HIKARI - 9

649 50 32
                                    

"Cinta datang tanpa dikira, pergi tanpa menyapa. Cinta itu indahkan dunia, tapi tak lupa menabur luka..."

"Cinta, aku mohon padamu. Jangan datang untuk pergi. Jangan berbahagia lalu menyakiti..."

.

.

.

*HIKARI*

masamuneRei

story editor Shin

.

.

.

"Dua tahun berlalu semenjak kau meninggalkan Jepang. Kau dengan keinginanmu yang besar untuk membawaku serta bersamamu waktu itu mungkin sudah kau lupakan. Harapanku untuk bisa bertemu suatu saat nanti pun sepertinya tidak akan mungkin terwujud. Saat ini aku hanya bisa mendoakan agar kau selalu bahagia dimanapun dan apapun yang kau lakukan."

.

Bel pulang berdentang di SMA Higashiyama. Ratusan siswa berbondong-bondong keluar kelas sementara siswa yang mendapat tugas piket hari itu harus pasrah meninggalkan kelas lebih lama. Kelas musik untuk anak kelas 2 baru saja usai. Hiroki keluar dari ruangan musik disusul anak-anak didiknya. Guru musik itu berjalan di lorong kelas yang ramai, beberapa siswi memberi salam padanya, tidak sedikit yang mengajaknya untuk pergi bersama mereka.

Hiroki menghela nafas panjang ketika dia sampai di depan pintu geser dengan plang bertuliskan 'ruang guru' di atasnya. Belum sempat tangannya menggapai knob pintu, pintu terbuka. Pandangannya tertutup oleh tumpukan kertas yang menjulang hampir menyentuh kisi-kisi pintu bagian atas.

Satu detik kemudian terdengar suara kertas berhamburan dan dentuman keras di lantai. Kertas-kertas tersebut beterbangan, Hiroki berhasil menangkap beberapa yang hampir terbang bebas menuju jendela di belakangnya.

"Aduuuh..." Terdengar suara rintihan, Hiroki menoleh.

"Doi-sensei?!" pekiknya ketika melihat Guru P.E itu terduduk di lantai sambil mengusap-usap bagian kaki kirinya yang -sepertinya- menghantam lantai.

"Kau tidak apa-apa?!" Hiroki buru-buru menuju ke arah Kazumi yang terlihat kesusahan berdiri. Perlahan dia mengangkat tubuh Kazumi menuju bangku kerjanya. Beberapa guru yang menyaksikan kejadian itu segera membantu mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan di lantai.

Hiroki merebahkan Kazumi perlahan di bangkunya, namun Kazumi tampaknya kesusahan untuk duduk. "Aduuuh... Sepertinya kakiku terkilir," rintihnya. Hiroki menggigit bibir, matanya berputar seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengangkat Kazumi sambil berucap, "Kubawa kau ke ruang kesehatan."

Hiroki menggendong Kazumi di punggungnya, berjalan tertatih-tatih menuju ruang kesehatan. Di sana mereka disambut oleh seorang guru pria yang bertugas menjaga. Kaki kiri Kazumi dikompres, kemudian dia disuruh untuk beristirahat sejenak setelah sebelumnya ia meminum obat penghilang rasa sakit.

"Aku akan mengantarmu pulang nanti, beristirahatlah," ujar Hiroki sambil berlalu meninggalkan Kazumi seorang diri di ruang kesehatan yang redup.

Kazumi menghela nafas, pria itu menatap langit-langit ruang kesehatan. Matanya terfokus pada kipas angin yang berputar di hadapannya. Seperti terhipnotis, matanya terasa berat. Dia menutup kedua mata dengan lengannya. Tak berapa lama dia mengantuk. Mungkin obat penghilang rasa sakitnya mulai bekerja, pikirnya. Perlahan dia terlelap. Alam bawah sadarnya mengajak pria itu pada suatu waktu.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang