Maria yang melihat hal itu tersenyum bahagia hatinya tersentuh melihat el yang begitu nyaman dalam gendongan karel hingga tak bersuara. Namun hatinya masih tak bisa menerima kenyataan jika ibu dari cucu-cucunya adalah gadis yang tak disukainya.

Karel memberikan kode pada maria jika bocah mungil itu sudah tertidur. Maria mengerti, namun satu hal yang membuatnya sadar, vernon sama sekali tak menyukai anak-anak namun karena pertalian darah yang terjalin antara keduanya membuat semuanya berubah menjadi rasa sayang dan juga kebahagian meskipun semua itu hanya disadari oleh maria.

"Mi gimana sama el? papi dengar el nang--".
"Sst... ".
Menempatkan jari telunjuknya dibibir memberikan kode dengan pandangan mengarah pada karel yang sedang menggendong el yang tertidur pulas.

"Ka-rel?". Tanya sanjaya terkejut dengan suara pelan. Maria mengangguk membenarkan lalu menarik sanjaya pergi dari ruangan itu.

Sementara karel yang masih menggunakan ransel sekolahnya terus menggendong el dengan posisi berdiri sama sekali tak keberatan. Cie papa mudah gendong anak LoL SKIP.

Namun hatinya terasa hangat saat menggendong bocah mungil itu. Karel tersenyum mengelus pucuk kepala el lembut karena merasa el sangat nyaman dalam gendongannya.

My hero

--------

"Makan ya sayang, nanti kamu sakit. Kalau kamu sakit gimana nyari el sama ellen". Bujuk oma warsa karena sejak tadi inge tak mau makan.

"Iya non, makan yah. Kasian sama kesehatan non". Ucap mbak ida yang disetujui bude irna.

"Iya non, makan dikit aja". Namun inge terus menolak tak mau makan. Kondisinya yang semakin lemah membuat wajahnya pucat dan lemah karena tak memakan apapun sejak pagi. Saat ini keberadaan el dan ellen lah yang menjadi alasan inge tak meyentuh sedikit pun makanan. Memikirkan apa yang dilakukan anak-anaknya diluar sana. Apakah mereka sudah memakan sesuatu yang pantas atau justru menderita karena diculik oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Membayangkan semua itu inge sungguh tak sanggup hingga kembali meneteskan air matanya memikirkan nasib kedua anaknya saat ini. Ketiganya menatap inge dengan sedih, apa yang dirasakan inge ikut mereka rasakan.  Kehilangan anak kembar itu membuat rumah menjadi sepi tanpa suara ellen yang selalu membuat keributan dengan suaranya. Tak ada el yang selalu membuat wanita-wanita itu kagum akan tindakannya karena selalu menjaga ellen. Kehadiran keduanya merupakan suatu sumber kebahagiannya dalam rumah besar itu. Namun saat ini keberadaan kedua bagaikan misteri yang sulit terpecahkan hilang menyisahkan duka mendalam bagi inge.

Karena tak sanggup melihat inge yang dirundung kesedihan, oma warsa memutuskan keluar kamar dengan perasan sedih meninggalkan inge yang masih ditemani mbak ida dan bude irna.

Wanita paru baya itu memasuki kamarnya dengan tatapan kosong. Ingatannya kembali pada saat dimana ia meninggalkan el dan ellen. Penyesalan kembali dirasakannya, seharusnya saat itu ia tidak meninggalkan keduanya, yang pada akhirnya inge kehilangan dua anak kembar itu.

Oma warsa menangis dalam keheningan tak mengeluarkan suara tangisannya karena penyesalan dan kesalahan besar yang dilakukannya tanpa sengaja.

Tiba-tiba ponselnya yang berada di nakas berdering. Menyadari akan hal itu oma warsa segera menyeka air matanya, lalu mengambil ponselnya menggeser tombol hijau tanpa melihat siapa yang menelfonnya.

"Iya, halo".

"--------------".
Mendengar ucapan orang yang menelponnya membuat oma warsa memejamkan matanya hingga air matanya kembali menetes. Air mata itu bukanlah air mata kesedihan melainkan air mata kebahagian. Usaha yang dilakukannya untuk mencari el dan ellen dengan menyuruh orang kepercayaanya akhirnya memberikan titik terang.

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now