Inge memejamkan matanya bersamaan dengan sebulir air bening menetes dipipi mulusnya. Inge lelah, inge tak sanggup lagi dengan situasinya. Jika tersenyum hanya untuk menyembunyikan luka dan rasa sakit seseorang sebagai topeng maka bagi inge ia tak perlu tersemyum untuk semua itu cukup dengan melihat kedua anaknya tersenyum semua rasa sakit yang dirasakannya akan tergantikan. Namun ternyata ia salah besar tanpa ia sadari selama ini ia sudah menyakiti perasaan kedua buah hatinya.

Inge mengecup pucuk kepala el dengan sayang. "Maafin mama el, mama gak tau harus ngelakuin apa untuk bisa membawa kalian bertemu papa".

"Mama janji suatu hari nanti kalian pasti ketemu papa". Saat akan beranjak dari ranjang sesuatu yang terselip di bawa bantal el menghentikan gerakan inge. Inge menatap el sejenak lalu menarik benda itu yang tak lain adalah sebuah foto dengan tulisan tangan inisial verin tercantum di sana. Inge menelan salivanya susah payah kembali menatap el. Tanpa membuang-buang waktu inge segera membalik foto itu dan menemukan wajah dirinya yang sedang tersenyum bersama vernon. "El?". Tubuh inge menegang, susah payah ia menyembunyikan jejak vernon termasuk foto-fotonya bersama vernon. Ternyata sia-sia saja, bocah jenius itu sudah mengenal wajah vernon tanpa sepengetahuan inge.

Inge kembali menatap foto dirinya bersama vernon.

Flashback

"Ver foto dong". Inge menyodorkan ponselnya pada vernon lalu berpose dengan gaya ala kids jaman now. Vernon mengambil ponsel inge ragu-ragu. Sesekali melirik ke sekitarnya kemudian memperhatikan inge yang berpose berlebihan. "Ver?". Inge menatap vernon bingung. "Ver lo dengar gue gak sih?".

"I-ya".

"Niat gak sih bantuin gue? Oh gue tau". Inge mendekati vernon lalu mengambil ponselnya di tangan vernon. "Loh kok diambil?".

"Kalau nunggu lo fotoin gue entar gue jadi patung". Inge mengganti arah kamera ponselnya untuk selfie tak lupa menarik vernon mendekat padanya. "Kimchi".

Cekrek

Hasil jepretan selfie mereka membuat inge tertawa, bagaimana tidak ekspresi vernon seperti orang kebingungan sedangkan inge tersenyum seperti tak punya dosa.

Flashback end

Inge menyeka air matanya merasa sudah cukup. Ia harus menyudahi semuanya. Dengan meyakinkan diri inge merobek foto itu menjadi beberapa bagian. Lalu membuangnya ke tempat sampah. Mengharapkan seseorang yang telah melupakan semua kenangan mereka mungkin sudah cukup. Tak ada lagi air mata dan kesedihan dalam hidup inge. Mungkin dengan begitu inge akan melupakan semua kenangannya bersama vernon.

Malam semakin larut memeluk sang kegelapan menyisahkan suara jangkrik. Inge berdiri menatap langit yang dipenuhi banyak bintang dari balik jendela kamarnya. Sampai dirasanya cukup inge memutuskan untuk tidur.

Saat memejamkan mata membiarkan beban pikirannya masuk kedalam tidurnya. Suara vernon tiba-tiba hadir di benak inge.

Lo gak mimpi, gue emang vernon, ini rahasia diantara kita ok?".

Inge membuka kelopak matanya, sejenak memikirkan kemungkinan yang terjadi pada vernon. "Apa jangan-jangan vernon lupa ingatan?".

Inge beranjak dari ranjang queen size miliknya memeriksa sesuatu pada loker meja belajarnya.

Inge membuka buku catatannya mencari nama seseorang. Inge akhirnya menemukan nama yang di carinya. Inge mengambil ponselnya lalu menyalin no ponsel itu. Inge mulai menelfon dan tanpa ia duga panggilannya tersambung.

"Halo?".

"Ha-lo, apa benar ini dengan bi marni?".

"Iya benar, ini siapa ya?".

"Ini... Teman vernon bi".

"Teman vernon?". Tanya bi marni terdengar heran.

"Iya benar bi, kalau boleh tahu bibi tau tidak saat ini keluarga pak sanjaya tinggal di mana?".

"Maaf dek bibi tidak tahu tentang hal itu, terakhir kali bibi dengar mereka pindah ke bandung semenjak den vernon keluar dari rumah sakit".

"Rumah sakit?". Inge menelan salivanya. "Vernon sakit?". Batin inge terkejut. Akhirnya sedikit demi sedikit kebenaran akan vernon sudah terkuak. "Bi, emang vernon sakit ya?".

"Kurang tau dek, Maaf dek bibi sedang ada urusan jadi gak bisa lama-lama nelfonnya".

"Ah iya bi makasih atas infonya".

Tutttt 

Untung saja nomor telpon yang pernah diberikan vernon bisa bermanfaat bagi inge meskipun hanya mengetahui apa yang terjadi pada vernon sebelumnya tetapi itu sudah cukup untuk inge. Dengan informasi itu inge sudah bisa memastikan jika vernon mengalami kecelakaan dan itu menyebabkan vernon kehilangan ingatannya.

Inge terduduk dilantai dengan lesu. Kembali membayangkan pertemuannya dengan karel yang tak lain adalah vernon. "Vernon pasti lupa ingatan karena kecelakaan".

"Gue harus balikin ingatan vernon, gue gak boleh nyerah karena vernon adalah suami gue". Inge berlari keluar kamar. 

"Gue pasti bisa balikin keadaan vernon kayak dulu lagi demi el dan ellen".

Inge membuka pintu kamar el dan ellen dan langsung menghampiri tempat sampah. Mencari sobekan foto yang dibuangnya tadi. Inge terus mencari namun nihil satu potongan foto pun tak ditemukannya. Inge kebingungan berfikir sejenak, ia tak lupa sobekan-sobekan fotonya bersama vernon jelas-jelas dibuangnya ke dalam tempat sampah yang berada di kamar el dan ellen. Dan tiba-tiba hilang begitu saja. Inge semakin berfikir keras kira-kira siapa yang mengambilnya. "Itu gak mungkin el". Batin inge mengelak jika el yang mengambilnya karena sejak tadi el sudah tertidur. Padahal foto itu satu-satunya kenangan yang tersisa bersama vernon yang mungkin bisa membantunya untuk mengembalikkan ingatan vernon.

To be continue

Mungkin cukup untuk part kali ini, see u in the next chapter guys. Jgn lupa vote.

Part selanjutnya kemungkinan alurnya kembali a.k.a flashback.
Jika ada kesalahan tulisan atau ceritanya gak nyambung atw aneh. Monggo di comment

Thank you.....

Verin (vernon & inge) Where stories live. Discover now