13. Penggemar

Mulai dari awal
                                    

Hana menggeram, jengah dengan kalimat Risa yang selalu mencurigainya. Apalagi dengan santainya wanita tidak peka itu menyangkut pautkan dengan utang Hana.

"Gak usah ngelantur, utang gajian aku bayar. Tapi ini bubur serius buat kamu, bukan dari aku. Ngapain aku ngasih kamu bubur, ini tanggal tua tahu." jelas Hana, meyakinkan.

Satu alis Risa terangkat "Kalo bukan dari kamu dari siapa?"

"Dari penggemar kamu kali, nih." Hana menarik satu tangan Risa, memindahkan bungkusan yang berada di tangannya untuk berpindah tempat.

"Ini serius buat aku? Gak ada racun atau pil PCC yang lagi marak di berita, kan?" Risa masih saja mencurigainya.

Jelas saja Risa curiga, sejak kapan Hana memberikannya bubur. Justru sebaliknya, Hana lah yang selalu meminta makan kepadanya di tanggal tua seperti ini.

Hana mendengus "Bubur itu seratus persen higenis, Risa. Lagian, tumben kamu nonton berita? Biasanya kamu cuma doyan nonton Anime doang." cibir Hana.

"Selain Anime ya aku nonton berita,"

Hana manggut-manggut "Oke terserah, aku pulang dulu. Hah, penggemar kamu itu keterlaluan pagi-pagi bangunin aku suruh nganterin bubur ke kamu. Udah ah, aku mau pulang lanjutin tidur, bye."

Hana langsung keluar dari kontarakan Risa, meninggalkan wanita itu dengan raut wajah kebingungan. Risa mengerjap ketika mengingat sesuatu, satu kata yang sedari tadi mengusik pikirannya.

"Han, ini dari siap...,"

Risa menggantungkan ucapannya, ia menghela napas ketika tidak menemukan Hana. Wanita itu sudah hilang, menyebalkan.

Risa membuka kantong kresek yang berisi bubur, meletakkannya di atas meja belajar. Mungkin ini rezeki anak baik, mendapatkan sarapan gratis. Risa melangkah ke dapur, mengambil segelas air dan sendok. Mood buruknya hilang begitu saja hanya karena makanan gratis. Lumayan, ini tanggal tua. Tidak baik menolak rezeki, kalo kata orang tua sih pamali.

Satu sendok penuh bubur masuk ke dalam mulut Risa, wanita itu memejamkan matanya menikmati rasa bubur yang selalu menjadi makanan favoritnya. Tapi, detik berikutnya Risa terdiam. Entah kenapa ia mengingat Haseum, Risa masih ingat ketika pria itu memberikannya sebungkus bubur yang ia tidak tahu berasal dari mana.

Tok tok!

Suara pintu kembali terdengar, membuyarkan lamunan Risa kepada Hantu Mesum yang kini sudah hilang dari hidupnya.

"Risa,"

Suara familier itu mulai masuk ke dalam indra pendengarnya. Suara khas yang selalu membuat detak jantung Risa berdebar setiap kali mendengarnya. Sial, itu bang Ari.

Dengan cepat Risa beranjak dari duduknya, merapikan penampilannya yang sangat berantakan. Ya tuhan, kenapa Ari datang di saat tidak tepat seperti ini.

"Risa?"

"Iya Bang," pekik Risa, melangkah cepat ke depan pintu.

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria tampan yang tengah berdiri di baliknya. Pria itu membalikan tubuhnya lalu tersenyum, senyum menawan yang selalu membuat wajah Risa memerah.

"Pagi." sapa Ari.

Risa tersenyum, cukup terpesona dengan otot tangan Ari. Sepertinya pria itu baru saja selesai joging, terlihat dari pakaiannya yang hanya menggunakan kaos tanpa lengan dan celana traning.

Risa ikut tersenyum "Pagi,"

Ari memperhatikan penampilan Risa dari atas sampai bawah, seolah Ari menyadari sesuatu di sana.

"Kamu belum mandi? Bukannya itu baju yang kamu pakai kemarin?"

Risa mengerjap, lalu memperhatikan penampilannya sendiri. Detik berikutnya wanita itu tersenyum malu, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya, kemarin aku langsung tidur dan kebablasan sampe pagi." elaknya.

Ari hanya manggut-manggut mendengar jawaban Risa. Ari menyodorkan sebuah bungkusan ke arah Risa.

Dahi Risa berkerut "Ini, apa?"

Ari tersenyum "Sarapan, kamu belum makan, kan?"

Risa mengerjap, lalu mengangguki ucapan Ari begitu saja. Tentu saja Risa tidak akan menolak, kapan lagi Ari perhatian sampai memberikan sarapan ke kontrakannya.

"Nih, ambil. Aku belii bubur kesukaan kamu,"

Risa mengambilnya, lalu mengerjap "Huh?"

Ari mengangkat alisnya "Kenapa, kamu gak suka?"

"Ah, bukan gitu Bang Ari. Aku cuma bingung, kok Bang Ari tahu makanan favorit aku?" tanya Risa, penasaran.

Ari tersenyum, lalu mengelus pucuk rambut Risa.

"Apa yang enggak aku tahu soal kamu, Risa. Abisin makannya ya, aku pergi dulu."

Setelah mengatakan itu Ari pergi, meninggalkan Risa yang melongo di tempatnya. Apa maksudnya? Apa Ari baru saja mengatakan jika pria itu juga penggemar seperti seseorang yang memberikan bubur kepadanya meski lewat Hana? Mengapa pagi ini rezeki mengalir dengan indah kepadanya? Kenapa tidak setiap hari seperti ini.

Tanpa Risa sadari, seseorang yang sedari tadi memperhatikannya tersenyum. Bukan smirk menyebalkan atau senyum geli seperti biasanya. Senyum itu terasa pahit, bahkan pandangan matanya menyendu.

Untuk versi lengkapnya kalian bisa langsung baca di Karyakarsa saja ya guys ❤️

Untuk versi lengkapnya kalian bisa langsung baca di Karyakarsa saja ya guys ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ghost bullies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang