HIKARI - 14

598 27 142
                                    

"Jangan biarkan kebersamaan ini lenyap seperti kembang api. Indahnya hanya sesaat. Cahayanya menerangi hanya hitungan detik..."

.

.

.

*HIKARI*

masamuneRei

story editor Shin

.

.

.

Mentari pagi perlahan menampakkan dirinya. Cahayanya menyusup melalui jendela dapur, membelai hangat wajah Shuuto yang sedang asyik menyiapkan sarapan pagi untuk Yoshiki, Hayato dan juga dirinya.

"Yak, saatnya membangunkan para puteri tidur," ucap Shuuto setelah menaruh mangkuk berisi sup miso di atas meja kemudian bergegas menuju lantai dua rumah ala jepang itu untuk membangunkan malaikat kecilnya dan Yoshiki yang masih tertidur pulas.

Shuuto tersenyum ketika melihat malaikat kecilnya sedang tidur meringkuk di bawah selimut tipis, sementara di sebelahnya Yoshiki tidur dengan tidak beraturan. Kedua kakinya terbuka lebar, kepalanya berada di sebelah bantal -sepertinya kepalanya terjatuh dari bantal- tangan kanannya berada di atas kepala Hayato, tangan kirinya menggaruk-garuk perut yang dia pamerkan tanpa sengaja.

"Hayato, ayo bangun sayang. Ayah sudah menyiapkan sarapan untukmu," ujarnya pelan sambil mengusap lembut rambut Hayato.

"Nnggg..." lenguhan Hayato keluar dari bibir mungilnya. Perlahan ia membuka kedua matanya, melihat senyum sang ayah yang berada di hadapannya.

"Selamat pagi, Hayato," ucap Shuuto saat melihat Hayato sudah bangun dan mengecup keningnya lembut.

"Selamat pagi, ayah," balas Hayato tersenyum.

Shuuto mengalihkan pandangannya ke pria yang masih tidur di sebelah Hayato. Suara dengkurannya membuat Hayato mendelik.

"Hayato ayo cuci mukamu dulu. Tunggu ayah dan Taniyan di meja makan ya," ucap Shuuto. Hayato mengangguk sambil perlahan berlalu meninggalkan sang ayah.

Shuuto menghampiri Yoshiki perlahan ketika Hayato sudah menghilang di balik tangga. Dia duduk menyila di hadapan Yoshiki, tangannya mengusap lembut rambut Yoshiki. Tubuh Yoshiki bergerak, menghadap Shuuto dan tangannya menggapai pinggang Shuuto. Shuuto merasakan debaran jantungnya semakin cepat, dia tersenyum.

"Taniyan, ayo bangun. Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu," ujar Shuuto pelan tepat di telinga Yoshiki.

Yoshiki perlahan membuka matanya, membiasakan sinar matahari mengganggu. Senyumnya merekah saat melihat senyuman Shuuto di hadapannya. Kepala Yoshiki perlahan mendekat kepangkuan Shuuto, tangannya memeluk erat pinggang ramping Shuuto.

"Taniyan, ayo bangun," ujar Shuuto yang masih berusaha membangunkan Yoshiki sambil mengguncangkan lengan Yoshiki.

"Aku sudah bangun, Shuuto," balas Yoshiki yang masih bersandar dipangkuan Shuuto.

"Bangun apa? Ayo bangun," ucap Shuuto sambil berusaha mengangkat tubuh pria yang lebih pendek darinya itu. Yoshiki makin mengeratkan pelukannya.

"Ayah! Taniyan sudah bangun belum? Ayo kita makan~ Aku sudah lapar," teriakan Hayato dari anak tangga terdengar.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang