15. Debaran Ini Berbeda

38.9K 3.7K 91
                                    

MELEPASKAN tidak semudah ketika menyuruhnya untuk pergi. Cinta tidak akan membiarkannya pergi, cinta akan tetap bertahan meski logika mengatakan untuk melepaskan.

Cinta itu seperti pecahan kaca, terkadang  seseorang tidak sadar jika di setiap sudutnya ada beberapa pecahan yang bisa menyakiti, bahkan melukainya. Mungkin itu yang dirasakan Risa saat ini, ia sudah merasakan sudut bagian terlukanya.

Risa tidak mengerti, mengapa ia menangisi kepergian Haseum. Tidak mungkin karena alasan jika dirinya mulai mencintai Haseum. Karena jantungnya masih berdebar ketika berhadapan dengan Ari. Tapi di sisi lain, hatinya sakit. Seakan tidak terima ketika Haseum mengatakan sebuah perpisahan dan meninggalkannya pergi.

Mengapa nasibnya seperti sedang di permainkan, kenapa takdir bermain-main dengan hidupnya. Risa tidak mengerti, meskipun ia bukan pribadi yang ingin tahu. Tapi kali ini, Risa perlu mencari tahu jawaban yang terus saja mengusik ketenangannya.

Dua hari sudah berlalu, cuti yang Risa ambil untuk mengisi waktu dengan istirahat tidak terlaksanakan. Semua hancur, semua karena Haseum. Hantu yang kini hilang dan tidak pernah Risa lihat lagi keberadaannya.

"Kenapa? Bengong terus," tegur seseorang, memberikan minuman dingin ke arah Risa.

Risa mengerjap, mendongak memandang si pemilik tangan yang terulur di depan wajahnya.

"Eh, Bang Ari." balas Risa, menerima minuman kaleng pemberian Ari.

Ari tersenyum, pria itu ikut duduk di samping Risa.

"Kenapa?"

Risa yang baru saja meneguk minuman kalengnya menoleh, memandang Ari yang juga tengah memandanginya.

"Apa?" ulang Risa.

Ari menghela napas, senyum pria itu tidak luntur meski seharian ini pekerjaannya cukup berat karena baru saja turun barang.

"Aku perhatiin kamu ngelamun terus sepanjang jam kerja, kenapa?" lanjutnya.

Risa mengerjap, apa sikapnya begitu terlihat mencolok. Memang, seharian ini Risa tidak bersemangat sama sekali.

"Ah, enggak apa-apa Bang. Cuma sedikit gak enak badan aja." elaknya.

Ari memandang Risa penuh selidik "Jangan bohong."

Tentu saja Ari tidak mudah percaya dengan alasan Risa. Karena Ari hapal betul sikap Risa, jika wanita itu sedang tidak enak badan. Risa akan terus mengeluh, atau meminta istirahat. Tapi kali ini berbeda, Ari perhatikan wanita itu sering kali melamun. Bahkan lingkaran hitam di kedua matanya terlihat tampak jelas, apa Risa kurang tidur? Padahal ia baru saja mengambil cuti selama empat hari. Apa yang wanita itu lakukan sampai tidak tidur.

Risa kembali menoleh dengan ekpresi tidak mengerti.

"Bohong apa?" tanyanya.

Ari menghela napas, ia beranjak dari duduknya.

"Enggak apa-apa," Ari tersenyum, membuat dahi Risa semakin berkerut.

Ari masih memasang senyum menawannya "Kalo ada apa-apa cerita aja sama aku, jangan di pendem sendiri. Terus, jangan kerutin dahi terus." Ari menyentuh kening Risa, mengusapnya pelan dengan ibu jari.

Risa diam, matanya membulat dengan sempura mendapat perilakuan dari Ari. Manik matanya bertemu dengan manik mata sendu milik pria itu.

Ari terkekeh melihat ekpresi Risa "Kamu lucu banget." serunya, mengacak-acak rambut Risa pelan.

Risa masih dalam ekpresi yang sama, bahkan mulut wanita itu menganga cukup lebar. Sebelum akhirnya mengerjap ketika sadar jika Ari sudah tidak ada di sampingnya. Risa mengusap rambut yang baru saja di sentuh Ari. Apa ini? Kenapa rasanya jadi terasa aneh, debaran itu tidak besar seperti biasanya.

Ghost bullies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang