11. Pengganggu Kencan

43.9K 4.1K 295
                                    

LENGKUNGAN kecil di bibir mungil Risa tidak hentinya mengembang. Risa benar-benar senang, ini pertama kalinya Ari menghubungi dan mengajak Risa bertemu di luar jam kerja. Bahagia? Tentu saja, Risa merasa jika cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Risa sudah cantik dengan balutan dress selutut berwarna tosca yang sangat pas dengan tubuhnya. Jujur, Risa merasa kurang nyaman menggunakan dress. Selain tidak leluasa karena harus terus menahan bagian bawah dress setiap kali angin berhembus. Juga merasa terlalu memperlihatkan kakinya yang pendek.

Tentu saja Risa merasa minder, kaki Risa memang terlihat pendek meski tingginya tinggi rata-rata wanita Indonesia 155cm. Untung saja ia tidak gemuk, jika gemuk mungkin dua kakinya sudah seperti roti mengembang.

 Untung saja ia tidak gemuk, jika gemuk mungkin dua kakinya sudah seperti roti mengembang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah lama?"

Risa mengerjap, mendongak menatap seorang pria yang tengah tersenyum ke arahnya. Sangat tampan. Jika biasanya Risa hanya melihat pria itu menggunakan pakaian khusus karyawan. Tapi sekarang Ari menggunakan hoodie dengan jeans yang pas di kakinya, sangat tampan. Tiba-tiba bayangan Haseum terlintas.

"Hah? Kenapa muka dia yang muncul?" tanya Risa, pada dirinya sendiri.

"Kenapa?" Ari bertanya mendengar gumaman Risa.

"Ah? Enggak kok," Risa tersenyum, menggaruk tengkuknya.

"Jalan sekarang?"

Risa menoleh, wanita itu mengangguk malu-malu. Jantungnya berdetak tidak karuan, apa ini yang namanya kencan?

Tidak tahu akan pergi kemana, Risa sama sekali tidak bertanya kepada Ari yang kini tengah mengendari motor ninja merahnya. Gugup, Risa tidak berani membuka mulutnya, apalagi bertanya. Biarkan itu menjadi kejutan tersendiri, siapa tahu Ari membawanya ke toko perhiasan dan memberikannya sebuah cincin.

Risa mengulum senyum, fantasy berlebihannya terlintas di pikiran. Risa sangat senang. Bahkan wanita itu tidak menyadari jika sedari tadi seseorang mengikuti dengan wajah kesal. Seakan ingin menerkam Risa.

Tidak lama motor yang Risa tumpangi berhenti. Risa menegakan tubuhnya yang condong ke depan, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Detik itu juga Risa di buat takjub. Ia sedang berada di sebuah festival buah, festival di mana ingin Risa kunjungi.

"Woah! Festival buah," pekik Risa, turun dari atas motor.

Ari yang melihat reaksi Risa tersenyum kecil, menyimpan helm di atas tangki motor.

"Suka?"

Risa mengangguk mantap, raut binar di wajah wanita itu terlihat jelas.

"Woah! Banyak buah, aku mau anggur!" teriak Risa, meneguk ludah ketika banyak anggur tergantung di sebuah stan.

Ari terus saja tidak melepas senyum melihat reaksi Risa yang menurutnya lucu.

"Yuk,"

Ari menyodorkan satu tangannya, Risa mengerjap. Detik berikutnya tangan mereka saling bertautan. Risa mengulum senyum malu, Ari sendiri tersenyum kecil. Sementara seseorang tidak kasat mata mengepalkan tangannya kuat-kuat, rahang pria itu mengeras menandakan jika ia sudah marah.

Ghost bullies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang