"Lo harus ngejauhin Arlan dulu. Gue bakal ngebantuin lo."
Kepalaku terangguk pelan. Abel meninggalkanku setelah menepuk bahuku dua kali. Sepanjang belajar, aku tidak bisa fokus. Pikiranku tertuju pada papanya Arlan. Jujur, aku risi ketika ada orang yang mau menguak identitasku.
Sekarang aku berpikir. Bagaimana caranya memutuskan Arlan?
. . .
Di saat orang-orang sibuk ishoma, aku malah duduk di taman depan sendirian sembari mengingat Arlan. Memikirkannya saja membuat mataku memanas. Belum lama aku pindah, tanpa kusadari cowok itu sudah terlalu banyak membuat kenangan.
"Zelin!"
Kutolehkan kepala melihat orang yang memanggil namaku. Revi, Racha dan Elis berjalan menghampiriku.
"Hai."
Di antara mereka bertiga, Elis menatapku aneh.
"Lo kenapa?" tanyanya.
"Nggak papa," jawabku terpaksa, menampakkan senyuman yang bisa dibilang fake smile.
"Jangan diem aja dong, Zel. Udah pendiam, tambah diam lagi."
"Revi bener," sahut Elis mendukung Revi.
Aku menghela napas berat. "Aku lagi mikirin cara mutusin Arlan."
"Hah, seriusan lo?"
"Lo udah siap nerima gosip satu bulanan?"
"Lo sakit?"
Mereka terlihat kaget. Aku tetap menundukkan kepala. Sejak kemarahan Bang Jefri, pikiranku jadi kacau. "Maksudnya?"
"Ya maksud gue, orang-orang pada tahu lo awalnya pacaran sama Rifen. Terus setelah itu, lo pacaran sama Arlan. Menurut lo, apa berita ini nggak heboh nantinya?"
"Lo bisa dicap playgirl sekolah karena dianggap mainin dua cowok populer."
"Apalagi mereka punya fansclub. Bisa dikeroyok lo."
Mendengar sekaligus membayangkan saja sudah membuat tubuhku merinding, apalagi sampai terjadi. Bisa-bisa aku mati berdiri. "Terus, aku harus gimana?"
Aku menatap pepohonan sekitar. Sekarang aku benar-benar bingung. Kenapa hidup selalu banyak masalah sih?
"Lu cuekin aja dulu si Arlan."
Refleks aku menoleh ke arah Elis yang berbicara enteng layaknya kapas. Masih santai sembari memakan camilan. Dia melihat ke arahku. "Mau?"
Aku menggeleng. Kemudian Elis kembali fokus dengan makanannya.
"Bener. Lo harus jauhin Arlan dulu. Lagian lo yakin mau mutusin Arlan?" Kali ini Revi yang bertanya.
"Kayaknya dia beneran suka sama lo deh," timpal Racha.
Aku menatap lurus ke depan. "Aku bingung."
"Apa yang bikin Bang Jefri benci sama Arlan?" Nada suara Revi terdengar penasaran.
"Aku nggak tahu."
"Lo nggak nanya semalam?"
Aku menggeleng.
"Duh gimana sih, Zel!"
"Aku takut." Ingatanku kembali saat Bang Jefri memarahiku. Jantungku berderu kencang. Tanganku juga terasa dingin. "Kalau Arlan curiga aku jauhin dia, gimana?"
"Ada kita. Kita pasti bantuin loh. Iya kan, guys?" Elis menyemangati.
"Iya dong."
Aku menatap mereka haru. Aku senang bisa bersahabat dengan mereka. "Makasih ya."
YOU ARE READING
Diary Of an Introvert (REPOST)✔
Teen FictionFollow @ranikastory on Instagram. Diary Series [1]: Ini aku dan kisahku yang selalu dianggap berbeda hanya karena diriku seorang introvert yang hidup dalam dunia ekstrovert. Aku membenci diri dan hidupku hingga satu per satu kejadian menyadarkanku a...
📓24 - Terkuaknya Rahasia
Start from the beginning
