ia bisa mendengarnya? "I'm not scared of you," lirihku dengan wajah memanas.

Harry tertawa ketus seraya menggelengkan kepalanya. "Little low girl.. Still trying to be a lion," hinanya masih dengan smirk kejamnya yang mengerikan.

"Just shut up!" sentakku memberanikan diri. Apa yang ia lakukan? Ia menangkup kedua pipiku dengan sebelah tangannya. Ia mencengkramnya hingga membuatku sedikit kesakitan.

"Shh, Shh, shh.. Jangan sampai aku melukaimu, Shells." Harry semakin menekan punggungku. Dan rasa linu itu mulai terasa lagi. Astaga.. Ini sangat menyakitkan!

"Kau selalu menyakitiku Harry. Tanpa kuminta, kau selalu menyakitiku! Kau memang jahat!" sentakku tanpa kusadari. Ohh, shit, mulutku!

"Diam atau kulakukan sesuatu yang membuatmu menyesal telah mengatakan kata-katamu itu!" ancam lelaki dengan wajahnya yang sudah memerah itu.

Kutepis tangannya yang mencengkram pipiku tadi. Lalu berteriak, "Kau mau apa?! Jika kau berani padaku, tampar aku! Tampar Harr! Sudah kubilang aku tidak takut padamu!"

#Plak!#

Apa itu? Apa yang baru saja terjadi? Harry.. Menamparku.. Sungguhan? Astaga.. Baru sekarang aku merasakan rasanya ditampar oleh seseorang, dan orang itu adalah suamiku sendiri. Perih, sakit, dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Kuangkat wajahku sembari memegang pipiku yang memerah bekas tamparannya yang benar-benar mengejutkan itu. Aku tahu, sudut bibirku berdarah sekarang. Karena dapat kurasakan cairan kental hangat mengalir dari sana. Lelaki di hadapanku ini terlihat sangat terkejut dan menyesal. Tidak! Aku tidak mau termakan wajah palsunya lagi.

"Shells.."

"DON'T TOUCH ME!!" teriakku sekencang mungkin di depan wajahnya saat tangan kotornya itu hampir menyentuh bahuku, lalu kudorong tubuhnya hingga ia terjatuh, terduduk. Saat hendak bangkit tiba-tiba tangan Harry menarikku. Itu membuatku memberontak dan memukuli dada bidangnya dengan sisa tenaga yang kumiliki. Jujur, tubuhku bergetar sekarang. I'm shock, ofcourse!

"Shells, Shlls.. Stop it! Hey, stop it!" Ia memelukku. Sementara aku masih berusaha melepaskan diri darinya. "I'm sorry, Shells. I'm sorry.. Please.. I'm sorry..." lirihnya memohon.

"You hurt me.." tangisku memecah membuat ia semakin mempererat dekapannya. "Harry.." "Again and again.."

"I'm sorry..."

----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- ----- -----

Long story.....!! Yeay!

My Emotional Husband // [{Harry Styles}]Where stories live. Discover now