HIKARI - 3

1.1K 80 36
                                    

"Pertemuan yang sudah ditakdirkan. Menghindarinya pun kau tak mampu."

"Akankah kau bisa mengubah cerita yang sudah menjadi takdir?"

.

.

.

* HIKARI *

masamuneRei

story editor Shin

.

.

.

Bintang dan bulan mulai bermunculan menghiasi langit malam. Lampu-lampu kota mulai menyala menggantikan cahaya sinar matahari. Hanya terlihat beberapa mobil dan bus yang masih berlalu lalang kesana kemari, sorot lampunya menyilaukan para pejalan kaki. Tatkala lampu mobil mengenai wajah pria yang sedang berjalan di atas trotoar. Pria itu memalingkan wajahnya saat sorot lampu mobil mengganggu pandangannya. Pria itu berjalan santai dengan menenteng tas berwarna hitam miliknya. Sesekali ia bersenandung kecil. Langkah pria itu terhenti disalah satu halte bus, menunggu bus untuk mengantarkannya ke tempat dimana ia akan beristirahat setelah lelah bekerja seharian.

Matanya yang tajam melirik jam Swiss di tangan kirinya, dilihatnya jam menunjukkan pukul 18.35. Ia berdiri tepat di bawah antrean bus di halte sambil matanya terus melihat ke arah biasanya bus datang. Hanya ada dua orang di halte, ditambah dengan dirinya menjadi tiga orang. Dengan sabar, pria itu masih menunggu sambil memainkan ponselnya yang sudah ia ambil sebelumnya dari dalam saku celana.

Mobil audy berwarna hitam berhenti tak jauh dari halte bus. Pria itu hanya melihat sekilas lalu pandangannya kembali lagi pada smartphone yang berada di genggamannya. Perlahan pintu mobil itu terbuka. Keluarlah seorang pria tinggi mengenakan kemeja berwarna cream yang tak dikancing penuh. Berjalan ke arah halte bus tepatnya ke arah pria yang berdiri di sana yang sedang memainkan smartphone.

"Hei... Kau Menjo Kentaro kan?" sapa pria itu. Pria yang sedang asyik dengan smartphonenya bergidik, dia menengadah, tepat ke asal suara. Tidak ada kata-kata yang keluar dari Kentaro. Dia hanya mengernyitkan dahi, memastikan orang yang memanggilnya adalah orang yang ia kenal.

"Ayo ikut aku... Aku akan mengantarmu pulang," ajak pria itu pada Kentaro sambil tersenyum.

Masih dengan ekspresi bingung, Kentaro diam. Tidak bergerak dari posisinya. Pria yang menawarkan tumpangan tadi menepuk bahu Kentaro perlahan bermaksud agar Kentaro mengeluarkan suara. Kentaro yang masih diam melirik tangan yang berada di pundaknya. Matanya terus menjelajah menelusuri hingga pundak. Dan berakhir pada wajah yang agak tidak asing baginya. Pada saat itu juga mata mereka bertemu untuk kesekian kalinya.

Deg...

Mendadak detak jantung Kentaro berdebar cepat. Ingin rasanya ia memalingkan pandangannya ke arah lain, tapi hatinya tak mengizinkan. Pria itu masih tersenyum, sampai akhirnya berkata "Ayo... Aku bukan penculik kok... hehehe," suaranya terdengar renyah. "Mobilku kuparkir di sana," katanya sambil menunjuk mobil berwarna hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Kita harus cepat, aku tidak bisa lama-lama memarkirkan mobilku di sana," lanjutnya kemudian.

Kentaro seperti tersihir, kakinya bergerak mengikuti langkah kaki si pria menuju mobil yang dimaksud.

Pria itu sudah masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu, kemudian membukakan pintu penumpang dari dalam dan memberi isyarat kepada Kentaro untuk segera masuk. Perlahan dia masuk ke dalam mobil tersebut. Kentaro merasa dia tidak boleh begitu saja ikut ajakan orang yang tidak dikenalnya, namun apa daya logika dan hatinya tidak dapat bekerja sama saat ini.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang