📓8 - Antara Sedih dan Lucu

Comincia dall'inizio
                                        

Setelah jam pelajaran selesai, Racha dan Revi menghampiri ke mejaku dan Elis.

"Zel, kita ke rumah lo ya!"

"Hah? Ngapain?" tanyaku kaget.

"Ya main-mainlah. Kita kan udah jadi sohib lo sejak lo pindah ke SMA ini."

Tenggorokanku tercekat. Sohib?

"Lo ikutan juga ya, Lis." Revi mengajak. Dan dibalas dengan anggukan singkat.

"Naik mobil gue aja ya," ucap Racha akhirnya sebelum berjalan keluar kelas. Aku dan yang lain mengikutinya.

Kami menaiki mobil Racha yang sudah nangkring di depan gerbang sekolah. Elis masih tampak begitu murung.

"Udah dong, Lis. Jangan nangis lagi." Racha yang duduk di sebelah Elis membujuknya. Dia tahu masalah Elis setelah Revi bercerita tentang Dino dan Windi.

"Gue kesel tau nggak. Dasar playboy karak!"

"Move on gih, nggak usah ngarepin dia lagi." Racha terus berceloteh, sedangkan aku dan Revi hanya diam.

"Ngomong dong." Racha memelototkan matanya padaku dan Revi, membuatnya lebih seram dari biasanya.

"Err... " Aku malah jadi kikuk. Seumur hidup, aku tidak pernah membujuk orang.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara tawa Revi di depan kursi mobil. Aku memasang tampang bingung termasuk Racha dan Elis.

"Kok lo ketawa sih, Mal?" tanya Elis yang terdengar kesal.

"Ini pertama kali gue ngeliat lo jelek dan itu ngebuat gue seneng."

"Rese lo!" Elis memajukan bibirnya. Tak lama dia ikut tertawa. "Sial! Bisa aja lo bangkitin mood gue."

Revi berhasil. Elis sedikit bisa tertawa dan tersenyum. Dia memainkan ponselnya hingga sampai ke rumahku. Maksudku rumah saudaraku. Ah, tetapi Tante Tiara mengatakan anggap rumah sendiri. Berarti, itu rumahku.

"Oh iya!" Aku menepuk dahiku agak keras, hingga membuat teman-temanku memasang wajah khawatir.

"Kenapa, Zel?"

"Nggak papa. Aku... e ... Aku kebelet."

"Oalah. Bentar lagi kita sampai kan ya?"

"Iya, iya bentar lagi sampai."

Aku tidak peduli omongan mereka lagi. Dengan gercap, aku mengambil ponsel yang berada di dalam tas. Aku sudah berjanji kalau teman-temanku datang ke rumah, aku akan memberitahu Bang Jefri.

To: Bang Jef

Bang, teman2 pao mau datang ke rumah.

Send

Aku menghela napas lega setelah mengirim pesan itu. Selang 10 menit kami pun sampai di rumahku. Aku mengetuk pintu rumah.

"Selamat datang!"

Aku memelototkan mata saat disambut Bang Jefri. Padahal baru 10 menit tadi aku mengirimkan pesan padanya dan saat ini dia sudah sampai di rumah.

"Hai, Abang." Revi menyapa sambil fokus memerhatikan Bang Jefri.

"Hai.... "

"Revi. Revita Sari."

"Manis, sama seperti orangnya."

Oh. Aku sekarang tahu alasan Bang Jefri menyuruhku untuk memberitahu kalau teman-temanku datang ke rumah. Luar binasa para kaum cowok!

"Terimakasih Bang," jawab Revi malu-malu.

Diary Of an Introvert (REPOST)✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora