📓Side Story #3

Start from the beginning
                                        

Tak berapa lama kemudian, orang tua Abel datang menjemput pulang ke rumah. Memang awalnya susah dibujuk, karena dia masih ingin bermain di rumah Arlan. Namun karena Arlan yang membujuknya pulang, alhasil dia menurut.

Setelah Abel pergi, Arlan keluar rumah. Sudah beberapa hari ini Arlan tidak melihat Zelin lagi. Alhasil di sinilah dia sekarang, memberanikan diri bertandang ke rumah Zelin.

Ragu-ragu Arlan mengetuk pintu.

"Assalamualaikum."

Tidak ada jawaban. Dia tidak akan menyerah. Kembali, Arlan mengetuk pintu.

"Assalamualaikum."

Tidak ada jawaban lagi. Dia mulai panik dan mengetuk pintu itu berulang kali sampai tetangga rumah itu keluar dari rumah.

"Nak, orang di rumah itu sudah pindah."

Dahi Arlan mengerut. "Pindah? Ke mana, Bu?"

"Dengar-dengar sih ke Bandung."

Arlan merenung sejenak kemudian kembali ke alam sadarnya. "Makasih ya, Bu."

Arlan berjalan pelan menuju rumah. Hatinya menjadi resah memikirkan anak perempuan itu.

Kenapa Zelin tiba-tiba pindah ke Bandung?

. . .

Keberisikan di bawah lantai benar-benar membuat Arlan tidak betah berada di rumah ini. Dia menyumpel kedua telinganya dengan headphone sembari mendengarkan lagu-lagu The Cranberries.

Sekarang dirinya sudah resmi menjadi anak SMP. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampai saat ini, Arlan tidak pernah berjumpa lagi dengan Zelin.

Arlan tersentak saat ponsel yang berada di atas pahanya bergetar. Segera dia mengangkat panggilan tersebut.

"Woy!"

Terdengar suara cowok yang sebenarnya adalah cewek. Arlan mendengkus. Sepupunya itu memang tidak ada sifat kecewek-cewekan. Namun itulah yang menyebabkan mereka dekat. Saat pernikahan papanya, Sienna tidak bisa hadir karena dilarang orang tuanya untuk tetap bersekolah.

Sienna merasa tidak enak hati dan menghabiskan malam itu dengan bercerita bersama Arlan melalui telepon.

Namun walau Sienna tampak tomboy, dia juga hobi menggosip layaknya cewek. Anak itu juga selalu up to date tentang gosip apapun yang berada di sekitarnya.

"Kenapana?" tanya Arlan cepat.

"Kenapa lu kek orang kesambet gitu?"

"Lagi nggak mood."

"Adik tiri lo berulah lagi?"

"Apa yang ada dipikiran lo semuanya bener."

Hening beberapa detik sebelum Sienna mulai bercerita. Seperti biasa.

"Eh tahu nggak, ada anak baru di sini. Sebenernya cakep sih, tapi ya dekil gitu, jadinya pada nge-bully dia deh."

Sienna mengubah topik pembicaraan, seperti tidak mau membahas pasal keluarga Arlan. Dia tahu bawa Arlan tidak nyaman dengan keadaan rumahnya sekarang.

"Oh."

Arlan hanya ber-oh ria. Tidak tertarik dengan pembicaraan yang dimulai Sienna. Dia masih menerawang, memikirkan tujuan dirinya hidup di dunia.

"Gua lagi ngomong sama lu, sepupuku."

"Iya, gue denger Nanaku bawel."

"Gue kasihan deh sama dia. Kayaknya tertekan gitu. Gue deketin eh malah dianya kabur. Dia bilang nggak usah deketin gue."

"Hmm."

"Namanya Zelin."

Ketika mendengar nama Zelin, tubuh Arlan terpaku, kemudian nada suaranya menaik saking kagetnya.

"APA? NAMANYA SIAPA?"

"ADUH! LU NGGAK USAH PAKE TEREAK-TEREAK DONG! NAMANYA ZELIN."

Arlan mengambil napas lalu membuangnya perlahan. Ketika detak jantungnya sudah kembali stabil, dia kembali berbicara. "Sori-sori."

"Sakit nih telinga gue!"

Hening beberapa detik, sampai Sienna bertanya dengan nada serius.

"Lu kok diem? Gue nggak papa kok. Kaget aja tadi."

"Na, lo sayang gue, kan?"

"Hah? Ya iyalah gue sayang sama elu. Lu kan sepupu kesayangan gua."

"Gue mau lo bantuin dia."

"Hah? Maksud lu apa?"

Arlan menghela napas berat. "Gue mau lo deketin dan berteman sama Zelin."

Selang tak berapa lama Arlan mendengar tawaan dari seberang telepon.

"Hello??! Gua deketin aja dia langsung sinis gitu, gimana caranya gua deketin?"

"Biasanya juga lo punya ide," sahut Arlan datar.

"Gua curiga deh."

"Curiga apaan? Ngomong jangan setengah-setengah!"

Nada suara Arlan menjadi naik.

"Wow, santai bro! Lu sama anak baru itu ada hubungan apa?"

"Nggak ada hubungan apa-apa, Nana!" serunya mengelak. "Cuma gue kenal sama dia. Na, bisa nggak lo berhenti nanya?"

Arlan memang tidak terlalu suka ditanya-tanya tentang hal yang menurutnya privasi.

"Oke oke."

"Jadi mau bantuin gue nggak?"

"Ya apa sih yang nggak buat sepupu kesayangan gue?"

Mood Arlan yang awalnya buruk langsung membaik seketika.

"Na! Big thanks banget deh. Gue sayang elo pokoknya."

"Ya ya ya i know. Ya udah, gua mau nge-youtube dulu. Bye, sepupuku."

"Bye."

Sambungan telepon berakhir. Sontak hati Arlan langsung melega. Dia percaya bahwa sepupu kesayangannya, Sienna akan menjaga Zelin.

Seulas senyuman tercipta. Arlan berharap suatu hari nanti akan bertemu lagi dengan Zelin yang pertama kali ditemuinya. Zelin yang berwajah riang dan pemberani.

Bukan Zelin yang berwajah sendu dan penakut seperti yang ditemuinya waktu itu.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Where stories live. Discover now