Catatan Hujan

70 6 4
                                    

Aku menyudut
membentuk tegak lurus bersama poros di pusat lingkar
tempat kau berada, di ujung nun jauh di sana

intuisi bersama pejalan rindu yang mencoba melupakan sendu
ke barat aku mencoba menghapus jejakmu
mencoba melepas pasak yang sekiranya membantu
memilih di antara satu (?)

Di catatan hujan ku menuliskannya
dalam larik cinta yang mesra dan menggila
bersama mawar mekar pada kelopaknya

kutulis jika aku bersama derasnya merah dari langit
pedihnya tetesan dari tangis
dan secuil sunggingan bila akhirnya aku akan menemui akhir
bernama memejam yang tak kembali

Catatan hujanku membawaku pada titik terlemah di hadapanmu
merah sial itu menerobos relungku dan menemuimu
merusak tangisku yang harusnya tercatat dalam skenario gila di kalbu

Musafirkah arti namamu?
menempuh lajunya waktu yang tak ragu
untuk menghabisiku
atau pengarang ulung yang mengendalikanku atas dasar imajinasimu

Catatan hujan di kala senja datang
dalam rengkuh yang layaknya melayang
klise bak dada dihujam pedang

Catatan terakhir menjelang petang
ragaku terbujur dalam balutan tali kekang
sedangkan sang musafir sibuk melempar kail menahan agar tak lekang
Bermukim di latar yang tak sama
mengalkulasi kerinduan yang tak terbalas

Catatan hujan
aku terombang-ambing sebab batas antara raga dan jiwa
melukiskan kesenduan pada sepasang permata
merusakkan busur ke arah sebaliknya
dan ketakutan pada sosok yang hendak menjadi kunang

Musafir di catatan hujanku
lupakan aku di bawah gundukan
sebab halaman terakhir telah terisi dan akhir aksara pun telah binasa
salam perpisahan padamu sang penulis berdarah di catatan hujan yang aku punya

:-:

Wuh, akhirnya saya selesai nulis ini.

Padahal saya udah bilang hiatus. Tapi, rasanya sulit buat nggak nulis.

Bahkan, pikiran saya sering berkelana ke mana-mana waktu lagi belajar.

Waduh!

Trenggalek, 16 Januari 2018 : 19.29
Azizah Nurul Azmy

Mata PenaWhere stories live. Discover now