6. Belum Sadar

53.3K 4.8K 166
                                    

Semua karyawan yang ada di dalam toko mengkerut kan kening, bingung melihat cara jalan Risa yang terlihat kesakitan. Tidak jarang wanita itu menempelkan tangannya di dinding untuk menahan beban tubuh.

"Kenapa, kamu sakit?" Ari menegur, pria itu terlihat cemas melihat keadaan Risa.

Risa mendongak, ia tersenyum kecil "Enggak apa, cuma sedikit sakit,"

"Sakit, di bagian mana? Udah di obatin," Ari menyecar banyak pertanyaan kepada Risa, Risa cukup senang mendengar itu.

"Aku gak apa-apa Bang, cuma sedikit sakit aja."

"Di bagian mana, aku obatin." seru Ari.

Risa terdiam, ia mengerjapkan matanya berkali-kali mendengar kalimat ambigu Ari. Tidak, bukan Ari yang ambigu, melainkan dirinya sendiri.

Risa tersenyum canggung "Um, itu..., cuma tamu datang bulan." cicitnya.

Meskipun suara Risa terdengar berbisik, Ari bisa menangkap dengan jelas di kedua telinga. Mendengar itu wajah Ari langsung memerah, Ari tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"O..oh! Aku kira kenapa,"

Suasana di antara dua orang itu terlihat awkward, Risa memalingkan wajahnya ke lain arah. Tidak sanggup melihat wajah Ari yang juga terlihat canggung.

"Bang, bantuin angkat barang nih!" Ojak berteriak dari luar.

Ari melupakan sesuatu, hari ini dua mobil pembawa barang toko datang. Melihat kondisi Risa membuat Ari sedikit simpati, Ari terlalu cemas melihatnya.

"Umh, yaudah kamu masuk jangan lupa absen. Aku mau angkat barang dulu."

Risa mengangguk, setelah itu ia bernapas lega. Dengan langkah tertatih Risa kembali berjalan ke dalam. Entahlah, baru kali ini bagian bawah Risa sangat sakit ketika melangkah. Apa Risa salah minum, dan membuat tamu bulanan yang baru saja selesai minggu kemarin kembali lagi. Risa mengangkat bahu, ia hanya ingin pekerjaan hari ini cepat dan segera tidur di kontrakan.

Butuh waktu dua menit untuk Risa sampai ke gudang toko, menyimpan tas yang masih melekat di punggungnya ke dalam loker.

"Akhirnya sampai juga," desah Risa, lega.

"Ris, ada yang beli." Ojak berteriak dari luar.

Risa mendongkak, memutar kedua bola matanya malas. Ini masih pagi, apa yang di beli. Kenapa banyak sekali orang datang ke toko hanya untuk membeli satu sabun mandi dengan modal uang seratus ribu,lalu di struk. Ya tuhan, apa tidak ada warung kecil di sekitar sini.

Dengan malas Risa melangkah, kembali dengan langkah tertatih untuk mencapai meja kasir. Naas kakinya tersandung sesuatu, Risa langsung ambruk ke samping rak yang berisi tumpukan dus di atasnya.

Risa membelak ketika menatap ke atas, beberapa dus yang berisi minyak goreng siap terjatuh ke atas kepala Risa, wanita itu langsung menunduk dan memekik.

Bruk!

Risa meringis, tapi perasaan sakit itu tidak kunjung datang. Risa membuka sedikit matanya, tidak ada yang terjadi. Dengan cepat Risa mendongkak, mendapati seorang pria yang menahan beberapa Dus di atas punggung dan kepalanya,

"Ha..Haseum." lirih Risa.

"Cepet minggir, berat nih!" serunya.

Risa tersadar, dengan cepat wanita itu menyingkir dari sana. Tidak lama terdengar gedebuk yang cukup keras, dus yang hampir menimpah kepala Risa jatuh di atas lantai.

"Kamu gak apa-apa Ris." tanya Ari yang tiba-tiba saja masuk.

Risa menoleh, ia menggeleng "Enggak apa-apa Bang."

Ghost bullies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang